Saat ini, PET dan HDPE (High Density Polyethylene) merupakan jenis plastik yang paling banyak diminati dalam industri daur ulang.
PET sudah memiliki ekosistem daur ulang yang cukup matang sehingga pengelolaannya lebih mudah. HDPE banyak digunakan industri kecil dengan rantai pasok yang belum sekuat PET.
Sistem Daur Ulang Penting
Plastik juga bakal menjadi sampah jika rantai pasok produk dan sistem daur ulangnya tak terkoneksi dengan baik.
Ahmad Safrudin dari Net Zero Waste Management Consortium (NZWMC) mengungkapkan, selama ini pengelolaan sampah plastik lebih banyak bertumpu pada pemulung dan bank sampah.
Meski PET dan HDPE sudah lebih matang dan terbukti bisa diolah ulang, menjadi produk fashion misalnya, penyerapan sampahnya belum maksimal.
Seringkali, penyerapan sampah plastik yang belum maksimal dikaitkan dengan kinerja bank sampah yang masih kurang.
Padahal, kurangnya penyerapan juga berarti produksi berlebihan perusahaan Fast Moving Consumer Goods (FMCG).
"Ketika membuat produk seharusnya perusahaan juga mempertimbangkan rencana daur ulang kemasannya," kata Ahmad.
Produsen plastik seharusnya tidak hanya fokus pada produksi, tetapi juga memiliki pabrik daur ulang sendiri.
Dengan demikian, tanggung jawab pengelolaan sampah plastik tidak hanya dibebankan kepada masyarakat, tetapi juga menjadi bagian dari perencanaan produksi sejak awal.
Baca juga: AMDK Gelas Plastik adalah Desain Produk Buruk, Lebih Baik Dilarang
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya