Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perubahan Iklim Makin Parah, PBB Peringatkan Dunia Menuju Kerusakan

Kompas.com - 31/12/2024, 12:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.com - Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres memperingatkan perubahan iklim makin parah.

Dia juga memperingatkan dunia menuju kerusakan dan mendesak untuk keluar dari krisis iklim.

"Hari ini saya dapat melaporkan secara resmi bahwa kita baru saja mengalami satu dekade panas yang mematikan. 10 tahun terpanas yang pernah tercatat telah terjadi dalam 10 tahun terakhir, termasuk 2024," ujar Guterres dalam pesan tahun barunya, sebagaimana dilansir AFP, Senin (30/12/2024).

Baca juga: 2024 Jadi Tahun Bencana akibat Krisis Iklim, Banjir Bandang hingga Kebakaran Hutan

"Ini adalah kerusakan iklim secara langsung. Kita harus keluar dari jalan menuju kehancuran ini dan kita tidak boleh menyia-nyiakan waktu," sambungnya.

Dia mendesak dunia untuk dengan memangkas emisi secara drastis sekaligus mendukung transisi menuju masa depan yang terbarukan.

Organisasi Meteorologi Dunia atau World Meteorological Organization (WMO) memprediksi, 2024 akan menjadi tahun dengan suhu rata-rata terpanas yang pernah tercatat.

Emisi gas rumah kaca (GRK), penyebab utama pemanasan global yang memicu perubahan iklim, meningkat ke rekor tertinggi baru.

Baca juga: Krisis Iklim, Indonesia Alami Tambahan 122 Hari Suhu Panas pada 2024

Peningkatan emisi GRK tersebut bakal memicu lebih banyak rekor panas untuk tahun-tahun ke depan.

Sekretaris Jenderal WMO Celeste Saulo mengatakan, perubahan iklim terjadi tepat di depan mata, dan dampaknya dirasakan hampir setiap hari dalam bentuk peningkatan peristiwa cuaca ekstrem.

"Tahun ini kita menyaksikan curah hujan yang memecahkan rekor dan kejadian banjir serta hilangnya nyawa yang mengerikan di banyak negara, yang menyebabkan kesedihan bagi masyarakat di setiap benua," kata Saulo, sebagaimana dilansir AFP.

Saulo menuturkan, ketika di beberapa daerah dilanda banjir, belahan dunia lain mengalami panas hingga mencapai lebih dari 50 derajat celsius atau kebakaran hutan.

Dunia telah sepakat untuk membatasi suhu Bumi tidak baik melebihi 1,5 derajat celsius, yang tertuan dalam Perjanjain Paris 2015.

Baca juga: Kearifan Lokal dari Perempuan Tergerus Akibat Krisis Iklim

Di sisi lain, suhu rata-rata Bumi terus meningkat.

WMO mengatakan rata-rata suhu udara permukaan Bumi periode Januari-September adalah 1,54 derajat celsius di atas rata-rata pra-industri.

Catatan tersebut bakal menjadikan 2024 berada pada jalur yang tepat untuk mengalahkan rekor tahun terpanas sebelumnya yakni tahun 2023.

Pada 2023, rata-rata suhu suhu udara permukaan adalah 1,45 derajat celsius lebih panas daripada sebelum revolusi industri.

WMO akan menerbitkan ringkasan untuk 2024 pada bulan Januari 2025, dengan laporan lengkap berjudul State of the Global Climate 2024 akan menyusul pada bulan Maret.

Baca juga: Dampak Krisis Iklim terhadap Perempuan Lebih Berat

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya

Kondisi DAS Ciliwung Kritis, Ahli UGM Serukan Konservasi Menyeluruh

Kondisi DAS Ciliwung Kritis, Ahli UGM Serukan Konservasi Menyeluruh

LSM/Figur
Atasi Emisi karena AI, Big Tech Andalkan Nuklir dan Carbon Capture

Atasi Emisi karena AI, Big Tech Andalkan Nuklir dan Carbon Capture

Swasta
Diklaim Ramah Lingkungan, Penerbangan Katy Perry Dkk Masih Timbulkan Emisi Gas Rumah Kaca

Diklaim Ramah Lingkungan, Penerbangan Katy Perry Dkk Masih Timbulkan Emisi Gas Rumah Kaca

LSM/Figur
Sudah Generasi 4, Nuklir Dinilai Bisa Jadi Alternatif Transisi Energi Bersih

Sudah Generasi 4, Nuklir Dinilai Bisa Jadi Alternatif Transisi Energi Bersih

LSM/Figur
Mengapa Slow Fashion Sulit Jadi Tren?

Mengapa Slow Fashion Sulit Jadi Tren?

LSM/Figur
LG Dikabarkan Batalkan Proyek Baterai Kendaraan Listrik di Indonesia, Ini Alasannya

LG Dikabarkan Batalkan Proyek Baterai Kendaraan Listrik di Indonesia, Ini Alasannya

Swasta
TPA di Banyumas Sulap Sampah Plastik Jadi Paving Block dan Genteng

TPA di Banyumas Sulap Sampah Plastik Jadi Paving Block dan Genteng

Pemerintah
Hidrogen Butuh Waktu, Gaikindo Minta Pemerintah Fokus Bahan Bakar Nabati

Hidrogen Butuh Waktu, Gaikindo Minta Pemerintah Fokus Bahan Bakar Nabati

Pemerintah
Masyarakat Bisa Terima Kompensasi karena Jaga Lingkungan

Masyarakat Bisa Terima Kompensasi karena Jaga Lingkungan

Pemerintah
Peringati Hari Bumi, ULM dan Universitas di Kanada Tanam 100 Pohon Ulin

Peringati Hari Bumi, ULM dan Universitas di Kanada Tanam 100 Pohon Ulin

LSM/Figur
Peringati Hari Kartini, Pemerintah Dorong Wanita Indonesia Berdaya

Peringati Hari Kartini, Pemerintah Dorong Wanita Indonesia Berdaya

Pemerintah
Logam Beracun Cemari 15 Persen Lahan Pertanian Dunia

Logam Beracun Cemari 15 Persen Lahan Pertanian Dunia

LSM/Figur
Polusi Udara Paris Turun 50 Persen Usai Prioritaskan Penggunaan Sepeda

Polusi Udara Paris Turun 50 Persen Usai Prioritaskan Penggunaan Sepeda

Pemerintah
Lonjakan Permintaan dan Perubahan Iklim Sebabkan Kurangnya Pasokan Tenaga Surya

Lonjakan Permintaan dan Perubahan Iklim Sebabkan Kurangnya Pasokan Tenaga Surya

Pemerintah
KKP Tegaskan Tak Boleh Ada Privatisasi di Pantai Labuan Bajo

KKP Tegaskan Tak Boleh Ada Privatisasi di Pantai Labuan Bajo

Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau