Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bagaimana Iklim Ekstrem Memicu Kekeringan dan Hujan Lebat?

Kompas.com - 10/02/2025, 18:50 WIB
Monika Novena,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

Sumber PHYSORG

KOMPAS.com - Jutaan orang telah merasakan dampak perubahan iklim dalam kehidupan sehari-hari.

Jika suhu naik beberapa persepuluh derajat, kehidupan yang kita kenal akan semakin terancam akibat iklim ekstrem seperti gelombang panas, kekeringan, dan hujan lebat yang biasanya disertai banjir.

Namun pertanyaannya bagaimana perubahan iklim yang disebabkan manusia dan sebagian besar disebabkan oleh pembakaran bahan bakar fosil dan penggundulan hutan, dapat membuat lingkungan kita menjadi lebih kering dan tiba-tiba menjadi lebih basah pada saat yang bersamaan?

Sekilas, tampak kontradiktif bahwa pemanasan global dapat memicu kekeringan parah dan curah hujan tinggi. Namun, semua hal ekstrem ini saling berhubungan erat dan, pada kenyataannya, disebabkan oleh mekanisme fisik yang sama.

Memahami paradoks ini adalah kunci untuk memahami keseluruhan dampak perubahan iklim terhadap dunia kita. Proses tersebut mungkin bisa digambarkan seperti ini.

Baca juga:

Dikutip dari Phys, Senin (10/2/2025) mirip dengan bagaimana udara hangat di mesin pengering yang dapat mengeringkan pakaian Anda lebih cepat, kenaikan suhu mempercepat penguapan yang memperparah kondisi kekeringan dengan mengeringkan tanah dan tumbuh-tumbuhan.

Pada saat yang sama, atmosfer yang lebih hangat menahan lebih banyak uap air daripada di iklim yang lebih dingin.

Volume udara hangat yang sama dapat menyerap lebih banyak dalam hal total kelembapan. Udara yang lebih hangat dapat mengandung sekitar 7 persen lebih banyak air setiap derajat Celsius.

Kapasitas bungkusan udara yang meningkat untuk menampung air berarti butuh waktu lebih lama untuk mencapai titik jenuh.

Akan tetapi, ketika bungkusan udara tersebut "penuh" di mana hujan mulai turun, jumlah total air yang dapat jatuh sebagai hujan akan jauh lebih tinggi.

Hal tersebut mengakibatkan musim kemarau yang lebih panjang tanpa hujan dalam beberapa kasus, atau curah hujan yang lebih sering dan lebat yang kerap dikaitkan dengan banjir dalam kasus lain.

Beberapa kawasan, termasuk banyak negara di garis lintang menengah, seperti Swiss dan AS, terpengaruh oleh kedua perubahan tersebut: menunjukkan peningkatan baik dalam curah hujan lebat maupun kekeringan.

Rugikan Miliaran Dollar

Konsekuensi perubahan iklim itu mahal dan dalam banyak kasus permanen. Perubahan iklim merenggut nyawa dan mata pencaharian, dan beberapa jenis kerusakan tidak dapat diperbaiki.

Dan tidak ada wilayah, negara, atau orang di dunia yang kebal terhadap dampak memburuknya iklim.

Baca juga:

Misalnya, para ilmuwan telah menemukan bahwa perubahan iklim merupakan faktor penting yang mendasari kebakaran hutan baru-baru ini di Los Angeles, California dan menimbulkan kerugian miliaran dolar.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya

RI Dapat Kucuran Dana dari Australia untuk Produksi Hidrogen

RI Dapat Kucuran Dana dari Australia untuk Produksi Hidrogen

Pemerintah
UE Longgarkan Target Emisi Produsen Mobil

UE Longgarkan Target Emisi Produsen Mobil

Pemerintah
Menakar Potensi Bangunan Ramah Lingkungan untuk Cegah Banjir di Jakarta

Menakar Potensi Bangunan Ramah Lingkungan untuk Cegah Banjir di Jakarta

Pemerintah
Ekspansi Sawit: Peluang Ekonomi yang Mengancam Lingkungan?

Ekspansi Sawit: Peluang Ekonomi yang Mengancam Lingkungan?

Pemerintah
Tanaman Pangan Penting Dunia Terancam Punah karena Pemanasan Global

Tanaman Pangan Penting Dunia Terancam Punah karena Pemanasan Global

Pemerintah
Banjir Parah, Apa Sebenarnya Hubungannya dengan Perubahan Iklim?

Banjir Parah, Apa Sebenarnya Hubungannya dengan Perubahan Iklim?

Pemerintah
Cegah Mubazir Makanan Selama Ramadhan, Bapanas Serukan Gerakan Selamatkan Pangan 

Cegah Mubazir Makanan Selama Ramadhan, Bapanas Serukan Gerakan Selamatkan Pangan 

Pemerintah
'Green Property' Jadi Solusi Atasi Perubahan Iklim di Perkotaan

"Green Property" Jadi Solusi Atasi Perubahan Iklim di Perkotaan

Pemerintah
Tak Ekonomis dan Beremisi, Proyek DME Batu Bara Diminta Dievaluasi

Tak Ekonomis dan Beremisi, Proyek DME Batu Bara Diminta Dievaluasi

LSM/Figur
Produk Bahan Bangunan Ramah Lingkungan Lebih Diminati Konsumen di Indonesia

Produk Bahan Bangunan Ramah Lingkungan Lebih Diminati Konsumen di Indonesia

Swasta
Viva Apotek dan Benih Baik Bersinergi, Hadirkan Bantuan Kesehatan untuk Masyarakat

Viva Apotek dan Benih Baik Bersinergi, Hadirkan Bantuan Kesehatan untuk Masyarakat

Swasta
PLN Rilis 592 'Renewable Energy Ceritificate' untuk Industri Sawit

PLN Rilis 592 "Renewable Energy Ceritificate" untuk Industri Sawit

Pemerintah
Tekan Risiko, KLH Tetapkan Baku Mutu dan Awasi Pemakaian Insinerator

Tekan Risiko, KLH Tetapkan Baku Mutu dan Awasi Pemakaian Insinerator

Pemerintah
Permintaan Bahan Bakar Nabati Diprediksi Melonjak Dua Kali Lipat pada 2050

Permintaan Bahan Bakar Nabati Diprediksi Melonjak Dua Kali Lipat pada 2050

LSM/Figur
Atasi Krisis Air Bersih, BCA dan PPBI Hadirkan Sumur Bor di Kupang Tengah

Atasi Krisis Air Bersih, BCA dan PPBI Hadirkan Sumur Bor di Kupang Tengah

Swasta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau