KOMPAS.com - Kegiatan menjelang berbuka puasa menanti azan magrib alias "ngabuburit" biasanya diisi dengan aktivitas yang sangat beragam
Mulai dari sekadar berjalan-jalan, berburu takjil, olahraga, mengaji, hingga bersantai di rumah menjadi aktivitas yang jamak dilakukan oleh orang-orang yang "ngabuburit".
Selain aktivitas-aktivitas tersebut, kita juga bisa melakukan kegiatan berkelanjutan yang ramah lingkungan.
Dalam melakukan kegiatan berkelanjutan, kita bisa memanfaatkan sampah rumahan yang kita hasilkan untuk menjadi sesuatu yang lebih berguna dan dapat membantu upaya pelestarian alam.
Dilansir dari berbagai sumber, berikut empat contoh kegiatan berkelanjutan yang bisa kita lakukan sembari menunggu waktu berbuka puasa alias "ngabuburit".
Baca juga: Puasa 2025, Mulai Puasa Makan Nasi, Maukah Anda Mencobanya?
Salah satu kegiatan "ngabuburit" yang ramah lingkungan dan bisa dilakukan contohnya adalah membuat ecobrick.
Ecobrick adalah bata yang terbuat dari limbah plastik, berwujud botol plastik dengan isian berbagai macam sampah plastik hingga penuh dan padat.
Bahan yang diperlukan untuk membuat ecobrick berupa botol plastik bekas, berbagai jenis sampah plastik, tongkat kayu, dan gunting.
Cara membuatnya sangat sederhana, yaitu potong-potong berbagai jenis sampah plastik menjadi kecil, lalu dimasukkan ke dalam botol plastik bekas hingga padat.
Ecobrick bukan sebagai penghancur sampah plastik, melainkan memperpanjang usianya dan mengolahnya menjadi sesuatu yang berguna yang bisa dipergunakan lagi untuk kepentingan manusia.
Ecobrick bisa dipakai sebagai alternatif batu bata atau dirangkai menjadi benda-benda lain seperti meja, kursi sederhana, menara, panggung kecil, dan lain-lain.
Baca juga: 6 Tip Kurangi Sampah Makanan Selama Bulan Puasa
Sampah organik dari rumah bisa diolah menjadi hal yang bermanfaat bahkan bisa memiliki nilai ekonomis.
Sampah organik juga bisa menjadi sumber resapan air guna menangkal banjir atau genangan saat hujan datang.
Metode menjadikan sampah sebagai resapan adalah dengan cara membuat lubang biopori. Upaya ini cocok dilakukan di kawasan rawan banjir.
Caranya cukup sederhana yaitu melubangi tanah dengan kedalaman sekitar 1 meter dan diameter 30 sentimeter (cm) hingga 40 cm.
Setelah itu, masukkan pipa PVC seukuran diameter lubang. Isi lubang biopori dengan sampah organik rumahan. Kemudian tutup lubang dengan kawat besi.
Tidak hanya satu, lubang biopori bisa dibuat di beberapa tempat dan diisi dengan sampah organik lainnya.
Sampah organik di dalam biopori bisa berubah menjadi kompos selama tiga bulan. Setelah tiga bulan, ambil kompos yang sudah jadi, kemudian kembali isi lubang biopori dengan sampah organik.
Baca juga: Kiat-kiat Kurangi Sampah saat Berburu Takjil
Selain membuat lubang biopori, sampah organik juga bisa diolah menjadi eco-enzyme. Kegiatan pembuatan ramuan eco-enzyme bisa dilakukan saat "ngabuburit".
Eco-enzyme menjadi salah satu bentuk pengelolaan sampah dengan memanfaatkan limbah dapur organik untuk hal yang bermanfaat.
Selain membantu mengurangi sampah organik, eco-enzyme juga dapat dimanfaatkan sebagai pembersih rumah tangga atau sebagai pupuk dan pestisida alami.
Cara membuat eco-enzyme sederhana saja. Pertama kumpulkan sampah organik seperti sisa kulit buah dan potongan sayur, kemudian fermentasikan dengan bahan campuran gula aren dan air.
Proses fermentasi ini membutuhkan waktu tiga bulan. Pada satu pekan pertama, tutup wadah perlu dibuka guna mengeluarkan gas yang ada di dalamnya.
Setelah tiga bulan, saring semua yang ada di dalam wadah tersebut dan ambil cairannya. Cairan ini yang disebut sebagai eco-enzyme.
Baca juga: Peringati Hari Bumi, Ini 5 Kiat Kurangi Sampah Plastik dari Diri Sendiri
Saat "ngabuburit", kita juga bisa menyulap botol-botol bekas air minu menjadi pot-pot cantik yang bisa menghiasi kebun rumah. Adapun bahan dan alat yang harus disiapkan adalah botol plastik dan silet atau gunting.
Cara membuat pot dari botol pun cukup mudah. Caranya, potong bagian tengah botol menjadi dua bagian. Lalu, buatlah lubang di bagian bawah botol yang berguna sebagai drainase dan ventilasi udara.
Untuk memperindahnya, pot bisa diwarnai menggunakan cat yang ada di rumah. Hias pot sesuai dengan selera.
Setelah itu, pot sudah bisa digunakan dan meletakkan tanah dan pupuk ke dalamnya, lalu tanam bibit yang diinginkan. Pastikan tanaman mendapat air dan sinar matahari yang cukup.
Baca juga: Peringati Hari Bumi, Ini 5 Kiat Kurangi Sampah Plastik dari Diri Sendiri
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya