Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Emisi Industri Bahan Bakar Fosil Picu Kenaikan Signifikan Permukaan Laut

Kompas.com, 14 April 2025, 15:45 WIB
Monika Novena,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

Sumber PHYSORG

KOMPAS.com - Penelitian yang dilakukan Union of Concerned Scientists mengungkapkan emisi yang berasal dari perusahaan bahan bakar fosil dan semen terbesar di dunia berkontribusi signifikan terhadap kenaikan permukaan air laut, baik itu saat ini maupun dalam jangka panjang.

Menurut peneliti, produk dari 122 produsen utama bahan bakar fosil dan semen telah berkontribusi pada kenaikan permukaan laut sebesar 37 persen hingga tahun 2022.

Bahkan hasil studi juga mencatat, perusahaan bahan bakar fosil bisa menyebabkan kenaikan permukaan air tambahan 0,26 hingga 0,55 meter pada tahun 2300.

Emisi gas rumah kaca sendiri telah menciptakan ketidakseimbangan energi dalam sistem iklim Bumi, terutama melalui peningkatan konsentrasi karbon dioksida dan metana di atmosfer dari pembakaran bahan bakar fosil.

Mengutip Phys, Senin (14/4/2025) dalam studi ini peneliti melakukan studi pemodelan atribusi iklim untuk mengevaluasi bagaimana industri berkontribusi terhadap proyeksi kenaikan permukaan air laut di masa mendatang.

Tim peneliti mengumpulkan catatan emisi dari 122 perusahaan bahan bakar fosil dan semen terbesar di dunia sejak tahun 1854.

Baca juga: Setengah Emisi CO2 Dunia Berasal dari 36 Perusahaan Bahan Bakar Fosil

Data tersebut mencakup jumlah tahunan karbon dioksida dan metana yang dilepaskan melalui produksi dan penggunaan minyak, gas, batu bara, dan semen.

Dengan menggunakan model iklim yang dirancang untuk memperkirakan perubahan global jangka panjang, para peneliti menyimulasikan seberapa besar pemanasan dan kenaikan muka air laut dapat dikaitkan dengan emisi ini.

Mereka menjalankan model tersebut di bawah beberapa jalur emisi global masa depan dan kemudian membuat tiga riwayat alternatif dengan menghilangkan emisi dari perusahaan-perusahaan ini mulai tahun 1854, 1950 atau 1990.

Data mengungkapkan bahwa emisi dari 122 perusahaan ini bertanggung jawab atas 37 persen hingga 58 persen dari kenaikan suhu yang diamati.

Lalu pada 2030, emisi dari perusahaan bahan bakar fosil diproyeksikan akan menambah kenaikan permukaan laut antara 0,26 hingga 0,55 meter.

Besarnya kenaikan permukaan laut dalam rentang tersebut akan dipengaruhi oleh seberapa banyak emisi gas rumah kaca yang dihasilkan oleh seluruh dunia di masa depan.

Skenario emisi yang lebih tinggi akan menghasilkan kenaikan yang lebih besar (0,55 meter), sedangkan skenario emisi yang lebih rendah (optimis) akan menghasilkan kenaikan yang lebih kecil (0,26 meter).

Baca juga: Transisi dari Bahan Bakar Fosil Bisa Perkuat Ketahanan Energi Negara

Hasil penelitian menunjukkan bahwa mitigasi yang tertunda dan emisi berkelanjutan dari produsen karbon industri bertanggung jawab atas sebagian besar kenaikan permukaan laut saat ini dan masa depan yang terukur.

Meskipun penghapusan aerosol yang berasal dari bahan bakar fosil dapat mengimbangi pemanasan jangka pendek, efeknya tidak secara substansial mengubah estimasi permukaan laut jangka panjang.

Temuan-temuan ini pun menawarkan dasar ilmiah untuk mengaitkan sebagian kenaikan permukaan laut dengan produsen industri tertentu, dan bisa menjadi dasar informasi bagi upaya hukum atau kebijakan untuk menetapkan tanggung jawab perusahaan atas dampak iklim.

Lebih lanjut, kenaikan muka air laut mengakibatkan peningkatan banjir, erosi, dan hilangnya air tawar, yang secara tidak proporsional memengaruhi komunitas dan ekosistem pesisir dan pulau yang rentan.

Umur gas rumah kaca yang panjang di atmosfer, respons lambat sistem samudra dan kriosfer terhadap pemanasan kemudian memperparah masalah ini.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Distribusi Cadangan Beras untuk Banjir Sumatera Belum Optimal, Baru 10.000 Ton Tersalurkan
Distribusi Cadangan Beras untuk Banjir Sumatera Belum Optimal, Baru 10.000 Ton Tersalurkan
LSM/Figur
Menteri LH Ancam Pidanakan Perusahaan yang Terbukti Sebabkan Banjir Sumatera
Menteri LH Ancam Pidanakan Perusahaan yang Terbukti Sebabkan Banjir Sumatera
Pemerintah
KLH Bakal Periksa 100 Unit Usaha Imbas Banjir Sumatera
KLH Bakal Periksa 100 Unit Usaha Imbas Banjir Sumatera
Pemerintah
Tambang Energi Terbarukan Picu Deforestasi Global, Indonesia Terdampak
Tambang Energi Terbarukan Picu Deforestasi Global, Indonesia Terdampak
LSM/Figur
Food Estate di Papua Jangan Sampai Ganggu Ekosistem
Food Estate di Papua Jangan Sampai Ganggu Ekosistem
LSM/Figur
Perjanjian Plastik Global Dinilai Mandek, Ilmuwan Minta Negara Lakukan Aksi Nyata
Perjanjian Plastik Global Dinilai Mandek, Ilmuwan Minta Negara Lakukan Aksi Nyata
LSM/Figur
Cegah Kematian Gajah akibat Virus, Kemenhut Datangkan Dokter dari India
Cegah Kematian Gajah akibat Virus, Kemenhut Datangkan Dokter dari India
Pemerintah
Indonesia Rawan Bencana, Penanaman Pohon Rakus Air Jadi Langkah Mitigasi
Indonesia Rawan Bencana, Penanaman Pohon Rakus Air Jadi Langkah Mitigasi
LSM/Figur
Hujan Lebat Diprediksi Terjadi hingga 29 Desember 2025, Ini Penjelasan BMKG
Hujan Lebat Diprediksi Terjadi hingga 29 Desember 2025, Ini Penjelasan BMKG
Pemerintah
Kebakaran, Banjir, dan Panas Ekstrem Warnai 2025 akibat Krisis Iklim
Kebakaran, Banjir, dan Panas Ekstrem Warnai 2025 akibat Krisis Iklim
LSM/Figur
Perdagangan Ikan Global Berpotensi Sebarkan Bahan Kimia Berbahaya, Apa Itu?
Perdagangan Ikan Global Berpotensi Sebarkan Bahan Kimia Berbahaya, Apa Itu?
LSM/Figur
Katak Langka Dilaporkan Menghilang di India, Diduga Korban Fotografi Tak Bertanggungjawab
Katak Langka Dilaporkan Menghilang di India, Diduga Korban Fotografi Tak Bertanggungjawab
LSM/Figur
Belajar dari Banjir Sumatera, Daerah Harus Siap Hadapi Siklon Tropis Saat Nataru 2026
Belajar dari Banjir Sumatera, Daerah Harus Siap Hadapi Siklon Tropis Saat Nataru 2026
LSM/Figur
KUR UMKM Korban Banjir Sumatera Akan Diputihkan, tapi Ada Syaratnya
KUR UMKM Korban Banjir Sumatera Akan Diputihkan, tapi Ada Syaratnya
Pemerintah
Kementerian UMKM Sebut Produk China Lebih Disukai Dibanding Produk Indonesia, Ini Sebabnya
Kementerian UMKM Sebut Produk China Lebih Disukai Dibanding Produk Indonesia, Ini Sebabnya
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau