Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kota-Kota Dunia Perlu Investasi 86 Miliar Dollar AS untuk Proyek Iklim

Kompas.com - 20/02/2025, 15:46 WIB
Monika Novena,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

Sumber Edie

KOMPAS.com - CDP (Carbon Disclodure Project) - organisasi nirlaba yang membantu perusahaan, kota, negara bagian menyusun laporan keberlanjutan - mengungkapkan, kota-kota dunia perlu investasi senilai 86 miliar dollar AS untuk poyek tanggap iklim.

Berdasarkan data yang dikumpulkan dari 611 kota di 75 negara yang secara sukarela melaporkan 2.508 proyek iklim pada 2024 dengan sistem CDP, diketahui bahwa jumlah investasi yang dibutuhkan itu naik 23 persen.

Banyak proyek masih dalam tahap pengembangan karena kekurangan dukungan teknis dan finansial. Bahkan studi juga menemukan, 40 persen proyek di negara-negara berkembang dan menengah (EMDE) memerlukan pendanaan penuh.

Baca juga: 3 Situs Warisan Dunia di Indonesia Terancam Perubahan Iklim, Ini Daftarnya

CDP mencatat pula rincian pemanfaatan dari investasi itu.

Pengelolaan air menjadi sektor dengan prioritas tertinggi, dengan 272 proyek yang totalnya membutuhkan investasi senilai 28 miliar dollar AS.

Transportasi menyusul dengan 397 proyek yang memerlukan 19 miliar dollar AS. Sementara bangunan dan efisiensi energi yang mencakup 508 proyek memerlukan dana sekitar 12 miliar dollar AS.

AS diketahui memiliki jumlah proyek yang terkait dengan infrastruktur iklim terbanyak (484), diikuti Inggris (333), Brasil (204) dan Portugal (181).

Kota-kota memimpin upaya dalam memerangi perubahan iklim, tetapi tanpa investasi yang mendesak dan substansial, upaya mereka akan terhambat," ungkap Kepala Keuangan iklim CDP untuk Kota, Negara Bagian, dan Wilayah, Katie Walsh.

“Untuk membuat kemajuan yang berarti, kita harus memberdayakan pemerintah daerah, terutama di negara-negara berkembang, dengan dukungan keuangan yang mereka butuhkan," katanya lagi.

"Sudah waktunya untuk meningkatkan pendanaan iklim, mendorong kolaborasi lintas sektor yang lebih kuat, dan membuat keputusan yang positif bagi Bumi yang akan membangun kota-kota yang tangguh dan memastikan masa depan yang berkelanjutan bagi umat manusia," tambahnya.

Data CDP mengungkap, negara berkembang dan ekonomi berkembang (EMDE) menghadapi kekurangan keuangan yang paling signifikan.

Terbukti, meskipun kerentanan mereka terhadap perubahan iklim meningkat namun hanya 27 persen dari total kebutuhan pembiayaan berasal dari kota-kota EMDE, tanda bahwa proyek di sana masih minim.

Baca juga: Perubahan Iklim Pengaruhi Produksi Kakao, Termasuk Indonesia

Temuan CDP juga mencatat tantangan yang terus ada dalam menyalurkan pendanaan iklim dari pemerintah ke wilayah perkotaan.

Meskipun aliran pendanaan iklim perkotaan meningkat lebih dari dua kali lipat antara tahun 2017 dan 2022, jumlah tersebut masih jauh di bawah perkiraan 4,5 triliun dollar AS yang dibutuhkan setiap tahun hingga tahun 2030 untuk mengurangi risiko iklim secara efektif.

Mengatasi kekurangan dana ini pun menjadi tantangan yang mendesak.

Untuk menjembatani kesenjangan pendanaan tersebut, CDP mendesak lembaga keuangan publik dan swasta untuk berkolaborasi. Para pembuat kebijakan juga harus membantu untuk membentuk lingkungan yang mendukung.

CDP merekomendasikan pula penyelarasan strategi nasional dan lokal untuk memastikan bahwa rencana iklim nasional mencerminkan kebutuhan lokal untuk pendanaan iklim perkotaan yang efektif.

Di samping kebutuhan investasi, CDP juga menyebut pentingnya data yang kuat dan terperinci tentang proyek iklim kota.

Peningkatan transparansi dalam pengungkapan data sangat penting untuk membuka investasi dan mendorong tindakan iklim yang berarti, terutama karena kota-kota menghadapi lebih banyak peristiwa cuaca ekstrem dan berupaya mengurangi dampak lingkungannya.

Baca juga: Pendanaan Iklim Negara Rentan Meningkat 490 Miliar Dollar AS pada 2030

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau