Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lombok Eco Kriya, Inisiatif Pariwisata Berkelanjutan di Kawasan Mandalika

Kompas.com - 28/04/2025, 18:00 WIB
Yohanes Enggar Harususilo

Penulis

KOMPAS.com - GoTo Impact Foundation (GIF), organisasi nirlaba yang didirikan Grup GoTo, membangun ekosistem pariwisata hijau di Lombok Tengah bertajuk “Lombok Eco Kriya”.

Lombok Eco Kriya merupakan inisiatif para pemangku kepentingan dan masyarakat lokal tergabung dalam Catalyst Changemakers Ecosystem (CCE) 3.0.

Inisiatif ini bertujuan mengoptimalkan potensi Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika lewat pengelolaan limbah, pelatihan dan lokakarya, serta perluasan akses pasar.

KEK Mandalika, sebagai salah satu Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) Super Prioritas sejak 2019 dinilai berpotensi tinggi dalam mendorong pertumbuhan ekonomi di Lombok Tengah.

Ini tercermin dari proyeksi penyerapan 58.700 tenaga kerja pada tahun 2025, termasuk di sektor green tourism. Sayangnya, peningkatan aktivitas pariwisata belum disertai prinsip berkelanjutan dalam jangka.

Ketua GoTo Impact Foundation, Monica Oudang, “dari pengalaman kami mendukung 138 changemakers–yang terdiri dari startup, organisasi nirlaba, hingga akademisi–di enam wilayah Indonesia, transformasi terjadi saat masyarakat menjadi bagian dari solusi, bukan sekadar penerima manfaat."

"Melalui CCE 3.0, kami mengedepankan prinsip kreasi bersama dengan menjadikan masyarakat lokal sebagai aktor utama sejak awal proses berinovasi, yaitu dari tahap ideasi dan eksperimentasi di Catalyst Changemakers Lab (CCLab),” jelasnya.

Dia menambahkan, “Lebih dari sekedar edukasi ataupun teknologi, prinsip ini memastikan bahwa setiap inovasi yang tercipta bukan sekedar bantuan sesaat, namun investasi untuk membangun sistem jangka panjang yang dapat berkembang bersama masyarakat. Prinsip ini pula yang kuat kami lihat di Lombok Eco Kriya.”

Bupati Kabupaten Lombok Tengah, Pathul Bahri menyampaikan dukungan atas inisiatif ini.

“Inisiatif Lombok Eco Kriya sejalan dengan visi kami untuk menjadikan Lombok Tengah sebagai pusat inovasi pengelolaan sampah. Selain berpotensi memberikan dampak positif bagi lingkungan, inisiatif ini juga dapat mendorong perekonomian lokal," ujarnya.

Dia menyampaikan, pihaknya mengupayakan kolaborasi antar pemangku kepentingan, baik di level desa maupun dengan mitra, seperti Lombok Eco Kriya.

"Harapannya, cakupan inisiatif baik ini dapat diperluas agar manfaatnya bisa dirasakan masyarakat dengan lebih cepat dan merata,” ungkap Pathul Bahri.

3 Strategi Ekonomi Sirkular

 

Kolaborasi ini menghasilkan solusi berbasis ekonomi sirkular yang akan menggandeng masyarakat di 10 desa penyangga Kawasan Mandalika, lewat tiga strategi utama, yaitu:

Pengelolaan Limbah: Mengolah limbah plastik dari TPS dan bank sampah menjadi planawood dan decking, serta mengolah limbah non-organik pariwisata menjadi souvenir dan peralatan rumah tangga seperti kotak tisu, tempat peralatan makan, dan kap lampu untuk mengurangi limbah TPA dan pencemaran lingkungan.

Pelatihan dan Lokakarya: Memberdayakan masyarakat, termasuk perajin, tukang kayu, dan para penjahit untuk memproduksi souvenir dan produk bernilai lainnya dari limbah. Dengan dukungan alat dan pendampingan yang tepat, hal ini dapat meningkatkan kapasitas masyarakat lokal.

Membuka Akses Pasar: Membangun sinergi dengan para mitra seperti hotel, restoran, dan pertokoan, untuk memperluas akses pasar produk lokal berbasis keberlanjutan. Dengan begitu, diharapkan dapat meningkatkan perekonomian terutama di sektor pariwisata.

Perwakilan Konsorsium Lombok Eco Kriya, Joshua Christopher Chandra menjelaskan, “dengan pendekatan Community-Based Business, kami membekali masyarakat dengan keterampilan yang disesuaikan dengan potensi daerah."

Pihaknya menargetkan 80 peserta pelatihan mampu menciptakan produk bernilai ekonomi, dan jumlah masyarakat yang terlibat dalam aktivitas bisnis bisa meningkat 25 persen sehingga dapat berkontribusi pada roda perekonomian daerah.

"Harapannya, Lombok Eco Kriya dapat menjadi ekosistem pariwisata hijau pertama di Pulau Lombok dengan melibatkan minimal 10 institusi di sektor pariwisata,” ungkapnya.

Baca juga: Genjot Pariwisata-UMKM Makassar, Mahasiswa Didorong Jadi Kreator Konten

Monica berharap,  Lombok Eco Kriya, menjadi ruang kolaborasi, ruang belajar, dan ruang uji coba bagi semua pemangku kepentingan untuk mengembangkan pariwisata di KEK Lombok untuk masyarakat Lombok dan untuk Indonesia.

"Sudah saatnya kita Berani untuk Berdaya, terbebas dari cara penyelesaian lama sehingga mampu untuk berkreasi dan maju bersama,” tutup Monica.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau