JAKARTA, KOMPAS.com - Investasi berdampak dinilai penting bagi pelaku bisnis, untuk mengadopsi praktik ramah lingkungan yang berkelanjutan.
Adapun investasi berdampak menawarkan pendekatan yang tidak hanya berorientasi pada keuntungan finansial, tetapi memberikan solusi terhadap isu-isu kritis di sektor sosial dan lingkungan.
Kepala Program Sustainable Finance Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII) Rizky Wisnoentoro menyebut, ketidakmampuan pebisnis mengintegrasikan langkah keberlanjutan berpotensi memperburuk masalah lingkungan. Selain itu, menghambat transisi menuju ekonomi hijau.
Baca juga: Memahami Investasi Berdampak, yang Tak Sekadar Cari Keuntungan Finansial
"Investasi berdampak dengan fokus pada solusi yang terukur, menawarkan jalan keluar dari siklus ini melalui penyediaan modal yang mendorong adopsi praktik ramah lingkungan,” ungkap Rizky dalam keterangan tertulis, Sabtu (11/1/2025).
Dia menjelaskan, prinsip environmental, social, and governance (ESG) dapat menjadi pondasi penting dalam investasi berdampak. Menurut Rizky, ESG memastikan keberlanjutan bisnis dan menciptakan nilai tambah.
Sehingga, investor bisa mengintegrasikan analisis risiko jangka panjang maupun profitabilitas dalam setiap keputusan investasi melalui saham, obligasi, reksa dana, serta pinjaman mikro.
Dirinya menekankan, pengembangan kerangka evaluasi berbasis bukti untuk mengukur dampak jangka panjang tetap diperlukan dalam penerapan ESG.
“Indikator keberhasilan yang relevan, pengumpulan data longitudinal, serta studi kasus dapat membantu menciptakan model bisnis yang adaptif terhadap tantangan sosial-lingkungan,” papar Rizky.
Senada, Sustainability Practitioner sekaligus Direktur Utama Bank Neo Commerce Eri Budiono menyatakan bahwa penerapan ESG juga membutuhkan kerangka evaluasi untuk mengukur dampak secara konkret.
Baca juga: Daya Tarik Investasi Energi Terbarukan RI Lebih Rendah daripada Malaysia dan Vietnam
"Dengan pendekatan berbasis bukti, investor dapat memastikan bahwa upaya mereka menghasilkan dampak jangka panjang yang terukur dan relevan, sekaligus memperkuat transparansi dalam pengelolaan investasi,” tutur Eri.
Eri berpandangan, investasi berdampak harus didukung dengan kerja sama dengan sektor swasta supaya mencapai target pembangunan berkelanjutan.
Berdasarkan laporan Kementerian Keuangan dana publik hanya mampu memenuhi 34 persen kebutuhan pendanaan isu perubahan iklim.
“Dengan kerangka pengukuran yang terstandarisasi, investor akan lebih percaya diri menyalurkan dana ke proyek sosial-lingkungan. Ekosistem yang mendukung akan mempermudah perkembangan sektor ini,” ujar Eri.
Baca juga: Pengelolaan Lahan dan Air Berkelanjutan Perlu Investasi Rp 4,8 Kuadriliun Per Tahun
Di samping itu, diperlukan pembentukan kerangka regulasi yang jelas, penawaran insentif fiskal, menciptakan platform untuk berbagi pengetahuan, hingga membangun kapasitas.
Diperkirakan, perlu 2,5 triliun dollar AS investasi per tahun untuk mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan secara global.
Melalui investasi berdampak, Indonesia dianggap berperan penting dalam memobilisasi modal untuk hasil yang berdampak di masa depan.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya