Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

KLH Targetkan Industri Semen Bisa Olah Limbah Jadi RDF

Kompas.com - 24/04/2025, 10:27 WIB
Zintan Prihatini,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) menargetkan industri semen bisa mengelola limbahnya menjadi refuse derived fuel (RDF) atau bahan bakar alternatif ramah lingkungan.

Wakil Menteri LH, Diaz Hendropriyono, mengatakan hal ini dilakukan untuk mendorong target pengelolaan sampah 100 persen pada 2029 sesuai arahan presiden dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) periode 2025-2029.

"Target pengelolaan sampah nasional sebagaimana tertuang dalam RPJMN adalah 50 persen pada 2025, dan 100 persen pada tahun 2029," ujar Diaz dalam keterangannya, Kamis (24/4/2025).

Sementara ini, dia mencatat, pengolahan sampah dalam negeri baru mencapai 39 persen.

Baca juga: TPA di Banyumas Sulap Sampah Plastik Jadi Paving Block dan Genteng

"Oleh karena itu, kami hadir untuk memastikan percepatan pencapaian target tersebut,” imbuh Diaz.

Ia mengaku telah menyambangi Kompleks Pabrik Citeureup milik PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk dan Tempat Pengolahan dan Pemrosesan Akhir Sampah Regional (TPPASR) Lulut Nambo, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

Dalam kesempatan itu, Diaz meninjau fasilitas RDF yang diterapkan di Plant 11 dan Plant 14 PT Indocement.

"Pabrik PT Indocement tercatat telah menggunakan RDF hingga 42 persen sebagai bahan co-processing dengan batubara. Kemampuan ini dinilai lebih progresif dibandingkan beberapa pembangkit listrik tenaga uap berbasis batu bara," jelas dia.

Baca juga: Perayaan Paskah di Inggris Hasilkan 8.000 Ton Sampah Kemasan Telur Cokelat

Kendati demikian, Diaz menyoroti rendahnya kapasitas fasilitas RDF di TPPASR Lulut Nambo, yang hanya mampu mengolah 50 ton per hari dan menghasilkan RDF 15 ton.

Angka ini jauh di bawah PT Indocement, yang bisa mengolah hingga 2.500 ton sampah per hari. Saat ini, kekurangan pasokan RDF ditutupi dengan pengambilan dari TPA Bantargebang sebanyak 600 ton per hari.

“Kita harus segera maksimalkan potensi TPPASR Lulut Nambo ini. Pemerintah Provinsi Jawa Barat sebagai pengampu proyek harus segera menyelesaikan beauty contest untuk mencari mitra baru, sehingga kapasitas pengolahan bisa meningkat hingga 2.400 ton per hari dengan output RDF sebesar 800 ton,” tutur Diaz.

TPPASR Lulut Nambo diharapkan menjadi solusi bagi beban TPA di daerah sekitarnya termasuk Depok, Bogor, dan Tangerang Selatan yang masih melakukan praktik open dumping atau sistem pembuangan terbuka.

Baca juga: Zulhas: Banyak Investor Antre untuk Kelola Sampah tapi Terkendala Aturan

“Penggunaan RDF di sektor industri semen sangat potensial untuk menyerap limbah padat. Karena itu, dukungan penuh dari pemerintah menjadi keniscayaan, termasuk dalam realisasi kerja sama dan komitmen lintas sektor yang sudah dibangun,” kata Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Barat, Herman Suryatman.

Berkait hal tersebut, Direktur Utama PT Indocement, Christian Kartawijaya, memastikan pihaknya siap menampung RDF yang belum terkelola.

“Jika Nambo mampu menyuplai 800 ton per hari, kami siap menerima. Ini sejalan dengan komitmen kami dalam mendukung pengurangan emisi dan pengelolaan limbah,” ungkap Christian.

 

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau