Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BRIN Teliti Daun Kelor untuk Cegah Balita Stunting

Kompas.com - 14/05/2025, 11:04 WIB
Zintan Prihatini,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) tengah meneliti manfaat daun kelor untuk mencegah stunting pada balita di Gunungkidul, Yogyakarta.

Peneliti Pusat Riset Teknologi dan Proses Pangan BRIN, Dini Ariani, mengatakan sebanyak 33 balita usia 1-4 tahun dengan stunting menerima pemberian makanan tambahan (PMT) selama tiga bulan.

PMT berupa makanan yang mengandung daun kelor berbentuk kudapan seperti nugget ayam tempe, sempol, bakso, dimsum, sosis, dan bolu kukus.

“Hasilnya cukup menggembirakan. Sebanyak 44,83 persen balita mengalami peningkatan kadar hemoglobin dan 68,97 persen sudah mencapai kadar Hb normal," kata Dini dalam keterangannya, Rabu (14/5/2025).

Baca juga: BNPP Petakan Intervensi Penanganan Stunting di Perbatasan

"Di samping itu juga terjadi perbaikan status gizi balita berdasarkan berat badan per tinggi badan,” imbuh dia.

Kendati dampak mengonsumsi daun kelor terhadap status gizi berdasarkan indikator berat badan atau panjang badan belum signifikan, hasil itu membuka jalan untuk intervensi jangka panjang.

Dini menyatakan bahwa tantangan terbesar bukan hanya pada formula makanan, tetapi bagaimana memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang manfaat dari bahan pangan lokal.

"Kolaborasi riset menjadi kekuatan utama dalam mengubah potensi lokal menjadi solusi kesehatan yang berdampak luas," tutur Dini.

Baca juga: Dukung Program Pemerintah, MHU Perkuat Pencegahan Stunting di Kawasan Lingkar Tambang

Menurut dia, penelitian ini turut menguatkan kemandirian masyarakat dalam pengelolaan gizi berbasis bahan lokal. Proses edukasi dan pendampingan dilakukan seiring dengan pelatihan kepada ibu-ibu yang memasak serta kader posyandu untuk mengolah daun kelor menjadi panganan yang lezat.

“Kami berharap riset ini bisa direplikasi di wilayah lain, tentunya dengan adaptasi sesuai potensi dan kearifan pangan lokal masing-masing daerah,” jelas Dini.

Sementara itu, Ketua Ikatan Dokter Indonesia Gunungkidul, Diah Prasetyorini, menyatakan pendekatan BRIN bersama sejumlah instansi lainnya bisa menjadi model nasional dalam penanganan stunting.

Baca juga: Daun Kelor Bisa Tekan Angka Balita Stunting dan Anemia

"Kami melihat betul bagaimana riset ini bukan hanya bicara data, tetapi juga transformasi sosial di tingkat akar rumput. Para ibu terlibat aktif, puskesmas mendampingi, dan BRIN mengawal proses ilmiahnya,” ungkap Diah.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau