KOMPAS.com - Wakil Menteri Agama Romo HR Muhammad Syafi'i mengatakan, pemerintah akan membangun 160 Kantor Urusan Agama (KUA) ramah lingkungan atau Green KUA tahun ini.
Hal tersebut disampaikan Syafi'i dalam pidato penutupan Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) Internasional di Jakarta, Sabtu (1/2/2025) malam.
Syafi'i menyampaikan, Kementerian Agama memiliki program Green KUA yang dibangun dengan konsep ramah lingkungan.
Baca juga: Menag: Al-Quran Larang Eksploitasi Alam, Pelestarian Lingkungan Jadi Keharusan
"Sebanyak 160 Green KUA dibangun tahun ini, sebagai bagian dari upaya menjaga lingkungan," kata Syafi'i sebagaimana dilansir dari situs web Kementerian Agama.
Pada pertengahan Januari, Direktur Bina KUA dan Keluarga Sakinah Kementerian Agam Cecep Khairul Anwar mengatakan, proses lelang perencanaan proyek dan lelang fisik diharapkan selesai pada Februari 2025.
Cecep menjelaskan, penentuan lokasi 160 unit KUA dilakukan dengan merujuk pada indikator prioritas yang telah disepakati dengan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas).
Pembangunan fisik Green KUA ditarget dapat terlaksana pada Maret dan dibidik rampung pada Agustus 2025.
Baca juga: 100 Hari Prabowo-Gibran, Ini Pejabat Energi dan Lingkungan dengan Skor Tertinggi hingga Terendah
"Bangunan ini dirancang agar memberi dampak positif terhadap lingkungan dengan suasana yang asri, nyaman, dan minim kerusakan," kata Cecep dilansir dari situs web Kementerian Agama.
Cecep menjelaskan, konsep Green KUA berfokus pada tiga indikator yaitu ramah lingkungan, efisiensi energi, dan daur ulang sumber daya.
Pertama, ramah lingkungan. Bangunan Green KUA dirancang untuk menciptakan kenyamanan dan mengurangi emisi karbon.
Ke depan akan ada pembatasan penggunaan pendingin ruangan. KUA hanya diizinkan menggunakan pendingin ruangan yang memenuhi kriteria ramah lingkungan yang telah diatur Pemerintah.
Kedua, efisiensi energi. Salah satunya dilakukan melalui pemasangan panel surya pada atap gedung untuk mengurangi biaya listrik.
Baca juga: Menag Dorong Integrasi Isu Lingkungan dengan Pendidikan Agama
"Seluruh instalasi, termasuk pencahayaan LED, dirancang agar hemat energi tanpa mengurangi fungsi perangkat elektronik di KUA," kata Cecep.
Ketiga, daur ulang sumber daya. Langkah ini menjadi prioritas, termasuk pada pengelolaan dan pemanenan limbah air wudu dan air hujan.
Limbah air wudu dan air hujan juga akan disaring dan diproses melalui tiga tahap penyaringan untuk digunakan kembali.
Cecep menyampaikan, ketiga indikator tersebut sesuai dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Permen PUPR) Nomor 21 Tahun 2021.
"Tiga indikator tersebut tentu mendukung pelestarian lingkungan dan meningkatkan efisiensi operasional KUA," ucap Cecep.
Baca juga: Pengamat: Perguruan Tinggi yang Kelola Tambang Berkontribusi Rusak Lingkungan
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya