Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

3 Situs Warisan Dunia di Indonesia Terancam Perubahan Iklim, Ini Daftarnya

Kompas.com - 16/02/2025, 11:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.com - Sebanyak 50 daftar situs warisan dunia UNESCO terancam rusak parah akibat perubahan iklim.

Dari 50 situs tersebut, tiga di antaranya ada di Indonesia. Temuan tersebut mengemuka berdasarkan analisis yang dilakukan Climate X.

Ketiga situs warisan dunia di Indonesia yang terancan hilang akibat perubahan iklim yaitu sistem pertanian Subak di Bali, Tambang Batu Bara Ombilin di Sumatera Barat, dan Taman Nasional Komodo di Nusa Tenggara Timur (NTT).

Baca juga: Perubahan Iklim Bikin Konstruksi Rentan Rusak, Pustral UGM Usulkan Jalan Ramah Lingkungan

Tiga situs tersebut terancam akibat dampak ekstrem dari perubahan iklim seperti banjir, kenaikan permukaan air laut, suhu panas ekstrem, dan risiko kekeringan.

Dalam penelitannya, Climate X melakukan permodelan terhadap 500 situs warisan dunia UNESCO apabila perubahan iklim terus berlangsung.

Hasil permodelan menunjukkan, 50 situs warisan dunia menghadapi ancaman serius kejadian ekstrem akibat perubahan iklim.

Bahkan, situs-situ tersebut rawan mengalami kerusakan yang parah pada 2050 alias 35 tahun lagi bila emisi gas rumah kaca (GRK) tak segera ditekan.

Baca juga: Berapa Banyak Spesies yang Akan Punah akibat Perubahan Iklim?

CEO sekaligus salah satu pendiri Climate X Lukky Ahmed menekankan implikasi mendalam dari temuan ini.

Ahmed menuturkan, situs-situs warisan dunia tersebut berusia ribuan tahun dan merupakan sejarah peradaban manusia.

"Dampak potensial perubahan iklim pada situs-situs ini sangat besar. Bukan hanya warisan masa lalu kita yang terancam, tetapi juga masa kini kita," kata Ahmed sebagaimana dilansir The Ethos, November 2024.

Dia menyampaikan, selain mengancam masa lalu dan masa depan manusia, perubahan iklim juga memiliki dampak sosial dan ekonomi dunia saat ini.

Baca juga: Laju Pemanasan Laut Melonjak, Tanda Perubahan Iklim Makin Cepat

"Temuan kami menjadi peringatan keras bagi pemerintah, pelestari lingkungan, dan masyarakat global untuk memprioritaskan perlindungan planet kita untuk melestarikan monumen kuno dan aset serta infrastruktur kita saat ini. Dan untuk melindungi kehidupan saat ini dan di masa depan," tutur Ahmed.

Climate X didirikan pada 2020 dan berada di garis depan dalam menganalisis risiko iklim.

Perusahaan yang berbasis di London, Inggris, tersebut memanfaatkan data yang tersedia untuk membuat permodelan dampak iklim ke sejumlah sektor seperti perbankan, real estat, dan infrastruktur.

Teknologi ini memungkinkan para pemangku kepentingan untuk membuat keputusan yang tepat guna mengurangi potensi kerusakan dan melestarikan aset bersejarah sekaligus aset kontemporer.

Baca juga: Trump Tarik AS dari Perjanjian Paris, Perlawanan Perubahan Iklim Hadapi Pukulan Besar

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Incar Ekonomi Tumbuh 8 Persen, RI Perlu Andalkan Peternakan dan Perikanan
Incar Ekonomi Tumbuh 8 Persen, RI Perlu Andalkan Peternakan dan Perikanan
Pemerintah
Perubahan Iklim Bisa Ganggu Kualitas Tidur, Kok Bisa?
Perubahan Iklim Bisa Ganggu Kualitas Tidur, Kok Bisa?
Pemerintah
Koalisi Manajer Aset Net Zero Kembali, Tapi Tanpa Komitmen Iklim 2050
Koalisi Manajer Aset Net Zero Kembali, Tapi Tanpa Komitmen Iklim 2050
Pemerintah
7.500 Peserta Ikuti PLN Electric Run 2025, Ajang Lari Nol Emisi Pertama di Indonesia
7.500 Peserta Ikuti PLN Electric Run 2025, Ajang Lari Nol Emisi Pertama di Indonesia
BUMN
Jangkar Kapal Merusak Terumbu Karang di TN Komodo, Potret Gagalnya Tata Kelola Pariwisata
Jangkar Kapal Merusak Terumbu Karang di TN Komodo, Potret Gagalnya Tata Kelola Pariwisata
LSM/Figur
Studi Ungkap Emisi Penerbangan Nyata Bisa Tiga Kali Lipat Lebih Tinggi dari Kalkulator Karbon
Studi Ungkap Emisi Penerbangan Nyata Bisa Tiga Kali Lipat Lebih Tinggi dari Kalkulator Karbon
Pemerintah
Sektor Pertanian Harus Tumbuh 4,7 Persen Per Tahun Jika Pertumbuhan PDB RI Ingin Capai 8 Persen
Sektor Pertanian Harus Tumbuh 4,7 Persen Per Tahun Jika Pertumbuhan PDB RI Ingin Capai 8 Persen
LSM/Figur
Kemenaker: 104 Kecelakaan Kerja Terjadi di 'Smelter' Nikel, SOP hingga K3 Masih Diabaikan
Kemenaker: 104 Kecelakaan Kerja Terjadi di "Smelter" Nikel, SOP hingga K3 Masih Diabaikan
Pemerintah
Emisi Tak Terlihat dari Colokan Listrik
Emisi Tak Terlihat dari Colokan Listrik
Pemerintah
Pertamina dan KLHK Tanam Ratusan Pohon Produktif di Hulu DAS di Bogor
Pertamina dan KLHK Tanam Ratusan Pohon Produktif di Hulu DAS di Bogor
BUMN
Tropenbos Indonesia: Restorasi Gambut Swakelola di Tingkat Tapak Butuh Pendampingan
Tropenbos Indonesia: Restorasi Gambut Swakelola di Tingkat Tapak Butuh Pendampingan
LSM/Figur
KLH Targetkan Dekontaminasi Cikande Selesai Akhir November
KLH Targetkan Dekontaminasi Cikande Selesai Akhir November
Pemerintah
Puncak Musim Hujan, BMKG Gelar Operasi Modifikasi Cuaca untuk Cegah Banjir
Puncak Musim Hujan, BMKG Gelar Operasi Modifikasi Cuaca untuk Cegah Banjir
Pemerintah
Menteri LH: Cengkih Terpapar Radioaktif Asal Lampung Tertangani
Menteri LH: Cengkih Terpapar Radioaktif Asal Lampung Tertangani
Pemerintah
Menyelamatkan Lahan Kritis Indonesia dari Desa: Pelajaran Ekologi dari Perlang
Menyelamatkan Lahan Kritis Indonesia dari Desa: Pelajaran Ekologi dari Perlang
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau