Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Darurat Plastik, Produsen dan Retailer Harus Stop Gunakan Gelas Sekali Pakai

Kompas.com - 20/02/2025, 12:04 WIB
Yunanto Wiji Utomo

Penulis

KOMPAS.com - Sampah gelas plastik menggunung seiring banyaknya pemakaian untuk Air Minuman Dalam Kemasan (AMDK) dan minuman takeaway

Gelas plastik adalah salah satu kemasan yang paling tidak efisien. Riset yang dipublikasikan di Scientific Reports pada 2021 menunjukkan, untuk berat yang sama, gelas plastik membutuhkan banyak Polyethylene Terephthalate (PET) lebih besar dalam pembuatannya dibandingkan botol berukuran 2,3 liter.

Bukan hanya itu, riset yang dilakukan tim peneliti Universitas Hasanuddin juga mengungkap, gelas plastik punya potensi paling besar mengekspos manusia pada mikroplastik.

Direktur Eksekutif Dietplastik Indonesia, Tiza Mafira, menyerukan pentingnya produsen dan retailer besar untuk mengeksplorasi cara lain menyajikan minuman dengan cara yang lebih berkelanjutan.

Tiza menilai, menjajakan minuman tanpa mengotori lingkungan dengan gelas plastik sekali pakai adalah keniscayaan, baik bagi produsen dan retailer besar maupun pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).

"Kami sudah melihat banyak usaha yang menjual minuman siap saji dengan gelas atau botol guna ulang. Harganya tidak jauh berbeda dengan yang sekali pakai, terutama yang di warung dan restoran," katanya kepada Kompas.com, Rabu (19/2/2025).

Ia juga mengamati sejumlah retailer mengajak konsumen untuk membeli dengan kemasan yang bisa dibawa pulang, lalu ditukarkan lagi ketika membeli untuk mendapatkan cashback.

Menurutnya, pendekatan itu bukan hanya menguntungkan lingkungan, tetapi juga retailer karena mendapatkan pelanggan sekaligus konsumen sebab menikmati harga lebih murah.

Baca juga: Mikroplastik Mengintai dari AMDK, Gelas Plastik Paling Banyak

"Usaha-usaha yang menerapkan sistem guna ulang tersebut menjual minuman susu, air kelapa, dan sebagainya, dan mereka tergolong UMKM," katanya.

Inisiatif-inisiatif yang ada tersebut seharusnya bisa ditangkap pemerintah dengan menindalanjuti melalui kebijakan.

"Yang selanjutnya dapat dilakukan dari segi kebijakan adalah mewajibkan retailer besar untuk menyediakan kemasan minuman guna ulang, seperti di bioskop, restoran fastfood, dan hotel. Ini akan membentuk sistem yang kuat, SOP bisnis yang konsisten, dan kebiasaan baru di masyarakat untuk menghindari sampah plastik sekali pakai," urainya.

Pemerintah juga bisa mendorong pelarangan penjualan AMDK dalam kemasan plastik.

"Pencegahan lebih baik daripada pengobatan. AMDK gelas lebih baik dilarang karena alternatifnya pun banyak," tutur Tiza.

Ia menguraikan, AMDK gelas plastik adalah contoh produk buruk. Satu produk air minum menggunakan empat jenis plastik berbeda, mulai gelas, tutup, sedotan, dan selubung sedotan. Gelas mungkin mudah dikumpulkan dan didaur ulang, tetapi tidak demikian dengan tutup, sedotan, dan selubungnya.

Jumat (21/2/2025) adalah Hari Sampah Nasional. Di tengah akumulasi sampah plastik yang disertai pula dengan ancaman bahan kimia seperti BPA, sudah selayaknya pemerintah mendorong produsen dan konsumen meninggalkan plastik sekali pakai. 

Baca juga: AMDK Gelas Plastik adalah Desain Produk Buruk, Lebih Baik Dilarang

 

 

 

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau