KOMPAS.com - Studi baru dari International Union for Conservation of Nature (IUCN) mengungkapkan berita baik terkait dengan populasi penyu di dunia.
Setelah mengevaluasi dan meneliti 48 populasi dari enam spesies penyu di seluruh dunia, para peneliti menemukan bahwa populasi penyu global mulai pulih.
Populasi penyu selama ini mengalami berbagai ancaman, terutama yang berasal dari manusia. Misalnya saja terjerat dalam peralatan penangkapan ikan dan sampah lain yang ditinggalkan di lautan.
Mereka juga secara tidak sengaja memakan plastik. Penyu muda juga bisa tersangkut cincin plastik yang bakal merusak cangkang saat mereka tumbuh.
Ancaman lain terjadi ketika kapal menabrak penyu atau tumpahan minyak yang menyebabkan masalah kesehatan mereka. Yang lebih kejam lagi, manusia juga memburu merek untuk daging maupun cangkangnya untuk alasan pengobatan maupun dekorasi.
Baca juga: IUCN: 38 Persen Pohon di Dunia Terancam Punah
“Ancaman terhadap penyu banyak jumlahnya, tetapi risiko terbesar bagi kelangsungan hidup mereka adalah kita,” tulis Natural History Museum (NHM) London, dikutip dari IFL Science, Selasa (29/4/2025).
Perubahan iklim juga merupakan ancaman eksistensial, karena jenis kelamin penyu laut bergantung pada suhu saat telurnya dierami. Saat suhu meningkat, populasi mungkin sangat didominasi betina, yang menyebabkan jatuhnya tingkat reproduksi.
Tak heran studi dari IUCN pun menjadi kabar baik di tengah berbagai ancaman terhadap reptil laut purba itu.
"Secara keseluruhan, ini adalah berita bagus bahwa konservasi penyu laut selama puluhan tahun telah membuahkan hasil,” kata Roderic Mast, wakil ketua MTSG dan presiden Oceanic Society, dalam sebuah pernyataan.
“Tetapi, pada saat yang sama, ini adalah seruan untuk bertindak dan pengingat bahwa kita harus terus melanjutkan pekerjaan yang telah kita lakukan, dan melipatgandakan upaya kita untuk populasi yang paling terancam,” katanya.
Studi IUCN menemukan tren positif di mana risiko terhadap populasi yang diteliti menurun, dan ukuran populasi meningkat.
Sebagai contoh, 40 persen dari unit manajemen regional menunjukkan kondisi yang baik dengan populasi yang banyak, stabil atau bertambah, dan dampak ancaman yang rendah.
Jumlah unit manajemen regional dengan risiko dan ancaman rendah meningkat hampir dua kali lipat sejak 2011, dan jumlah unit dengan ancaman tinggi berkurang hampir setengahnya.
Lebih lanjut, sebagian besar unit menunjukkan perbaikan dalam status risiko dan/atau ancaman, yang semakin memperkuat pandangan bahwa upaya konservasi membuahkan hasil yang menjanjikan.
Peningkatan ini merupakan berita yang luar biasa karena tidak hanya untuk penyu itu sendiri, tetapi juga untuk ekosistem di seluruh dunia yang bergantung pada mereka sebagai spesies kunci.
“Studi ini menunjukkan dampak mendalam dari upaya konservasi lokal di seluruh dunia sekaligus mencerminkan dedikasi banyak individu dan organisasi yang telah bekerja di darat dan di air untuk melindungi penyu,” kata Bryan Wallace, penulis utama penelitian.
Baca juga: Dampak Polusi Plastik pada Hewan, Burung Laut Alami Kerusakan Otak
Kendati demikian, laporan juga beberapa berisi peringatan.
Salah satunya adalah status konservasi penyu belimbing, yang kontras dengan tren positif yang diamati pada populasi penyu lainnya dalam studi.
Semua kelompok penyu belimbing dinilai berisiko tinggi, dan banyak yang menghadapi kombinasi risiko dan ancaman yang tinggi. Penurunan populasi terjadi secara global, bahkan di wilayah yang sebelumnya dianggap aman, dan status konservasi spesies ini telah memburuk menjadi "terancam punah" sejak tahun 2011.
Artinya, masih perlu upaya jika kita ingin memastikan kelangsungan hidup penyu.
"Kita membutuhkan lebih banyak pendanaan, kolaborasi yang lebih kuat, dan peningkatan kapasitas konservasi. Terutama di area yang penting bagi penyu laut dan juga menghadapi tantangan sosio-ekonomi," ungkap Mast.
"Kita tahu bahwa konservasi akan berhasil, terutama jika upaya kolaboratif yang mengatasi ancaman yang relevan dan membangun ketahanan pada populasi penyu laut dipertahankan dalam jangka panjang,” tambah Wallace.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya