Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Transisi Energi Masih Lambat, Pengamat: RI Masih Ketergantungan Batu Bara

Kompas.com - 24/01/2025, 15:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.com - Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR) Fabby Tumiwa menilai, progres transisi energi di Indonesia masih lambat. Ketergantungan terhadap batu bara masih jadi persoalan utama.

Fabby menuturkan, banyak orang menilai batu bara penting karena selain menjadi penerimaan negara, juga menjadi andalan bagi tenaga listrik nasional.

"Kalau kita bicara khusus di dalam konteks Indonesia, masih banyak orang yang melihat batu bara itu penting," kata Fabby saat dihubungi Kompas.com, Jumat (17/12025).

Baca juga: AS Keluar Perjanjian Paris, Pendanaan Transisi Energi RI Bisa Terganggu

Anggapan tersebut membuat Indonesia sulit untuk beranjak alias move on dari batu bara. 

Padahal bila dibandingkan, ujar Fabby, biaya pembangkitan dari energi terbarukan jauh lebih murah dibandingkan bahan bakar fosil seperti batu bara.

"(Pembangkitan listrik) dari batu bara itu enggak murah. Di Indonesia murah karena disubsidi," tutur Fabby.

Subsidi yang dimaksud Fabby adalah melalui kebijakan domestic market obligation (DMO) yang mematok harga batu bara untuk pembangkit listrik PLN sebesar 70 dollar AS per ton.

Dari segi pendapatan negara, Fabby menuturkan ketergantungan terhadap produksi batu bara untuk ekspor membuat situasi transisi energi menjadi semakin rumit.

Baca juga: Jelang 100 Hari Prabowo-Gibran, Janji Transisi Energi Didesak Diwujudkan

"Memang enggak mudah transisi energi, apalagi zaman-zaman sekarang di mana negara butuh penerimaan besar dan salah satu sumber penerimaan negara terbesar itu adalah dari mengekspor batu bara," papar Fabby.

Fabby menuturkan, jika pemerintah benar-benar serius untuk bertransisi energi, harusnya sumber terbarukan perlu digenjot.

"Ini kan enggak, karena ada ketakutan bahwa PLTS (pembangkit listrik tenaga surya) intermitten (tergantung cuaca), malah dikecilkan. Padahal yang bisa cepat untuk menambah bawaan energi terbarukan itu adalah PLTS, PLTS atap khususnya," tutur Fabby.

Batu bara

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melaporkan, bauran energi baru terbarukan (EBT) ada di kisaran 14 persen pada 2024.

Di satu sisi, dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 79 Tahun 2014 Tentang Kebijakan Energi Nasional (KEN) bauran EBT ditarget 23 persen pada 2025 alias tahun ini.

Baca juga: BRICS Jadi Jalur Negosiasi Tambahan Transisi Energi RI

Untuk mencapai target tersebut, tahun 2024 seharusnya bauran EBT ada pada kisaran 19,49 persen pada 2024.

Di sisi lain, meski batu bara ditarget turun, konsumsi batu bara di dalam negeri terus meningkat dari tahun ke tahun.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya

Perusahaan AS Kumpulkan Dana 1,5 Miliar Dollar AS untuk Perbaikan Hutan dan Iklim

Perusahaan AS Kumpulkan Dana 1,5 Miliar Dollar AS untuk Perbaikan Hutan dan Iklim

Swasta
Gandeng Plataran, Tiket.com Ingin Berkontribusi Pada Keberlanjutan

Gandeng Plataran, Tiket.com Ingin Berkontribusi Pada Keberlanjutan

Swasta
Ini Tantangan Pariwisata Ramah Lingkungan di Indonesia

Ini Tantangan Pariwisata Ramah Lingkungan di Indonesia

Pemerintah
Plataran Indonesia Tanam 45.000 Pohon dari Tamu yang Datang

Plataran Indonesia Tanam 45.000 Pohon dari Tamu yang Datang

Swasta
4 Perubahan Perilaku yang Paling Efektif untuk Menurunkan Emisi Karbon

4 Perubahan Perilaku yang Paling Efektif untuk Menurunkan Emisi Karbon

LSM/Figur
Penurunan Emisi Sektor Pelayaran Bakal Mentok di 75 Persen pada 2050

Penurunan Emisi Sektor Pelayaran Bakal Mentok di 75 Persen pada 2050

Swasta
Gelar 'Earth Festival 2025', Kemenpar Ajak Ubah Kebiasaan untuk Bumi Lebih Baik

Gelar "Earth Festival 2025", Kemenpar Ajak Ubah Kebiasaan untuk Bumi Lebih Baik

Pemerintah
Transformasi Industri Elektronik, Gandeng UMKM dan Kurangi Emisi Karbon

Transformasi Industri Elektronik, Gandeng UMKM dan Kurangi Emisi Karbon

Swasta
Earth AI, Kini Kecerdasan Buatan Bisa Bantu Eksplorasi Mineral Kritis

Earth AI, Kini Kecerdasan Buatan Bisa Bantu Eksplorasi Mineral Kritis

Swasta
'Matahari Buatan' China Pecahkan Rekor, Suhu Menyala 100 Juta Derajat Celsius

"Matahari Buatan" China Pecahkan Rekor, Suhu Menyala 100 Juta Derajat Celsius

Pemerintah
Melihat Bank Sampah Induk Gesit di Jaksel yang Berdayakan Kaum Ibu

Melihat Bank Sampah Induk Gesit di Jaksel yang Berdayakan Kaum Ibu

LSM/Figur
Dorong Pelaporan, UE Sederhanakan Aturan Keberlanjutan

Dorong Pelaporan, UE Sederhanakan Aturan Keberlanjutan

Pemerintah
ASEAN Tertinggal, Cuma 23 Persen Listrik dari Energi Terbarukan

ASEAN Tertinggal, Cuma 23 Persen Listrik dari Energi Terbarukan

LSM/Figur
Emisi Industri Bahan Bakar Fosil Picu Kenaikan Signifikan Permukaan Laut

Emisi Industri Bahan Bakar Fosil Picu Kenaikan Signifikan Permukaan Laut

Pemerintah
4 Tahun Lagi, Indonesia Berambisi Jadi Negara dengan PLTP Terbesar di Dunia

4 Tahun Lagi, Indonesia Berambisi Jadi Negara dengan PLTP Terbesar di Dunia

Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau