KOMPAS.com-Sapi menghasilkan lebih banyak metana daripada ternak lainnya. Ketika merumput, mikroba di perut sapi yang memecah makanan menghasilkan metana.
Sapi kemudian mengeluarkan metana melalui sendawa dan juga kentut mereka ke atmosfer bumi melalui proses yang disebut fermentasi enterik.
Environmental Protection Agency, AS memperkirakan seekor sapi saja dapat mengeluarkan sekitar 70 kg gas metana ke atmosfer setiap tahun.
Amerika Serikat serta negara-negara penghasil daging sapi utama lainnya termasuk Brasil, Argentina, Prancis, dan Jerman sendiri telah bertekad untuk memangkas emisi metana global setidaknya 30 persen dari tingkat tahun 2020 pada tahun 2030, sesuai tujuan Global Methane Pledge.
Solusi yang diambil adalah dengan mengurangi konsumsi daging sapi. Namun solusi itu juga bukan hal yang gampang.
“Sulit untuk membuat orang mengurangi konsumsi daging secara umum,” kata Kelly Davidson, asisten profesor ekonomi terapan di Universitas Delaware di Amerika Serikat.
Baca juga:
"Kita semua punya selera dan preferensi, norma sosial, dan praktik budaya terkait apa yang kita makan. Misalnya karena tumbuh di peternakan sapi, akan sulit meyakinkan saya untuk tidak makan daging sapi," katanya.
Solusi lain adalah dengan menambahkan suplemen pakan yang dapat mengurangi metana dari sapi seperti senyawa organik 3-nitroxypropanol (3NOP), minyak esensial, dan juga rumput laut.
Sarah Meyer peneliti di Universitas Delaware mengungkapkan di antara bahan tersebut rumput laut memiliki potensi paling besar untuk mengurangi emisi metana.
"Bahan tambahan pakan rumput laut berpotensi mengurangi emisi metana sapi hingga 95 persen," kata Meyer.
Dari situ Meyer kemudian bertanya-tanya seberapa tertarik konsumen dalam membeli daging sapi dari sapi yang mengonsumsi pakan yang makan pakan tambahan rumput laut.
"Menemukan cara yang efisien untuk mengurangi emisi ternak yang diminati konsumen dan tidak terlalu mahal adalah hal yang penting," kata Meyer.
"Sering kali ada kendala biaya atau orang harus mengubah kebiasaan mereka sepenuhnya agar lebih peduli lingkungan. Orang tidak selalu bersedia membayar lebih atau mengubah kebiasaan atau perilaku mereka untuk mengurangi emisi," paparnya lagi.
Untuk mengetahuinya, peneliti mengumpulkan data dari 3009 konsumen daging sapi giling melalui survei daring tahun 2022.
Mereka secara acak membagi orang ke dalam dua kelompok besar: satu kelompok ditawari sebungkus daging sapi giling seberat 0,453 kg dengan harga murah dan kelompok lain ditawari sebungkus daging sapi giling seberat 0,435 kg dengan harga tinggi.
Responden survei kemudian dipecah menjadi beberapa subkelompok untuk setiap kelompok harga dan diberi berbagai tingkat informasi produk mulai dari informasi tingkat lanjut tentang emisi metana yang berasal dari produksi ternak, hingga label tentang penurunan emisi yang dimungkinkan oleh aditif pengurang metana, hingga tidak ada informasi sama sekali.
"Secara keseluruhan, orang lebih memilih daging sapi konvensional dengan harga termurah,” kata Meyer.
Baca juga:
Namun menurut Meyer jika orang diberi informasi pra-pembelian dan label, orang akan memilih alternatif sapi yang makan rumput laut daripada daging sapi konvensional dan mungkin bersedia membayar lebih untuk itu.
Temuannya, konsumen yang diberi informasi tentang emisi metana dari produksi ternak dan label yang menunjukkan potensi aditif pakan untuk mengekang metana bersedia membayar sekitar 36 sen lebih banyak untuk 0,453 kg daging sapi giling rendah metana dari ternak yang diberi makan rumput laut daripada yang akan mereka bayar untuk daging sapi giling konvensional.
"Konsumen rata-rata sangat memperhatikan harga saat membuat keputusan pembelian makanan. Label emisi adalah cara untuk mendorong perilaku ke arah pilihan yang lebih sadar lingkungan," tambah Davidson.
Davidson mengatakan hasil ini menunjukkan bagaimana permintaan terhadap daging sapi rendah metana dan pasar dapat mendorong peralihan emisi metana.
“Konsumen dapat mendorong pasar daging sapi yang diberi makan rumput laut,” kata Davidson.
“Namun para pembuat kebijakan perlu berinvestasi dalam pelabelan dan kampanye informasi untuk membangun kesadaran konsumen tentang potensi daging sapi rendah metana,” tambahnya.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya