KOMPAS.com - Menurut data dari The Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD), hanya 9 persen dari sampah plastik global yang berhasil didaur ulang.
Sementara itu, sampah plastik yang dibakar mencapai 19 persen dan sampah plastik yang tidak terkelola mencapai 22 persen.
Di sisi lain, sampah plastik yang berakhir begitu saja di tempat pembuangan akhir (TPA) atau landfilled mencapai 49 persen.
Itu berarti, sampah plastik yang dihasilkan dari aktivitas manusia mayoritas berakhir di TPA dan tidak terkelola sehingga mencemari lingkungan.
Baca juga: Darurat Plastik, Produsen dan Retailer Harus Stop Gunakan Gelas Sekali Pakai
Dilansir dari Visual Capitalist, rendahnya daur ulang sampah plastik tersebut salah satunya disebabkan oleh sistem pengelolaan sampah yang cacat di seluruh dunia.
Dalam pengelolaan limbah, sampah plastik harus didaur ulang sesuai jenisnya sehingga harus dipilah. Di samping itu, hanya plastik jenis PET dan HDPE saja yang paling banyak didaur ulang.
Di sisi lain, pemilahan sampah pastik kurang efisien dan membutuhkan biaya tambahan.
Sehingga, setelah sebagian besar produk plastik dibuat, digunakan seperti menjadi pembungkus, dan mencapai akhir kegunaannya, plastik tersebut sulit untuk digunakan kembali.
Baca juga: Jutaan Rumah Tangga Negara Berkembang Pakai Plastik untuk Bahan Bakar
Selain itu, plastik hasil daur ulang lebih mahal dibandingkan virgin plastik sebagai bahan baku.
Virgin plastik merupakan produk sampingan dari energi fosil. Murahnya virgin plastik tersebut tak lepas dari subsidi yang digelontorkan untuk bahan bakar fosil.
Lebih jauh lagi, munculnya kemasan plastik multilayer untuk makanan ringan membuat permasalahan sampah plastik semakin rumit.
Plastik multilayer, meskipun praktis, sangat sulit didaur ulang karena kontaminasi dan komposisi yang rumit.
Baca juga: Fans Taylor Swift Pilih Piringan Hitam Bebas Plastik untuk Koleksinya
Menyelesaikan sampah plastik tak boleh hanya bergantung pada upaya daur ulang saja. Sebab terbukti daur ulang hanya mampu menangani sampah plastik dalam jumlah kecil.
Beberapa upaya yang perlu dilakukan untuk mengatasi sampah plastik sebagaimana dilansir Visual Capitalist yakni:
Baca juga: Mikroplastik Mengintai dari AMDK, Gelas Plastik Paling Banyak
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya