JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menyatakan, pemerintah mau saja memensiunkan dini PLTU Batu Bara jika ada pendanaannya. Sebab, menurut dia, menghentikan seluruh PLTU batu bara membutuhkan biaya besar.
“Kalau ditanya menteri ESDM atau negara mau pensiunkan (PLTU), mau. Catatannya, kasih cuannya, kasih uangnya, enggak boleh bunga mahal, pinjaman jangka panjang dengan harga sampai ke rakyat yang murah,” kata Bahlil dalam konferensi pers di kantor ESDM, Jakarta Pusat, Senin (3/2/2025).
Bahlil mencontohkan, harga listrik dari PLTU batu bara berkisar 5 sen dolar AS per kWh. Sedangkan harga dari pembangkit listrik tenaga gas (PLTG) sekitar 10 sen per kWh.
"Kemahalan harga ini harus dikompensasikan kepada rakyat atau negara. Nah, ini yang kami lagi menghitung," jelas dia.
Baca juga: Lembaga Keuangan Diminta Setop Pembiayaan Wacana Ekspansi Batu Bara
Saat ini pemerintah berencana menghentikan PLTU Cirebon 1 dengan pinjaman dana dari Asian Development Bank (ADB). Pembangkit tersebut memiliki kapasitas 660 megawatt, dan akan dipensiunkan tujuh tahun lebih awal dari yang seharusnya. Prosesnya tengah dilakukan oleh Kementerian ESDM.
“Jadi, mau mempensiunkan dini (PLTU) kami hitung dua syarat. Pertama ada yang membiayai, tidak membebankan ekonomi, tidak membebankan negara, tidak terlalu membebankan PLN, tidak membebankan rakyat,” papar Bahlil.
Dalam kesempatan itu, Bahlil juga menyatakan berdasarkan rencana usaha penyediaan tenaga listrik (RUPTL), pemerintah mendorong 72 persen pembangkit listrik berasal dari energi baru terbarukan (EBT).
“Khusus untuk gas kami lagi betul-betul mengkaji, dan investasi transmisi 48.000 kilometer sirkuit membutuhkan uang sekitar Rp 400-450 triliun,” ucap Bahlil.
“Kalau ini mampu kita lakukan, maka saya yakin negara kita aman melayani masyarakat dan industri dengan mengedepankan energi baru terbarukan,” lanjut dia.
Baca juga: IESR: Tak Pensiunkan PLTU Jadi Bunuh Diri Ekonomi Sesungguhnya
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya