Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemangkasan Anggaran Pengaruhi Kesejahteraan Petani dan Ekonomi Desa

Kompas.com - 18/02/2025, 11:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.com - Kebijakan pemangkasan anggaran Kementerian Pertanian serta Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Kemendes PDT) dinilai bakal menimbulkan dampak besar pada sektor pembangunan desa dan pertanian.

Hal tersebut disampaikan Kepala Pusat Studi Pedesaan dan Kawasan (PSPK) Universitas Gadjah Mada (UGM) sekaligus Profesor Bambang Hudayana, sebagaimana dikutip dari situs web UGM, Senin (17/2/2025).

Untuk diketahui, anggaran Kementerian Pertanian dipangkas Rp10,28 triliun dari total pagu awal Rp 29,3 triliun. Sedangkan anggaran Kemendes PDT dipangkas Rp 772 miliar dari total pagu Rp 2,19 triliun.

Baca juga: Terimbas Efisiensi Anggaran, Jadwal Perpustakan Keliling di Lebak Dikurangi

Bambang yang juga merupakan dosen Antropologi Fakultas Ilmu Budaya (FIB) UGM mengatakan, pemotongan anggaran dengan jumlah besar berdampak negatif terhadap kesejahteraan petani.

Pasalnya, sektor pertanian membutuhkan suntikan dana yang besar, terutama untuk tanaman pangan dan hortikultura.

"Jika subsidi dan dukungan pemerintah berkurang, maka akses petani terhadap pupuk, bibit, dan obat-obatan pertanian akan semakin sulit," kata Bambang.

Bambang juga menyoroti dampak pemotongan anggaran terhadap ketersediaan sarana prasarana pertanian, seperti irigasi dan infrastruktur pendukung yang sangat krusial.

"Jika saluran air tidak berfungsi atau tanggul rusak tanpa ada perbaikan karena nihilnya dana, produksi pertanian akan menurun drastis," papar Bambang.

Baca juga: Efisiensi Anggaran, Apa Dampaknya ke Perbankan?

Selain itu, tantangan bagi sektor pertanian semakin berat di tengah perubahan iklim dan fluktuasi pasar global.

"Efek jangka panjangnya kalau sampai produksi dalam negeri kurang dan kita harus impor, tetapi barangnya tidak tersedia, tentu akan sangat berbahaya bagi Indonesia," ujarnya.

Ekonomi desa

Bambang juga menyoroti imbas pemotongan anggaran terhadap program penguatan ekonomi desa, contohnya melalui Badan Usaha Milik Desa (BUMDes).

Dengan pemangkasan anggaran, banyak BUMDes yang berpotensi kehilangan pendampingan dan pembinaan.

Padahal, sudah banyak desa yang mulai berkembang dengan sektor ekonominya sendiri seperti pengolahan sampah, pengolahan minyak jelantah, hingga desa wisata.

Baca juga: Pelajar MAN 2 Bekasi Demo, Tuntut Kepala Sekolah Mundur karena Anggaran Tak Transparan

"Jika anggaran pendampingan berkurang, desa-desa ini bisa kehilangan daya saingnya," papar Bambang.

Menurutnya, pemotongan anggaran seharusnya tidak dilakukan pada sektor-sektor yang menyentuh langsung kehidupan masyarakat kecil.

Ia mendorong pemerintah untuk mencari solusi yang lebih berpihak pada petani dan desa.

Misalnya dengan memperkuat inovasi lokal, memberikan insentif bagi usaha berbasis desa, serta memastikan alokasi dana agar tetap mendukung pertumbuhan ekonomi pedesaan.

"Jangan sampai pembangunan desa dan pertanian menjadi sektor yang dikorbankan karena dampaknya bisa berkepanjangan bagi stabilitas ekonomi dan sosial," ucap Bambang.

Baca juga: Mendes PDT: Dana Desa Rp 71 Triliun Tidak Terdampak Efisiensi Anggaran

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Laporan PBB: Kelaparan Turun Tipis ke 8,2 Persen, tetapi Ketimpangan Makin Menganga
Laporan PBB: Kelaparan Turun Tipis ke 8,2 Persen, tetapi Ketimpangan Makin Menganga
Pemerintah
Proyek Energi Terbarukan Melonjak, Sayangnya Gugatan HAM-nya Juga Naik
Proyek Energi Terbarukan Melonjak, Sayangnya Gugatan HAM-nya Juga Naik
Pemerintah
Kesehatan Kita Butuh Pemeriksaan Rutin, Indonesia Kini Punya Alatnya
Kesehatan Kita Butuh Pemeriksaan Rutin, Indonesia Kini Punya Alatnya
LSM/Figur
Riset Ahli Ungkap, Kearifan Lokal Saja Tak Mempan Lindungi Harimau Sumatera
Riset Ahli Ungkap, Kearifan Lokal Saja Tak Mempan Lindungi Harimau Sumatera
Pemerintah
BKSDA Aceh Beri Panduan Cegah Konflik Manusia dengan Harimau Sumatera
BKSDA Aceh Beri Panduan Cegah Konflik Manusia dengan Harimau Sumatera
Pemerintah
Krisis Iklim Picu Kerugian Rp 550 T, Transisi Energi Mutlak untuk Pertumbuhan Ekonomi
Krisis Iklim Picu Kerugian Rp 550 T, Transisi Energi Mutlak untuk Pertumbuhan Ekonomi
LSM/Figur
Indeks Investasi Hijau: Bank Nasional Masih Setengah Hati Dukung Transisi Hijau
Indeks Investasi Hijau: Bank Nasional Masih Setengah Hati Dukung Transisi Hijau
LSM/Figur
Kisah Fitryanti, Akademisi yang Aktif Lindungi Penyu dan Beri Edukasi Masyarakat Papua
Kisah Fitryanti, Akademisi yang Aktif Lindungi Penyu dan Beri Edukasi Masyarakat Papua
LSM/Figur
Di Indonesia Harimau Terancam Karhutla, di Nepal Ancamannya Proyek Kereta
Di Indonesia Harimau Terancam Karhutla, di Nepal Ancamannya Proyek Kereta
LSM/Figur
Negara Berkembang Terjebak Ketergantungan Komoditas, Perlu Ciptakan Nilai Tambah
Negara Berkembang Terjebak Ketergantungan Komoditas, Perlu Ciptakan Nilai Tambah
Pemerintah
Pertagas Tanam Mangrove di Pesisir Indramayu
Pertagas Tanam Mangrove di Pesisir Indramayu
BUMN
Hari Harimau Sedunia, Pengawasan dan Pelestarian Ekosistem Makin 'Urgent'
Hari Harimau Sedunia, Pengawasan dan Pelestarian Ekosistem Makin "Urgent"
LSM/Figur
90.000 Hektare, Lahan HTI Prabowo Bisa Dukung Konservasi Gajah dengan Pengelolaan Baik
90.000 Hektare, Lahan HTI Prabowo Bisa Dukung Konservasi Gajah dengan Pengelolaan Baik
LSM/Figur
Taman Karbon Akan Dibuka di London untuk Ingatkan soal Krisis Iklim
Taman Karbon Akan Dibuka di London untuk Ingatkan soal Krisis Iklim
Swasta
Peran Vital Hewan, Bantu Hutan Tropis Serap Lebih Banyak Karbon
Peran Vital Hewan, Bantu Hutan Tropis Serap Lebih Banyak Karbon
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau