KOMPAS.com - Penggunaan bahan bakar dengan kualitas rendah masih menjadi salah satu penyebab utama pencemaran udara di Indonesia.
Untuk mengatasinya, perbaikan kualitas bahan bakar yang digunakan menjadi langkah kunci dalam meningkatkan kualitas udara secara nasional.
Isu tersebut mengemuka dalam workshop bertajuk "Dampak Peningkatan Kualitas Bahan Bakar terhadap Parameter Polutan, Kesehatan, dan Ekonomi" yang diadakan Pusat Riset Perubahan Iklim Universitas Indonesia (UI) pada Kamis (17/4/2025).
Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Mohammad Faisal, menyoroti bahwa Indonesia masih menggunakan bahan bakar dengan kandungan sulfur tinggi, seperti solar dan bensin yang belum memenuhi standar emisi Euro 4.
“Pertalite, Pertamax, bahkan Pertamax 92 masih berada di level Euro 2. Indonesia masih tertinggal di Euro 3, sementara Vietnam sudah Euro 5, dan Tiongkok serta India di Euro 6,” jelas Faisal.
Menurutnya, hasil survei terhadap 394 responden menunjukkan bahwa mayoritas masyarakat mendukung transisi dari BBM Euro 2 ke Euro 4. Sebanyak 74,4 persen responden menyatakan setuju, terutama karena alasan peningkatan kualitas udara dan kesehatan masyarakat.
Baca juga: PLN: Harga Bahan Bakar Hidrogen Lebih Murah Dibandingkan Bensin
Namun, Faisal menekankan bahwa ada dua tantangan besar yang perlu diantisipasi dalam proses transisi ini: biaya dan distribusi.
Faisal memaparkan tiga skenario pembiayaan jika Indonesia beralih ke bahan bakar berkualitas tinggi seperti Pertamax 95 Green, Pertamax 98, dan Pertadex.
Pertama, subsidi pemerintah penuh. Jika seluruh biaya ditanggung pemerintah, anggaran subsidi diperkirakan melonjak dari Rp54 triliun menjadi Rp157 triliun pada 2028.
Kedua, beban ditanggung masyarakat. Dalam skenario ini, harga bahan bakar akan naik dan berpotensi memicu inflasi.
Ketiga, pembagian beban. Langkah ini perlu disertai dengan disertai kebijakan penggunaan BBM berkualitas untuk kendaraan tertentu.
Soal distribusi, Faisal menekankan pentingnya koordinasi lintas sektor agar seluruh wilayah di Indonesia dapat menikmati bahan bakar ramah lingkungan demi udara yang lebih bersih.
“Untuk memastikan pemerataan, distribusi BBM harus ditinjau lebih lanjut dan melibatkan berbagai pihak,” tutupnya.
Baca juga: Batu Bara hingga Gas Alam Jadi Sumber Utama Hidrogen untuk Bahan Bakar
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya