Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Investor Pilih Label Hijau, Kabar Baik Sekaligus Alarm Greenwashing

Kompas.com - 11/02/2025, 14:06 WIB
Monika Novena,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

Sumber PHYSORG

KOMPAS.com - Dalam satu dekade terakhir, investasi berkelanjutan telah berkembang pesat, menarik perhatian global baik dari sisi dampak maupun popularitas. 

Tren ini mendorong Adam Vitalis dan rekannya dari Universitas Waterloo, Kanada, untuk mengkaji bagaimana label hijau memengaruhi keputusan investasi.

Hasil penelitian yang dipublikasikan di Humanities and Social Sciences Communications menegaskan bahwa label hijau memiliki peran penting dalam membentuk perilaku investasi. 

Dikutip dari Phys pada Selasa (11/2/2025), penelitian ini menemukan bahwa investor lebih cenderung memilih obligasi berlabel hijau dibandingkan obligasi non-hijau, bahkan ketika obligasi non-hijau menawarkan keuntungan finansial yang lebih tinggi.

Sekilas, itu adalah kabar baik. Namun, para peneliti juga mengingatkan risiko greenwashing di balik tren ini. Greenwashing dapat menyesatkan investor dengan membesar-besarkan manfaat lingkungan suatu aset.

Fenomena ini terjadi karena banyak investor mengandalkan label semata tanpa melakukan uji tuntas yang menyeluruh. Akibatnya, modal bisa mengalir ke produk keuangan berlabel hijau yang sebenarnya tidak memberikan dampak keberlanjutan yang signifikan.

"Greenwashing merusak kepercayaan investor dan dapat mengalihkan modal dari proyek yang benar-benar berkelanjutan, sehingga memperlambat kemajuan menuju solusi iklim yang nyata," jelas Vitalis.

Penelitian ini melibatkan lebih dari 1.100 peserta yang diberikan tiga skenario investasi berbeda. Mereka diminta memilih antara obligasi yang bervariasi dalam aspek pelabelan, manfaat lingkungan, dan pengembalian finansial.

Baca juga: Investasi Berdampak Bisa Wujudkan Praktik Bisnis Ramah Lingkungan

Para peneliti menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi keputusan investasi, termasuk keyakinan pribadi terhadap lingkungan, pengetahuan finansial, dan toleransi risiko. Hasilnya menunjukkan bahwa label hijau dapat secara signifikan memengaruhi perilaku investasi, terkadang membuat investor lebih mengutamakan persepsi daripada realitas.

Selain itu, studi ini menemukan bahwa kelompok investor tertentu — seperti mereka yang memiliki toleransi risiko tinggi, pengalaman investasi sebelumnya, atau pekerjaan di bidang keuangan — lebih cenderung berinvestasi dalam obligasi berlabel hijau.

Temuan ini diharapkan dapat membantu para pembuat kebijakan dalam merancang program edukasi dan insentif guna melindungi investor dari klaim keberlanjutan yang menyesatkan. Para peneliti juga menegaskan pentingnya regulasi yang lebih kuat untuk memastikan standar pelabelan obligasi hijau yang transparan dan kredibel.

"Perlindungan regulasi sangat penting untuk menjamin transparansi, akuntabilitas, dan kriteria keberlanjutan yang jelas di pasar keuangan. Hal ini dapat menjadi solusi utama dalam mengatasi potensi greenwashing," tegas Vitalis.

Selain itu, standar pengungkapan yang lebih ketat diperlukan agar perusahaan diwajibkan memberikan informasi keberlanjutan yang akurat dan dapat diperbandingkan. Dengan demikian, investor dapat terlindungi dari klaim yang menyesatkan, dan modal benar-benar dialokasikan untuk mendukung komitmen lingkungan yang bermakna serta tujuan keberlanjutan jangka panjang.

Baca juga: Perdagangan Karbon Berpeluang Dongkrak Investasi Teknologi Hijau

 

 

 

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya

Jakarta Utara Disiapkan Jadi Contoh Pengelolaan Sampah di Indonesia

Jakarta Utara Disiapkan Jadi Contoh Pengelolaan Sampah di Indonesia

Pemerintah
Eksplorasi Metode Konversi Etanol ke Bensin Buka Potensi Energi Hijau Indonesia

Eksplorasi Metode Konversi Etanol ke Bensin Buka Potensi Energi Hijau Indonesia

LSM/Figur
Aksi Iklim Tak Boleh Gulung Tikar

Aksi Iklim Tak Boleh Gulung Tikar

Pemerintah
MIND ID Grup Ubah Sampah Plastik Jadi Media Tanam di Fasilitas Nursery

MIND ID Grup Ubah Sampah Plastik Jadi Media Tanam di Fasilitas Nursery

Swasta
Ketika Presiden AS Ikut Campur Urusan Sedotan Plastik...

Ketika Presiden AS Ikut Campur Urusan Sedotan Plastik...

Pemerintah
Teknologi dan Infrastruktur Tak Cukup untuk Capai Target Emisi 2050

Teknologi dan Infrastruktur Tak Cukup untuk Capai Target Emisi 2050

LSM/Figur
Negara Pencemar Terbesar Dunia Lewatkan Tenggat Waktu Target Iklim

Negara Pencemar Terbesar Dunia Lewatkan Tenggat Waktu Target Iklim

Pemerintah
Kebijakan dan Tujuan Lingkungan Ihwal Sampah Plastik Belum Selaras

Kebijakan dan Tujuan Lingkungan Ihwal Sampah Plastik Belum Selaras

LSM/Figur
Investor Pilih Label Hijau, Kabar Baik Sekaligus Alarm Greenwashing

Investor Pilih Label Hijau, Kabar Baik Sekaligus Alarm Greenwashing

Swasta
Minuman dalam Kemasan Plastik Kecil Paling Berbahaya bagi Lingkungan

Minuman dalam Kemasan Plastik Kecil Paling Berbahaya bagi Lingkungan

LSM/Figur
UNICEF: 100 Kematian Anak per Hari di Asia Timur Terkait Polusi Udara

UNICEF: 100 Kematian Anak per Hari di Asia Timur Terkait Polusi Udara

LSM/Figur
Australia Suntik Investasi Rp 130 Miliar untuk Energi Terbarukan hingga Pengelolaan Limbah

Australia Suntik Investasi Rp 130 Miliar untuk Energi Terbarukan hingga Pengelolaan Limbah

Pemerintah
Indonesia Jangan Muram, Kejar Ketertinggalan lewat Riset Biodiversitas

Indonesia Jangan Muram, Kejar Ketertinggalan lewat Riset Biodiversitas

LSM/Figur
Guru Besar IPB: Limbah Cair Pabrik Sawit Punya Nilai Ekonomi Jika Diolah

Guru Besar IPB: Limbah Cair Pabrik Sawit Punya Nilai Ekonomi Jika Diolah

LSM/Figur
Cek Kesehatan Gratis Dimulai, Limbah Medis Perlu Serta Jadi Perhatian

Cek Kesehatan Gratis Dimulai, Limbah Medis Perlu Serta Jadi Perhatian

LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau