Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Strategi DLH Jakarta Tangani Polusi Udara: Tiru Paris dan Bangkok

Kompas.com - 20/03/2025, 18:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Editor

KOMPAS.com - Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta akan meniru kota-kota besar dunia seperti Paris di Perancis dan Bangkok di Thailand dalam menangani polusi udara.

Kepala DLH DKI Jakarta Asep Kuswanto di Jakarta, Selasa (18/3/2025), mengatakan, kedua kota tersebut memiliki stasiun pemantau kualitas udara (SPKU) yang banyak.

Dia mencontohkan, di Bangkok ada 1.000 SPKU sedangkan di Paris terdapat 400 SPKU.

Baca juga: 8 Wilayah di Indonesia dengan Polusi Tertinggi Sepanjang 2024

"Ke depan kita akan menambah jumlahnya agar bisa melakukan intervensi yang lebih cepat dan akurat," kata Asep, sebagaimana dilansir Antara.

Ia menambahkan keterbukaan data menjadi langkah penting dalam memperbaiki kualitas udara secara sistematis.

Asep mengatakan, penyampaian data polusi udara harus lebih terbuka agar intervensi bisa lebih efektif.

Dia menilai yang dibutuhkan bukan hanya intervensi sesaat, tetapi langkah-langkah berkelanjutan dan luar biasa dalam menangani pencemaran udara.

Baca juga: Polusi Indonesia Turun, tapi Masih Jauh di Atas Ambang WHO

Asep berujar, DLH DKI Jakarta menargetkan penambahan 1.000 sensor kualitas udara berbiaya rendah agar pemantauan lebih luas dan akurat.

Dengan upaya ini, sumber pencemaran dapat terdeteksi lebih jelas, termasuk bagaimana polutan dari luar Jakarta masuk ke wilayah ibu kota.

Sementara itu, Guru Besar Teknik Lingkungan Institut Teknologi Bandung (ITB) Profesor Puji Lestari,mengungkapkan polusi udara di Jakarta sebagian besar berasal dari aktivitas industri yang tersebar di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek).

Setelah industri, Puji menyampaikan emisi dari kendaraan juga menjadi salah satu kontributor polusi di Jakarta.

Baca juga: Dampak Polusi Plastik pada Hewan, Burung Laut Alami Kerusakan Otak

"Selain faktor internal, kondisi udara di Jakarta juga dipengaruhi oleh wilayah sekitarnya yang turut berkontribusi terhadap penurunan kualitas udara," jelas Puji.

Menurutnya, interaksi antara berbagai sumber pencemaran ini menyebabkan tingkat polusi di Jakarta semakin kompleks.

Oleh karena itu, diperlukan koordinasi lintas wilayah serta pendekatan berbasis data yang lebih terbuka untuk mencapai perbaikan yang signifikan dalam kualitas udara Jakarta.

Baca juga: Polusi Udara Global Turun, tetapi di Negara Berkembang Tetap Tinggi

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau