KOMPAS.com - Sebuah studi global baru menemukan bahwa perusahaan yang mengintegrasikan kecerdasan buatan (AI) ke dalam strategi keberlanjutan mereka mencapai hasil lingkungan dan operasional tiga kali lebih baik dibandingkan dengan perusahaan lain yang memisahkan kedua area tersebut.
Temuan tersebut berdasarkan survei terhadap lebih dari 650 organisasi di berbagai industri secara global yang dilakukan oleh Brightline Initiative dan didukung oleh Project Management Institute (PMI).
Mengutip Edie, Jumat (25/4/2025) laporan tersebut menemukan bahwa perusahaan yang menggabungkan AI dan keberlanjutan melaporkan pengurangan emisi karbon rata-rata sebesar 26 persen.
Dalam studi ini, organisasi dibagi menjadi tiga kelompok berdasarkan bagaimana mereka menggunakan AI dan mengelola keberlanjutan yakni Pemimpin (Leaders), Pengikut (Followers), dan Tertinggal (Laggards).
Baca juga: IMF: AI Dorong Pertumbuhan Ekonomi, Biaya Emisi Karbon Bisa Dikelola
Kelompok "Pemimpin" adalah organisasi yang paling berhasil karena mereka secara sengaja dan terencana (strategis) menghubungkan penggunaan AI dengan target-target keberlanjutan yang ingin mereka capai.
Mereka tidak hanya menggunakan AI untuk keuntungan bisnis, tetapi juga untuk membantu melindungi lingkungan dan mencapai praktik yang lebih berkelanjutan.
Selain itu, sekitar 31 persen dari perusahaan atau organisasi yang telah mahir dalam mengadopsi AI melaporkan keberhasilan dalam upaya efisiensi energi.
Angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan hanya 8 persen dari perusahaan atau organisasi yang masih dalam tahap awal penggunaan AI.
Laporan juga menguraikan kerangka kerja tiga langkah untuk membantu perusahaan mengintegrasikan AI ke dalam upaya keberlanjutan mereka.
Langkah tersebut termasuk membangun fondasi data yang kuat, mengembangkan kemampuan lintas fungsi, dan menyelaraskan strategi di tingkat dewan direksi.
"AI bukanlah solusi ajaib, tetapi ia adalah katalisator," kata Presiden dan CEO PMI, Pierre Le Manh.
"Ketika diintegrasikan ke dalam strategi keberlanjutan dengan kepemimpinan yang kuat, data yang bersih, dan kolaborasi lintas fungsi, AI menciptakan siklus dampak dan reinvestasi yang positif," paparnya lagi.
Laporan juga merinci bagaimana berbagai sektor industri menerapkan AI secara konkret untuk mencapai tujuan keberlanjutan.
Dalam sektor manufaktur, 33 persen perusahaan menggunakan pemeliharaan prediktif untuk mengurangi waktu henti (downtime), kemudian 23 persen menerapkan AI untuk kontrol kualitas, dan 20 persen menggunakannya untuk mengoptimalkan lini produksi.
Kemudian sebanyak 33 persen dari perusahaan atau organisasi yang berpartisipasi dalam survei menggunakan sistem AI untuk merencanakan rute pengiriman dan logistik yang paling efisien.
Baca juga: Atasi Emisi karena AI, Big Tech Andalkan Nuklir dan Carbon Capture
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya