Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Indeks Investasi Hijau: Bank Nasional Masih Setengah Hati Dukung Transisi Hijau

Kompas.com, 30 Juli 2025, 09:03 WIB
Eriana Widya Astuti,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com — Komitmen sektor perbankan nasional terhadap keberlanjutan dinilai masih lemah, terutama dalam hal pembiayaan hijau dan pelaporan prinsip lingkungan, sosial, dan tata kelola (ESG).

Temuan ini terungkap dalam laporan Indeks Investasi Hijau II yang dirilis oleh Indonesian Working Group on Forest Finance (IWGFF) bersama Forest Watch Indonesia (FWI).

Laporan tersebut meninjau praktik keuangan berkelanjutan dari 13 bank nasional dan internasional di Indonesia sepanjang 2017–2023.

Hasilnya menunjukkan bahwa meskipun beberapa bank telah mengadopsi laporan keberlanjutan dan prinsip ESG secara formal, sebagian besar masih menempatkan aspek lingkungan sebagai prioritas rendah dalam pengambilan keputusan pembiayaan.

Direktur IWGFF, Willem Pattinasarany, menilai kondisi ini mencerminkan adanya jarak yang serius antara kepatuhan administratif dan perubahan substansial.

Banyak bank, menurutnya, memang memenuhi kewajiban administratif seperti penyusunan laporan keberlanjutan. Namun, hanya sedikit yang sungguh-sungguh mengarahkan orientasi bisnisnya untuk mendukung transformasi menuju ekonomi hijau.

Baca juga: Transparansi ESG Jadi Sorotan Baru Dunia Usaha, Bagaimana di Tanah Air?

“Padahal, sektor jasa keuangan bisa menjadi motor utama perubahan menuju pembangunan berkelanjutan,” ujar Willem sebagaimana dikutip dari keterangan tertulis, Selasa (29/7/2025).

Dalam kajiannya, IWGFF menggunakan lima prinsip evaluasi untuk mengukur keberpihakan bank terhadap praktik hijau.

Kelima prinsip itu mencakup pengelolaan risiko sosial dan lingkungan, pengembangan sektor ekonomi berkelanjutan, tata kelola dan pelaporan, kemitraan dan peningkatan kapasitas, serta rencana aksi keuangan berkelanjutan.

Namun, menurut peneliti kajian, Marius Gunawan, berbagai tantangan masih menghambat perubahan tersebut, terutama dalam hal transparansi dan keberanian lembaga keuangan untuk mendanai proyek yang benar-benar berdampak lingkungan.

“Masih banyak bank yang tidak mengadopsi prinsip FPIC (Free, Prior and Informed Consent), bahkan enggan mempublikasikan Rencana Aksi Keuangan Berkelanjutan mereka,” ujar Marius.

Hal ini, lanjutnya, menunjukkan bahwa prinsip keberlanjutan belum menjadi inti dari strategi bisnis lembaga keuangan.

Salah satu penyusun laporan, Derry Wanta, turut menyoroti pendekatan reaktif yang masih menjadi kecenderungan mayoritas bank.

Beberapa di antaranya memang telah menerbitkan obligasi hijau dan mendanai proyek energi terbarukan. Namun, porsinya masih sangat kecil dibandingkan portofolio kredit sektor berbasis lahan yang memiliki dampak lingkungan tinggi.

Menanggapi temuan tersebut, IWGFF merekomendasikan sejumlah langkah strategis untuk memperkuat komitmen perbankan terhadap transisi hijau.

Baca juga: ESG Bukan Lagi Kewajiban tetapi Mesin Inovasi dan Pertumbuhan

Di antaranya, mewajibkan publikasi terbuka atas Rencana Aksi Keuangan Berkelanjutan (RAKB), mendorong adopsi prinsip FPIC dalam pembiayaan sektor berbasis lahan, memberikan insentif fiskal untuk investasi hijau, serta memperkuat regulasi agar tak hanya bersifat administratif.

Melalui peluncuran Indeks Investasi Hijau II ini, IWGFF berharap regulator, pelaku industri keuangan, dan masyarakat sipil dapat bersinergi mendorong sistem pembiayaan yang lebih bertanggung jawab, yang berpihak pada keberlanjutan dan keadilan sosial.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
IPB Latih Relawan dan Akademisi di Aceh Produksi Nasi Steril Siap Makan
IPB Latih Relawan dan Akademisi di Aceh Produksi Nasi Steril Siap Makan
Pemerintah
Bencana Hidrometeorologi Meningkat, Sistem Transportasi dan Logistik Dinilai Perlu Berubah
Bencana Hidrometeorologi Meningkat, Sistem Transportasi dan Logistik Dinilai Perlu Berubah
LSM/Figur
SMBC Indonesia Tanam 1.971 Pohon melalui Program BerDaya untuk Bumi di Garut
SMBC Indonesia Tanam 1.971 Pohon melalui Program BerDaya untuk Bumi di Garut
Swasta
Tempat Penyimpanan Karbon Dioksida Pertama di Dunia Bakal Beroperasi di Denmark
Tempat Penyimpanan Karbon Dioksida Pertama di Dunia Bakal Beroperasi di Denmark
Swasta
Bencana Makin Parah, Kebijakan Energi Indonesia Dinilai Tak Menjawab Krisis Iklim
Bencana Makin Parah, Kebijakan Energi Indonesia Dinilai Tak Menjawab Krisis Iklim
LSM/Figur
Banjir dan Longsor Tapanuli Tengah, WVI Jangkau 5.000 Warga Terdampak
Banjir dan Longsor Tapanuli Tengah, WVI Jangkau 5.000 Warga Terdampak
LSM/Figur
Distribusi Cadangan Beras untuk Banjir Sumatera Belum Optimal, Baru 10.000 Ton Tersalurkan
Distribusi Cadangan Beras untuk Banjir Sumatera Belum Optimal, Baru 10.000 Ton Tersalurkan
LSM/Figur
Menteri LH Ancam Pidanakan Perusahaan yang Terbukti Sebabkan Banjir Sumatera
Menteri LH Ancam Pidanakan Perusahaan yang Terbukti Sebabkan Banjir Sumatera
Pemerintah
KLH Bakal Periksa 100 Unit Usaha Imbas Banjir Sumatera
KLH Bakal Periksa 100 Unit Usaha Imbas Banjir Sumatera
Pemerintah
Tambang Energi Terbarukan Picu Deforestasi Global, Indonesia Terdampak
Tambang Energi Terbarukan Picu Deforestasi Global, Indonesia Terdampak
LSM/Figur
Food Estate di Papua Jangan Sampai Ganggu Ekosistem
Food Estate di Papua Jangan Sampai Ganggu Ekosistem
LSM/Figur
Perjanjian Plastik Global Dinilai Mandek, Ilmuwan Minta Negara Lakukan Aksi Nyata
Perjanjian Plastik Global Dinilai Mandek, Ilmuwan Minta Negara Lakukan Aksi Nyata
LSM/Figur
Cegah Kematian Gajah akibat Virus, Kemenhut Datangkan Dokter dari India
Cegah Kematian Gajah akibat Virus, Kemenhut Datangkan Dokter dari India
Pemerintah
Indonesia Rawan Bencana, Penanaman Pohon Rakus Air Jadi Langkah Mitigasi
Indonesia Rawan Bencana, Penanaman Pohon Rakus Air Jadi Langkah Mitigasi
LSM/Figur
Hujan Lebat Diprediksi Terjadi hingga 29 Desember 2025, Ini Penjelasan BMKG
Hujan Lebat Diprediksi Terjadi hingga 29 Desember 2025, Ini Penjelasan BMKG
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau