Greenpeace menyebutkan, menyubsidi energi fosil berarti menghambat pengembangan energi terbarukan.
Pasalnya, jika energi fosil disubsidi, harganya menjadi lebih murah. Dengan demikian, harga energi terbarukan menjadi kurang kompetitif dan investasi menjadi mahal.
Apabila harga minyak dan gas menjadi murah karena subsidi, pengguna menjadi semakin ketergantungan dan sulit beranjak ke sumber alternatif.
Menghilangkan subsidi untuk bahan bakar fosil dianggap oleh para ahli energi sebagai salah satu langkah paling hemat biaya yang dapat diambil pemerintah untuk mencapai komitmen Perjanjian Paris.
Baca juga: Manajer Aset Investasikan 7,3 Miliar Dollar AS ke Obligasi Bahan Bakar Fosil
Greenpeace menandai bahwa subsidi energi fosil semakin menguntungkan para hartawan yang bergerak di bidang tersebut.
Pasalnya, para hartawan cenderung memiliki jejak karbon lebih besar dan penggunaan bahan bakar fosil yang lebih tinggi.
Kaufer mendesak negara-negara publik mengendalikan pengeluaran untuk energi fosil, yang mana uang tersebut berasal dari pajak rakyat.
"Mereka (negara-negara G7) perlu segera mengalihkannya dari insentif bahan bakar fosil menuju transisi yang adil dan berkelanjutan," tutur Kaufer.
Baca juga: Investasi Energi Bersih Global Lebih Tinggi dari Bahan Bakar Fosil
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya