KOMPAS.com - Penelitian yang dilakukan Union of Concerned Scientists mengungkapkan emisi yang berasal dari perusahaan bahan bakar fosil dan semen terbesar di dunia berkontribusi signifikan terhadap kenaikan permukaan air laut, baik itu saat ini maupun dalam jangka panjang.
Menurut peneliti, produk dari 122 produsen utama bahan bakar fosil dan semen telah berkontribusi pada kenaikan permukaan laut sebesar 37 persen hingga tahun 2022.
Bahkan hasil studi juga mencatat, perusahaan bahan bakar fosil bisa menyebabkan kenaikan permukaan air tambahan 0,26 hingga 0,55 meter pada tahun 2300.
Emisi gas rumah kaca sendiri telah menciptakan ketidakseimbangan energi dalam sistem iklim Bumi, terutama melalui peningkatan konsentrasi karbon dioksida dan metana di atmosfer dari pembakaran bahan bakar fosil.
Mengutip Phys, Senin (14/4/2025) dalam studi ini peneliti melakukan studi pemodelan atribusi iklim untuk mengevaluasi bagaimana industri berkontribusi terhadap proyeksi kenaikan permukaan air laut di masa mendatang.
Tim peneliti mengumpulkan catatan emisi dari 122 perusahaan bahan bakar fosil dan semen terbesar di dunia sejak tahun 1854.
Baca juga: Setengah Emisi CO2 Dunia Berasal dari 36 Perusahaan Bahan Bakar Fosil
Data tersebut mencakup jumlah tahunan karbon dioksida dan metana yang dilepaskan melalui produksi dan penggunaan minyak, gas, batu bara, dan semen.
Dengan menggunakan model iklim yang dirancang untuk memperkirakan perubahan global jangka panjang, para peneliti menyimulasikan seberapa besar pemanasan dan kenaikan muka air laut dapat dikaitkan dengan emisi ini.
Mereka menjalankan model tersebut di bawah beberapa jalur emisi global masa depan dan kemudian membuat tiga riwayat alternatif dengan menghilangkan emisi dari perusahaan-perusahaan ini mulai tahun 1854, 1950 atau 1990.
Data mengungkapkan bahwa emisi dari 122 perusahaan ini bertanggung jawab atas 37 persen hingga 58 persen dari kenaikan suhu yang diamati.
Lalu pada 2030, emisi dari perusahaan bahan bakar fosil diproyeksikan akan menambah kenaikan permukaan laut antara 0,26 hingga 0,55 meter.
Besarnya kenaikan permukaan laut dalam rentang tersebut akan dipengaruhi oleh seberapa banyak emisi gas rumah kaca yang dihasilkan oleh seluruh dunia di masa depan.
Skenario emisi yang lebih tinggi akan menghasilkan kenaikan yang lebih besar (0,55 meter), sedangkan skenario emisi yang lebih rendah (optimis) akan menghasilkan kenaikan yang lebih kecil (0,26 meter).
Baca juga: Transisi dari Bahan Bakar Fosil Bisa Perkuat Ketahanan Energi Negara
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mitigasi yang tertunda dan emisi berkelanjutan dari produsen karbon industri bertanggung jawab atas sebagian besar kenaikan permukaan laut saat ini dan masa depan yang terukur.
Meskipun penghapusan aerosol yang berasal dari bahan bakar fosil dapat mengimbangi pemanasan jangka pendek, efeknya tidak secara substansial mengubah estimasi permukaan laut jangka panjang.
Temuan-temuan ini pun menawarkan dasar ilmiah untuk mengaitkan sebagian kenaikan permukaan laut dengan produsen industri tertentu, dan bisa menjadi dasar informasi bagi upaya hukum atau kebijakan untuk menetapkan tanggung jawab perusahaan atas dampak iklim.
Lebih lanjut, kenaikan muka air laut mengakibatkan peningkatan banjir, erosi, dan hilangnya air tawar, yang secara tidak proporsional memengaruhi komunitas dan ekosistem pesisir dan pulau yang rentan.
Umur gas rumah kaca yang panjang di atmosfer, respons lambat sistem samudra dan kriosfer terhadap pemanasan kemudian memperparah masalah ini.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya