Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pameran Jejaring Warga: Koneksi Internet sebagai Infrastruktur Keadilan Sosial

Kompas.com - 08/05/2025, 18:06 WIB
Eriana Widya Astuti,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi


JAKARTA, KOMPAS.com — Komunitas Common Room membangun infrastruktur internet komunitas di 5 desa terpencil di Indonesia sebagai upaya untuk mengatasi ketimpangan akses internet masih menjadi kenyataan di banyak pelosok Indonesia.

Upaya tersebut dipamerkan dalam “Jejaring Warga”, pameran refleksi lima tahun program Sekolah Internet Komunitas yang dibuka di Bentara Budaya Jakarta, Selasa (6/5/2025).

Pameran ini mengangkat kisah dari kampung-kampung terpencil yang selama ini nyaris tak terdengar, tapi kini mulai terhubung ke dunia luar lewat inisiatif warga sendiri.

Baca juga: Peran Filantropi Bangun Ketahanan Pangan dari Desa

Tisha Amelia, Manajer Media dan Kerja Sama Common Room, mengatakan melalui program ini, warga diberi pelatihan teknis untuk membangun menara pemancar berbahan bambu, sekaligus pelatihan literasi digital agar mereka bisa memanfaatkan internet secara berdaya.

Bahan-bahan lokal digunakan bukan hanya karena ketersediaan, tetapi juga sebagai simbol bahwa teknologi bisa dibangun dari bawah, oleh dan untuk masyarakat.

“Kami tidak mengambil alih tugas pemerintah, tapi mengisi celah-celah yang belum terjangkau. Ketimpangan akses adalah bentuk nyata dari ketidakadilan sosial yang harus diatasi,” ujarnya, saat ditemui Kompas di Bentara Budaya Selasa (06/05/2025).

Tisha menyebut, pameran ini juga menjadi ruang untuk menunjukkan bahwa keterbatasan tidak harus jadi hambatan. Ia berharap kisah-kisah yang ditampilkan dapat mendorong lebih banyak kolaborasi untuk memperluas akses internet di desa-desa lainnya.

“Kalau ada yang tahu desa terpencil dan warganya ingin membangun koneksi internet sendiri, bisa hubungi kami. Kami akan coba bantu,” ujarnya.

Baca juga: KLH: Pengelolaan Sampah Perlu Dilakukan dari Tingkat Desa

Sebagai informasi, pameran ini menyuguhkan dokumentasi dari lima wilayah: Kampung Adat Ciptageral, Jawa Barat. Gampong Meulingge, Pulo Aceh. Ngata Toro, Sulawesi Tengah.

Kemudian Mata Redi, Sumba Tengah dan Desa Bobong di Pulau Taliabu. Kisah-kisah itu disajikan dalam bentuk foto, video, instalasi, buku, serta karya cetak manual dengan teknik cyanotype dan gum oil.

Pameran dibuka untuk umum pada 3–9 Mei 2025.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau