KOMPAS.com - Tim peneliti dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menemukan dua spesies baru kumbang kura-kura dari genus Thlaspidula di Sulawesi.
Kedua spesies tersebut masing-masing diberi nama Thlaspidula gandangdewata dan Thlaspidula sarinoi.
Temuan tersebut dipublikasikan dalam jurnal Zootaxa edisi bulan Januari 2025.
Baca juga: KLH: Sampah Plastik Ancam Lebih dari 800 Spesies Laut
Koleksi spesimen dilakukan oleh Tim Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi BRIN dari dua lokasi berbeda, yaitu Gunung Gandangdewata dan Gunung Torompupu.
Penelitian ini mencakup deskripsi morfologi secara mendetail serta kunci identifikasi terbaru untuk semua anggota genus Thlaspidula.
Peneliti Ahli Pertama Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi BRIN Anang Setyo Budi mengatakan, kedua spesies tersebut memiliki ciri khas yang membedakannya dari spesies Thlaspidula lainnya.
Thlaspidula gandangdewata, Thlaspidula sarinoi, dan Thlaspidula boisduvali tergabung dalam grup spesies dari genus Thlaspidula yang memiliki bintik hitam lebar di bagian posterolateral pelebaran batas elytra saja.
Di sisi lain, ketiganya memiliki pola bintik hitam di elytra dan pronotum yang berbeda.
Baca juga: Hutan Lindung Saja Tak Jamin Kelestarian Spesies Terancam Punah
"Selain itu, perbedaan terletak pada bentuk morfologi cakar, mandibel, pronotum, dan tonjolan elytra. Karakter lain yang juga dapat membantu membedakan spesies tersebut adalah panjang dan warna segmen pada antena," jelas Anang, dikutip dari siaran pers BRIN, Senin (4/3/2025).
Kumbang dari genus Thlaspidula memiliki karakter umum seperti kumbang kura-kura lain yaitu elytra dan pronotum yang melebar dan sering kali membentuk perisai yang menutupi kepala dan kaki.
Namun, Thlaspidula memiliki bentuk labrum, proporsi tubuh, segmen antena, baris titik pada elytra, dan tekstur elytra yang khas.
Hingga saat ini, baru delapan spesies yang tercatat dalam genus ini yang tersebar dari Semenanjung Malaya hingga Papua.
Baca juga: Ikan Gobi Kerdil, Spesies Baru yang Ditemukan Ilmuwan di Teluk Saleh
Spesimen yang diteliti dalam studi ini disimpan di Museum Zoologicum Bogoriense (MZB), Indonesia.
Material dikoleksi menggunakan jaring sapu dari Gunung Gandangdewata dan Gunung Torompupu di Sulawesi.
Penemuan ini menjadi langkah penting dalam dokumentasi keanekaragaman hayati Indonesia, terutama di kawasan pegunungan Sulawesi yang merupakan salah satu pusat endemisme fauna.
Studi lebih lanjut masih diperlukan untuk memahami ekologi, distribusi, serta upaya konservasi spesies baru ini.
Baca juga: Sepertiga Spesies di Bumi Bisa Punah pada 2100 jika Perubahan Iklim Tak Diatasi
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya