KOMPAS.com - Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres memperingatkan perubahan iklim makin parah.
Dia juga memperingatkan dunia menuju kerusakan dan mendesak untuk keluar dari krisis iklim.
"Hari ini saya dapat melaporkan secara resmi bahwa kita baru saja mengalami satu dekade panas yang mematikan. 10 tahun terpanas yang pernah tercatat telah terjadi dalam 10 tahun terakhir, termasuk 2024," ujar Guterres dalam pesan tahun barunya, sebagaimana dilansir AFP, Senin (30/12/2024).
Baca juga: 2024 Jadi Tahun Bencana akibat Krisis Iklim, Banjir Bandang hingga Kebakaran Hutan
"Ini adalah kerusakan iklim secara langsung. Kita harus keluar dari jalan menuju kehancuran ini dan kita tidak boleh menyia-nyiakan waktu," sambungnya.
Dia mendesak dunia untuk dengan memangkas emisi secara drastis sekaligus mendukung transisi menuju masa depan yang terbarukan.
Organisasi Meteorologi Dunia atau World Meteorological Organization (WMO) memprediksi, 2024 akan menjadi tahun dengan suhu rata-rata terpanas yang pernah tercatat.
Emisi gas rumah kaca (GRK), penyebab utama pemanasan global yang memicu perubahan iklim, meningkat ke rekor tertinggi baru.
Baca juga: Krisis Iklim, Indonesia Alami Tambahan 122 Hari Suhu Panas pada 2024
Peningkatan emisi GRK tersebut bakal memicu lebih banyak rekor panas untuk tahun-tahun ke depan.
Sekretaris Jenderal WMO Celeste Saulo mengatakan, perubahan iklim terjadi tepat di depan mata, dan dampaknya dirasakan hampir setiap hari dalam bentuk peningkatan peristiwa cuaca ekstrem.
"Tahun ini kita menyaksikan curah hujan yang memecahkan rekor dan kejadian banjir serta hilangnya nyawa yang mengerikan di banyak negara, yang menyebabkan kesedihan bagi masyarakat di setiap benua," kata Saulo, sebagaimana dilansir AFP.
Saulo menuturkan, ketika di beberapa daerah dilanda banjir, belahan dunia lain mengalami panas hingga mencapai lebih dari 50 derajat celsius atau kebakaran hutan.
Dunia telah sepakat untuk membatasi suhu Bumi tidak baik melebihi 1,5 derajat celsius, yang tertuan dalam Perjanjain Paris 2015.
Baca juga: Kearifan Lokal dari Perempuan Tergerus Akibat Krisis Iklim
Di sisi lain, suhu rata-rata Bumi terus meningkat.
WMO mengatakan rata-rata suhu udara permukaan Bumi periode Januari-September adalah 1,54 derajat celsius di atas rata-rata pra-industri.
Catatan tersebut bakal menjadikan 2024 berada pada jalur yang tepat untuk mengalahkan rekor tahun terpanas sebelumnya yakni tahun 2023.
Pada 2023, rata-rata suhu suhu udara permukaan adalah 1,45 derajat celsius lebih panas daripada sebelum revolusi industri.
WMO akan menerbitkan ringkasan untuk 2024 pada bulan Januari 2025, dengan laporan lengkap berjudul State of the Global Climate 2024 akan menyusul pada bulan Maret.
Baca juga: Dampak Krisis Iklim terhadap Perempuan Lebih Berat
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya