Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Puasa 2025, Mulai Puasa Makan Nasi, Maukah Anda Mencobanya?

Kompas.com - 01/03/2025, 17:04 WIB
Yunanto Wiji Utomo

Penulis

KOMPAS.com - Sahur pakai nasi, buka pakai nasi. "Nasinya yang banyak, biar kenyang sampai buka," begitu mungkin sering diucapkan.

Tapi, kita semua perlu tahu. Nasi yang kita bilang selalu paling mengenyangkan dibanding sumber karbohidrat lain punya ongkos lingkungan dalam pertaniannya.

Bank Dunia pada tahun 2022 merilis laporan bahwa pertanian beras berkontribusi pada 10-13 persen emisi metana, gas yang memerangkap panas 25 lipat dibanding karbon dioksida.

Selain itu, sekitar 40 persen dari sumber air global berkaitan dengan praktik pertanian padi atau beras.

Pertanian beras juga terkait dengan kehancuran biodiversitas. Bukti nyatanya, pembukaan hutan sejuta hektar pada tahun 1990-an di Kalimantan Tengah yang mengancam ragam satwa.

Di tengah tantangan lingkungan yang makin besar, puasa Ramadhan 2025 bisa menjadi momen untuk memulai gerakan, misalnya puasa nasi untuk keberlanjutan pangan.

Agar ongkos lingkungan dari pertanian beras bisa diperkecil, salah satu cara yang bisa lakukan adalah membuat sumber karbohidrat kita beragam.

Doket dan pakar gizi masyarakat, Tan Yot Sen, sangat mungkin bagi kita memanfaatkan momen puasa untuk membiasakan diri dengan karbohidrat lain.

Baca juga: Peran Filantropi Bangun Ketahanan Pangan dari Desa

"Kenapa tidak?" kata Tan. "Banyak budaya asli kita kan sebenarnya tidak makan nasi. Suku-suku di NTB, Maluku, Papua, merek sebenarnya tidak makan nasi."

Guru besar pangan dan gizi IPB University, Ali Khomsan, mengatakan, momen puasa sendiri menunjukkan diversifikasi pangan.

"Ini tercermin dari ragam pangan yang tersedia saat bulan puasa terutama," ungkapnya ketika dihubungi Kompas.com, Sabtu (1/3/2025).

Jika mampu sebulan penuh mencoba tidak makan nasi, itu baik. Namun jika tidak, inisiatif kecil bisa dilakukan.

'Dalam seminggu, kita bisa mengganti beras dua kali dan nantinya bisa dipraktekkan di luar bulan Ramadhan," ujarnya.

Langkah kecil itu, jika dilakukan banyak orang, bisa memperbesar tekanan pada beras sehingga permintaan dan dampak lingkungannya menurun.

Ali Khomsan, jenis karbohidrat lain sebenarnya juga mampu menyediakan nutrisi seperti nasi. 

"Yang paling mirip ya jagung. Tapi kita ada singkong, ubi jalar, talas, kentang yang bisa dimanfaatkan<' urainya.

Keluhan kita tak kenyang karena makan nasi bisa diatasi dengan memakan lebih banyak makanan berserat. Sayur dan daging, misalnya.

Tan mengungkapkan, tak mau makan selain nasi karena tak kenyang itu adalah "soal mindset yang bersangkutan mau berubah atau tidak."

Tan mengatakan, "Orang hanya mau berubah jika apa yang akan diraih lebih besar daripada apa yang dikorbankan."

Nah, saatnya berpikir bahwa keberlanjutan lingkungan adalah sesuatu yang lebih besar daripada sekadar rasa kenyang.

Baca juga: Cuaca Ekstrem 2025 Bisa Picu Gejolak Harga Pangan, Kopi Salah Satunya

 

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya

Perang Mulut Trump-Zelensky, Bagaimana Kaitannya dengan Deal Mineral AS-Ukraina?

Perang Mulut Trump-Zelensky, Bagaimana Kaitannya dengan Deal Mineral AS-Ukraina?

Pemerintah
Green Mosque, Masjid sebagai Rumah Ibadah dan Aksi Iklim

Green Mosque, Masjid sebagai Rumah Ibadah dan Aksi Iklim

Pemerintah
Puasa 2025, Mulai Puasa Makan Nasi, Maukah Anda Mencobanya?

Puasa 2025, Mulai Puasa Makan Nasi, Maukah Anda Mencobanya?

LSM/Figur
Teknologi Pengolahan Limbah Cair Rumah Tangga Jadi Keharusan di Jakarta

Teknologi Pengolahan Limbah Cair Rumah Tangga Jadi Keharusan di Jakarta

Swasta
Bagaimana Cara Mengurangi Jejak Karbon saat Berkendara?

Bagaimana Cara Mengurangi Jejak Karbon saat Berkendara?

LSM/Figur
Peran AS dalam Transisi Energi Dunia Tak Signifikan, RI Jangan Gamang

Peran AS dalam Transisi Energi Dunia Tak Signifikan, RI Jangan Gamang

LSM/Figur
Solusi Limbah Tekstil, Peneliti Daur Ulang Pakaian Bekas Jadi Kertas

Solusi Limbah Tekstil, Peneliti Daur Ulang Pakaian Bekas Jadi Kertas

Swasta
Sambut Ramadhan Lebih Ramah Lingkungan, Ini 7 Tip Kurangi Sampah Sisa Makanan

Sambut Ramadhan Lebih Ramah Lingkungan, Ini 7 Tip Kurangi Sampah Sisa Makanan

LSM/Figur
Negaranya Terancam Tenggelam, Pemerintah Nauru Jual Kewarganegaraan ke Orang Asing

Negaranya Terancam Tenggelam, Pemerintah Nauru Jual Kewarganegaraan ke Orang Asing

Pemerintah
Sempat Jadi Tarik Ulur, Skema Power Wheeling Bakal Dihapus dalam RUU EBET

Sempat Jadi Tarik Ulur, Skema Power Wheeling Bakal Dihapus dalam RUU EBET

Pemerintah
Pemerintah Jelaskan Konsep 'Pulau Sampah', Mirip Strategi Singapura

Pemerintah Jelaskan Konsep "Pulau Sampah", Mirip Strategi Singapura

Pemerintah
Jepang Luncurkan Oli Mesin untuk Balap Berbasis Tanaman Pertama di Dunia

Jepang Luncurkan Oli Mesin untuk Balap Berbasis Tanaman Pertama di Dunia

Pemerintah
Agar Lamun Terjaga, Ekowisata Perlu Analisis Daya Dukung Lingkungan

Agar Lamun Terjaga, Ekowisata Perlu Analisis Daya Dukung Lingkungan

Pemerintah
Geramnya Warga di Jatimulya Depok ketika Perumahan Baru Sebabkan Banjir

Geramnya Warga di Jatimulya Depok ketika Perumahan Baru Sebabkan Banjir

Pemerintah
SATU Indonesia Awards 2025 Dibuka, Daftar dan Jadi Anak Muda Berdampak

SATU Indonesia Awards 2025 Dibuka, Daftar dan Jadi Anak Muda Berdampak

Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau