KOMPAS.com - Badan Kelautan dan Atmosfer Amerika Serikat menyebut bahwa sungai atmosfer dapat membawa air sebanyak 15 kali lebih banyak dari volume air yang ada di Sungai Mississippi sehingga bisa memicu terjadinya banjir.
Sungai atmosfer adalah aliran uap air yang terbawa hingga keluar daerah tropis. Aliran uap air yang berkapasitas sangat tinggi ini sering disamakan dengan sungai yang terbentuk di langit. Hal ini sebagaimana dikutip dari Reuters, Jumat (11/4/2025).
"Karena besarnya aliran uap air yang terkandung, apabila turun sebagai hujan atau salju mampu memberikan dampak negatif yang signifikan seperti terjadinya badai hujan atau badai salju, banjir, tanah longsor, bahkan bisa mengakibatkan kerusakan properti yang sangat besar," jelas lembaga tersebut.
Baca juga: Cuaca Ekstrem Rusak Lingkungan, Turunkan Nilai Jasa Ekosistem
Contoh terjadinya sungai atmosfer yang terkenal adalah "Pineapple Express," sungai atmosfer kuat yang mampu membawa air dari daerah tropis dekat Hawaii ke Pantai Barat AS sehingga memicu tanah longsor yang memaksa pengendara transportasi pribadi maupun umum harus berenang untuk menyelamatkan diri dan menyebabkan rumah-rumah longsor ke bawah bukit.
Pada tahun 2021, sebuah sungai atmosfer membawa air hujan dengan kapasitas yang sama dengan hujan selama satu bulan di kawasan British Columbia Kanada dalam dua hari, yang memicu banjir dan tanah longsor. Hal itu menyebabkan hancurnya permukiman, dan memutus akses ke pelabuhan terbesar Kanada.
Adanya perubahan iklim menjadi salah satu faktor yang menyebabkan terbentuknya sungai atmosfer yang membawa bencana alam bagi umat manusia.
Para peneliti mengatakan bahwa, meningkatnya suhu permukaan bumi akan meningkatkan kadar uap air yang berada di udara sehingga menyebabkan peningkatan jumlah sungai di atmosfer secara keseluruhan.
Baca juga: Demi Pelanggan, UMKM Makin Tingkatkan Aksi Iklim
Secara global, perubahan iklim akan meningkatkan terjadinya sungai atmosfer sebesar 84% antara Desember dan Februari dan 113 persen antara Juni dan Agustus dengan penggunaan bahan bakar fosil yang terus meningkat, berdasarkan data yang diambil pada tahun 2024 lalu.
Disaat yang sama para peneliti, mengatakan bahwa meningkatnya sungai atmosfer yang kuat yang mampu memicu bencana itu, akan mengurangi sungai atmosfer sedang yang curah hujannya pas untuk mengisi tempat penampungan persediaan air yang berkontribusi untuk kehidupan sehari-hari.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya