KOMPAS.com - Pusat Studi Transportasi dan Logistik (Pustral) Universitas Gadjah Mada (UGM) mengusulkan penerapan perkerasan jalan ramah lingkungan untuk meningkatkan daya tahan infrastruktur di Indonesia
Kepala Pustral UGM Ikaputra mengatakan, implementasi jalan ramah lingkungan tersebut sekaligus dimaksudkan untuk mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan.
"Dengan pendekatan ini, para pihak terkait tidak hanya memperkuat ketahanan infrastruktur tetapi juga mendukung keberlanjutan lingkungan," ujar Ikaputra, sebagaimana dilansir Antara, Sabtu (1/1/2025).
Baca juga: Menag: Al-Quran Larang Eksploitasi Alam, Pelestarian Lingkungan Jadi Keharusan
Menurut dia, perubahan iklim yang semakin ekstrem dapat mengancam ketahanan infrastruktur transportasi, terutama jalan raya di Indonesia.
Fenomena kenaikan suhu udara serta curah hujan yang tidak menentu akibat cuaca esktrem, membuat konstruksi jalan lebih rentan mengalami kerusakan.
Karena itu, menurut Ikaputra, adaptasi terhadap perubahan iklim dalam infrastruktur transportasi tidak sekadar bergantung pada inovasi material, tetapi juga memerlukan kebijakan dan regulasi yang mendukung.
Anggota Tim Ahli Pustral UGM Latif Budi Suparma menjelaskan perkerasan jalan ramah lingkungan mampu mengurangi polusi, serta menekan emisi karbon selama proses pembangunannya.
Baca juga: 100 Hari Prabowo-Gibran, Ini Pejabat Energi dan Lingkungan dengan Skor Tertinggi hingga Terendah
Latif menyampaikan, beberapa inovasi yang dapat diterapkan dalam perkerasan jalan ramah lingkungan di antaranya dengan penggunaan material daur ulang guna mengurangi limbah konstruksi.
Berikutnya dengan menerapkan permeable pavement, teknologi yang dapat menyerap air hujan dan mengurangi limpasan permukaan.
Selain itu, ada teknologi biogenic asphalt yang memanfaatkan bahan alami untuk menekan emisi karbon.
Adapula teknologi warm mix asphalt (WMA) yang memungkinkan proses pencampuran aspal dilakukan pada suhu yang lebih rendah.
Baca juga: Menag Dorong Integrasi Isu Lingkungan dengan Pendidikan Agama
"WMA memerlukan energi dan suhu yang lebih rendah selama pemrosesan," ujar Latif.
Latif menuturkan, perubahan iklim berdampak meningkatkan suhu yang dapat mengurangi kualitas perkerasan jalan.
Perubahan curah hujan, menurut dia, juga berpengaruh terhadap kualitas permukaan dan stabilitas jalan khususnya pada tanah lempung atau air tanah tinggi yang meningkatkan risiko akan banjir.
"Secara tidak langsung, perubahan iklim yang menurunkan kualitas permukaan dapat berpengaruh pada pengurangan keselamatan," kata dia.
Baca juga: Pengamat: Perguruan Tinggi yang Kelola Tambang Berkontribusi Rusak Lingkungan
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya