Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mikroplastik Hambat Fotosintesis Tanaman, Jutaan Orang Terancam Kelaparan

Kompas.com, 12 Maret 2025, 21:00 WIB
Monika Novena,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

Sumber Guardian

KOMPAS.com - Sebuah analisis baru yang dipublikasikan di jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences menemukan bahwa mikroplastik dapat menghambat kemampuan tanaman untuk berfotosintesis.

Hal tersebut menurut peneliti dapat secara signifikan mengurangi pasokan makanan.

Analisis tersebut, seperti dikutip dari Guardian, Rabu (12/3/2025) memperkirakan pasokan tanaman pokok dunia yaitu gandum, beras, dan jagung bisa berkurang antara 4 persen hingga 14 persen karena partikel mikroplastik yang menyebar luas.

Asia sendiri merupakan kawasan yang paling terdampak polusi mikroplastik, dengan penurunan yang mencapai antara 54 juta hingga 177 ton per tahun, sekitar setengah dari kerugian global.

Baca juga: Mikroplastik Jadi Tantangan Serius di Laut, Bisa Ancam Manusia

Peneliti pun memperkirakan polusi mikroplastik tersebut dapat meningkatkan risiko jumlah orang yang kelaparan hingga 400 juta dalam dua dekade mendatang, sebuah skenario mengkhawatirkan bagi ketahanan pangan global.

Kerugian panen tahunan yang disebabkan oleh mikroplastik pun bisa memiliki skala yang sama dengan yang disebabkan krisis iklim dalam beberapa dekade terakhir.

Apalagi dunia sudah menghadapi tantangan untuk memproduksi pangan yang cukup karena populasi global diperkirakan akan meningkat menjadi 10 miliar pada 2058.

“Umat manusia telah berupaya keras untuk meningkatkan produksi pangan guna memberi makan populasi yang terus bertambah tetapi upaya yang sedang berlangsung ini sekarang terancam oleh polusi plastik,” ungkap Prof Huan Zhong dari Universitas Nanjing di China.

"Temuan ini menggarisbawahi urgensi mengurangi polusi untuk menjaga pasokan pangan global," katanya lagi.

Memengaruhi Fotosintesis

Studi ini menggabungkan lebih dari 3000 pengamatan tentang dampak mikroplastik pada tanaman yang diambil dari 157 penelitian.

Peneliti kemudian menyimpulkan mikroplastik menghalangi tanaman memanfaatkan sinar matahari untuk tumbuh dengan berbagai cara.

Partikel-partikel pencemar tersebut dapat menghalangi sinar matahari yang mencapai daun dan merusak tanah yang menjadi tempat bergantungnya tanaman.

Ketika diserap oleh tanaman, mikroplastik dapat menghalangi saluran nutrisi dan air, memicu molekul tidak stabil yang merusak sel, dan melepaskan zat kimia beracun, yang dapat mengurangi kadar pigmen fotosintesis klorofil.

Para peneliti memperkirakan bahwa mikroplastik mengurangi fotosintesis tanaman darat sekitar 12 persen dan sekitar 7 persen pada alga laut, yang berada di dasar jaring makanan laut.

Baca juga: Masyarakat Terpapar Mikroplastik akibat TPA Open Dumping

Di lautan, polusi mikroplastik dapat memengaruhi fotosintesis alga yang menyebabkan hilangnya ikan dan makanan laut antara 1 juta hingga 24 juta ton per tahun, sekitar 7 persen dari total protein yang dapat memberi makan puluhan juta orang.

Fotosintesis yang berkurang karena mikroplastik mungkin juga mengurangi jumlah CO2 yang memanaskan iklim yang diambil dari atmosfer oleh mekarnya fitoplankton besar-besaran di lautan Bumi dan mengganggu keseimbangan ekosistem lainnya.

"Dampak buruk ini sangat mungkin meluas dari ketahanan pangan hingga ketahanan planet," papar Zhong.

Kendati demikian, Prof Richard Lampitt dari Pusat Oseanografi Nasional Inggris, mengatakan kesimpulan tersebut harus disikapi dengan hati-hati.

"Saya memiliki kekhawatiran tentang kualitas data yang digunakan model tersebut karena bisa menyebabkan spekulasi berlebihan tentang dampak kontaminasi plastik pada persediaan makanan," katanya.

Perlu lebih banyak data untuk menghasilkan estimasi yang lebih akurat.

Namun terlepas dari perdebatan soal data itu, Prof Richard Thompson, dari Universitas Plymouth di Inggris mengatakan hasil studi menambah bukti yang menunjukkan perlunya tindakan untuk mengatasi polusi mikropastik.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
SBTi Rilis Peta Jalan untuk Industri Kimia Global
SBTi Rilis Peta Jalan untuk Industri Kimia Global
Pemerintah
Bukan Murka Alam: Melacak Jejak Ecological Tech Crime di Balik Tenggelamnya Sumatra
Bukan Murka Alam: Melacak Jejak Ecological Tech Crime di Balik Tenggelamnya Sumatra
Pemerintah
Agroforestri Sawit: Jalan Tengah di Tengah Ancaman Banjir dan Krisis Ekosistem
Agroforestri Sawit: Jalan Tengah di Tengah Ancaman Banjir dan Krisis Ekosistem
Pemerintah
Survei FTSE Russell: Risiko Iklim Jadi Kekhawatiran Mayoritas Investor
Survei FTSE Russell: Risiko Iklim Jadi Kekhawatiran Mayoritas Investor
Swasta
Tuntaskan Program KMG-SMK, BNET Academy Dorong Penguatan Kompetensi Guru Vokasi
Tuntaskan Program KMG-SMK, BNET Academy Dorong Penguatan Kompetensi Guru Vokasi
Swasta
Harapan Baru, Peneliti Temukan Cara Hutan Tropis Beradaptasi dengan Iklim
Harapan Baru, Peneliti Temukan Cara Hutan Tropis Beradaptasi dengan Iklim
Pemerintah
Jutaan Hektare Lahan Sawit di Sumatera Berada di Wilayah yang Tak Layak untuk Monokultur
Jutaan Hektare Lahan Sawit di Sumatera Berada di Wilayah yang Tak Layak untuk Monokultur
LSM/Figur
Industri Olahraga Global Bisa Jadi Penggerak Konservasi Satwa Liar
Industri Olahraga Global Bisa Jadi Penggerak Konservasi Satwa Liar
Swasta
FAO: Perluasan Lahan Pertanian Tidak Lagi Memungkinkan
FAO: Perluasan Lahan Pertanian Tidak Lagi Memungkinkan
Pemerintah
Banjir Sumatera Disebabkan Kerusakan Hutan, Anggota DPR Ini Minta HGU Ditiadakan
Banjir Sumatera Disebabkan Kerusakan Hutan, Anggota DPR Ini Minta HGU Ditiadakan
Pemerintah
Pupuk Indonesia: Jangan Pertentangkan antara Pupuk Organik dan Kimia
Pupuk Indonesia: Jangan Pertentangkan antara Pupuk Organik dan Kimia
BUMN
PLN Kelebihan Pasokan, Proyek WtE Dikhawatirkan Hanya Bakar Uang
PLN Kelebihan Pasokan, Proyek WtE Dikhawatirkan Hanya Bakar Uang
LSM/Figur
Ekonomi Hijau Diprediksi Capai 7 Triliun Dolar AS per Tahun pada 2030
Ekonomi Hijau Diprediksi Capai 7 Triliun Dolar AS per Tahun pada 2030
Pemerintah
Skema Return dan Reuse Disebut Bisa Kurangi Polusi Plastik dalam 15 Tahun
Skema Return dan Reuse Disebut Bisa Kurangi Polusi Plastik dalam 15 Tahun
Pemerintah
Ketika Anak-anak Muda Mulai Berinisiatif untuk Lestarikan Lingkungan...
Ketika Anak-anak Muda Mulai Berinisiatif untuk Lestarikan Lingkungan...
LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau