KOMPAS.com - Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia mendukung penuh pemerintah mengembangkan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) di Indonesia sebagai bagian dari upaya diversifikasi sumber energi.
Wakil Ketua Umum Bidang Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Kadin Indonesia Aryo Djojohadikusumo menuturkan, tren investasi PLTN di dunia terus meningkat dari tahun ke tahun.
"Kadin Indonesia mendukung pemerintah untuk mengembangkan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir atau PLTN di tanah air," kata Aryo, sebagaimana dilansir Antara, Selasa (4/3/2025).
Baca juga: 3 Negara Disebut Ajukan Proposal Pengembangan PLTN di RI, Ini Daftarnya
Dia menambahkan, Kadin bersama pemerintah kini agresif memanfaatkan momentum dan potensi yang ada dengan terus mendorong dekarbonisasi industri melalui penguatan infrastruktur dan penarikan investasi energi baru terbarukan (EBT).
Aryo menjelaskan, sebagian besar dana mungkin akan disuntikkan ke dalam sektor energi hijau dan terbarukan serta industri yang penting bagi energi hijau seperti mineral.
Langkah itu sejalan dengan salah satu rencana kerja Bidang ESDM Kadin Indonesia 2024-2029 yaitu energi baru, terbarukan, dan konservasi energi.
Dia menyebutkan, menurut informasi Pusat Data Kadin Indonesia Bidang ESDM yang dikutip dari laporan International Energy Agency (IEA) pada Januari 2025, nilai investasi nuklir akan terus meningkat dari tahun ke tahun sesuai tiga skenario outlook energi dunia.
Pertama, The Stated Policies Scenario (STEPS) yang konservatif. Investasi nuklir dunia akan naik dari saat ini 65 miliar dollar AS per tahun menjadi 70 miliar dollar AS per tahun pada 2030. Dalam skenario itu, kapasitas reaktor nuklir akan meningkat lebih dari 50 persen mendekati 650 gigawatt (GW) pada 2050.
Baca juga: Kementerian ESDM Siapkan Gugus Tugas Tentukan Lokasi Pembangunan PLTN Pertama
Kedua, the Announced Pledges Scenario (APS) yang terdapat dukungan pemerintah serta kebijakan energi dan iklim berjalan tepat waktu. Investasi nuklir bisa mencapai 120 miliar dollar AS per tahun pada 2030 dengan kapasitas naik di atas dua kali lipat pada 2050.
Ketiga, Net Zero Emissions Scenario. Investasi 150 miliar dolar AS per tahun pada 2030 dan kapasitas terinstal nuklir mencapai 1.000 GW pada 2050.
Pada 2023, lebih dari 410 reaktor telah beroperasi di 30 negara serta memasok sembilan persen pasokan listrik global. Jumlah tersebut diperkirakan naik menjadi 420 reaktor pada 2025.
Negara-negara di dunia, khususnya negara berkembang, saat ini terus berlomba membangun pembangkit nuklir sebagai energi alternatif. Sebagian besar pembangkit yang dikembangkan memakai teknologi China dan Rusia.
Aryo menuturkan, nuklir merupakan sumber energi rendah emisi kedua setelah tenaga hidro, mampu memproduksi listrik 20 persen lebih tinggi dari angin dan 70 persen di atas solar panel.
Baca juga: Pemerintah Majukan Rencana Realisasi PLTN 3 Tahun, dari 2032 Jadi 2029
PLTN juga mampu memberikan panas untuk industri dan desalinasi atau pemurnian air laut menjadi air bersih.
Sejak 1971, energi nuklir telah mengurangi 72 gigaton emisi karbondioksida dari pembangkit batu bara, gas alam, dan minyak serta memperkuat ketahanan energi di beberapa negara.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya