Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

8.500 Ton Antibiotik Cemari Sungai Dunia, Kita Perlu Waspada

Kompas.com - 13/05/2025, 18:54 WIB
Monika Novena,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

Sumber PHYSORG

KOMPAS.com - Penelitian yang dipimpin oleh McGill University, Kanada, mengungkap fakta mengkhawatirkan: jutaan kilometer sungai di seluruh dunia telah tercemar antibiotik dalam jumlah yang cukup tinggi untuk memicu resistensi obat dan membahayakan kehidupan di air.

Studi yang dipublikasikan di jurnal PNAS Nexus ini merupakan yang pertama memperkirakan skala global pencemaran sungai akibat penggunaan antibiotik manusia.

Melansir Phys, Minggu (11/5/2025), para peneliti memperkirakan sekitar 8.500 ton antibiotik berakhir di sistem sungai di seluruh dunia setiap tahun. Jumlah ini mencakup hampir sepertiga dari total konsumsi antibiotik oleh manusia secara global.

Lebih mengejutkan lagi, antibiotik ini tetap masuk ke sungai meskipun telah melalui sistem pengolahan air limbah, menandakan adanya celah besar dalam sistem sanitasi.

"Meskipun jumlah residu dari masing-masing jenis antibiotik yang mencemari sungai biasanya sangat kecil sehingga sulit untuk dideteksi, paparan lingkungan yang terus-menerus dan terakumulasi terhadap zat-zat ini tetap dapat menimbulkan risiko bagi kesehatan manusia dan ekosistem perairan," kata Heloisa Ehalt Macedo, peneliti pascadoktoral geografi di McGill dan penulis utama studi.

Baca juga: DLH Provinsi Jakarta Terapkan Sejumlah Cara untuk Atasi Sampah di Sungai Ciliwung

Untuk memetakan skala pencemaran ini, para peneliti menggunakan model global yang divalidasi dengan data lapangan dari hampir 900 lokasi sungai di berbagai negara.

Hasilnya menunjukkan bahwa amoksisilin, antibiotik yang paling banyak digunakan di dunia, adalah yang paling berpotensi muncul dalam konsentrasi berbahaya di sungai—terutama di kawasan Asia Tenggara, di mana tingkat penggunaan antibiotik tinggi namun infrastruktur pengolahan limbah masih terbatas.

"Studi ini tidak dimaksudkan untuk memperingatkan tentang penggunaan antibiotik. Kita membutuhkan antibiotik untuk perawatan kesehatan global, tetapi hasil kami menunjukkan bahwa mungkin ada efek yang tidak diinginkan pada lingkungan perairan dan resistensi antibiotik, yang memerlukan strategi mitigasi dan pengelolaan," Bernhard Lehner, profesor hidrologi global McGill University.

Yang membuat temuan ini lebih mengkhawatirkan adalah fakta bahwa studi ini belum memperhitungkan sumber utama lainnya, seperti antibiotik dari peternakan dan industri farmasi.

"Hasil kami menunjukkan bahwa pencemaran antibiotik di sungai yang timbul dari konsumsi manusia saja merupakan masalah kritis, yang kemungkinan akan diperburuk oleh sumber senyawa terkait dari hewan atau industri," Jim Nicell, profesor teknik lingkungan di McGill.

"Oleh karena itu, program pemantauan untuk mendeteksi kontaminasi antibiotik atau bahan kimia lainnya pada saluran air sangat dibutuhkan, terutama di area yang menurut model kami berisiko," tambahnya.

Baca juga: Pilah Sampah di Rumah, Cegah Penumpukan di Sungai

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Menteri LH Desak Pembenahan Lingkungan di Kawasan Industri Pulogadung
Menteri LH Desak Pembenahan Lingkungan di Kawasan Industri Pulogadung
Pemerintah
Cabai Palurah dari IPB, Solusi Pedas Berkelanjutan untuk Dapur dan Industri
Cabai Palurah dari IPB, Solusi Pedas Berkelanjutan untuk Dapur dan Industri
LSM/Figur
Produksi Hidrogen Lepas Pantai Tingkatkan Suhu Lokal, Perlu Mitigasi
Produksi Hidrogen Lepas Pantai Tingkatkan Suhu Lokal, Perlu Mitigasi
Pemerintah
Tanam 1.035 Pohon, Kemenhut Kompensasi Jejak Karbon Institusi
Tanam 1.035 Pohon, Kemenhut Kompensasi Jejak Karbon Institusi
Pemerintah
Valuasi Ekonomi Tunjukkan Raja Ampat Lebih Kaya dari Hasil Tambangnya
Valuasi Ekonomi Tunjukkan Raja Ampat Lebih Kaya dari Hasil Tambangnya
LSM/Figur
Murah tapi Mematikan: Pembakaran Plastik Tanpa Kontrol Hasilkan Dioksin dan Furan
Murah tapi Mematikan: Pembakaran Plastik Tanpa Kontrol Hasilkan Dioksin dan Furan
Pemerintah
Driver Ojol Mitra UMKM Grab Akan Dapat Insentif BBM dan KUR
Driver Ojol Mitra UMKM Grab Akan Dapat Insentif BBM dan KUR
Pemerintah
Menhut: Target NDC Perlu Realistis, Ambisius tetapi Tak Tercapai Malah Rugikan Indonesia
Menhut: Target NDC Perlu Realistis, Ambisius tetapi Tak Tercapai Malah Rugikan Indonesia
Pemerintah
Populasi Penguin Kaisar Turun 22 Persen dalam 15 Tahun, Lebih Buruk dari Prediksi
Populasi Penguin Kaisar Turun 22 Persen dalam 15 Tahun, Lebih Buruk dari Prediksi
LSM/Figur
Pembukaan Lahan dan Pembangunan Sebabkan Buaya Muncul ke Permukiman
Pembukaan Lahan dan Pembangunan Sebabkan Buaya Muncul ke Permukiman
Pemerintah
Grab Rekrut Ribuan Driver Ojol untuk Sekaligus Jadi Mitra UMKM
Grab Rekrut Ribuan Driver Ojol untuk Sekaligus Jadi Mitra UMKM
Swasta
Potensi Rumput Laut Besar, tetapi Baru 11 Persen Lahan Budidaya yang Dimanfaatkan
Potensi Rumput Laut Besar, tetapi Baru 11 Persen Lahan Budidaya yang Dimanfaatkan
Pemerintah
Veronica Tan Ingin Jakarta Ramah Perempuan dan Anak
Veronica Tan Ingin Jakarta Ramah Perempuan dan Anak
Pemerintah
BRI Fellowship Journalism 2025 Kukuhkan 45 Jurnalis Penerima Beasiswa S2
BRI Fellowship Journalism 2025 Kukuhkan 45 Jurnalis Penerima Beasiswa S2
BUMN
Sistem Tanam Padi Rendah Karbon, Apakah Memungkinkan?
Sistem Tanam Padi Rendah Karbon, Apakah Memungkinkan?
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau