KOMPAS.com - Hanya segelintir produsen susu dan jaringan kedai kopi terbesar di dunia saja yang telah membuat kemajuan terukur dalam mengurangi emisi metana, sementara sebagian besar perusahaan tidak memiliki target dan rencana aksi yang jelas.
Hal tersebut terungkap dalam laporan baru berjudul 'Running Latte' dari lembaga nirlaba lingkungan Changing Markets Foundation.
Penilaian tersebut melibatkan 20 perusahaan besar di sektor susu dan kopi terkemuka di Eropa dan Amerika Utara, yang secara kolektif memiliki pendapatan melebihi 420 miliar dollar AS.
Perusahaan-perusahaan tersebut tidak hanya menghasilkan produk susu dalam jumlah besar, tetapi juga menggunakan produk susu dalam skala besar, sektor yang bertanggung jawab atas sekitar 8 persen emisi metana global.
Metana lebih dari 80 kali lebih kuat daripada karbon dioksida dalam jangka pendek dan pengurangannya dipandang sebagai salah satu cara tercepat untuk memperlambat pemanasan global.
Baca juga: Sektor Energi Lepaskan 120 Juta Ton Emisi Metana pada 2024
Mengutip Edie, Jumat (16/5/2025) laporan ini menunjukkan meski metana merupakan pengungkit iklim yang krusial dan langkah-langkah untuk mengurangi emisi sudah ada secara komersial, akan tetapi hingga April 2025, hanya enam dari perusahaan yang dinilai, melacak emisi metana secara langsung.
Sementara hanya empat yang kemudian menerbitkan data tersebut.
Mayoritas (18 perusahaan) mendapat skor di bawah 50 poin dari 100 dalam berbagai aspek yang berkaitan dengan pengelolaan dan pengurangan emisi metana.
Perusahaan cenderung kurang akurat dalam menghitung emisi, kurang menyadari pentingnya isu ini, tidak transparan dalam pelaporan, dan tidak memiliki target serta rencana aksi yang jelas untuk mengatasi emisi metana mereka.
Hanya Danone yang memiliki target khusus untuk memangkas metana dan rencana untuk mencapainya. Dengan demikian, perusahaan tersebut memperoleh skor tertinggi laporan tersebut, yaitu 59 poin.
General Mills menyusul dengan 53,5, meskipun tidak memiliki tujuan khusus metana. Nestlé dan Arla berada di posisi ketiga dengan 49 poin.
Nestlé adalah satu-satunya perusahaan yang mendukung pengurangan konsumsi susu publik tetapi tidak berkomitmen untuk memangkas penjualan susunya sendiri.
Pengelolaan metana ditemukan lebih buruk di sektor kopi daripada susu. Dunkin' mendapat skor nol karena tidak memiliki target, rencana, atau pengungkapan.
Starbucks, yang menggunakan sekitar 750 juta liter susu sapi perah setiap tahun di AS saja, menurut laporan tersebut, belum menerbitkan strategi khusus metana, meskipun susu menjadi kontributor tunggal terbesar terhadap emisinya.
Peneliti laporan tersebut selanjutnya menyimpulkan bahwa Dairy Methane Action Alliance (DMAA), yang diluncurkan pada COP28 untuk mengurangi dan menghitung emisi metana dalam rantai pasokan susu perusahaan makanan global, memiliki dampak yang terbatas.
Sementara anggota DMAA mendapat skor sedikit lebih baik secara keseluruhan, hanya tiga dari delapan anggota yang telah menerbitkan target emisi hingga April tahun ini.
Aliansi tersebut mengharuskan para anggotanya untuk berkomitmen dalam mengukur dan menghitung emisi metana susu di seluruh rantai pasokan mereka, mengungkapkan emisi tersebut setiap tahun untuk menjadi tolok ukur kemajuan, dan menerbitkan rencana aksi terperinci untuk menekan emisi tersebut dari waktu ke waktu.
Selain itu, laporan tersebut menyoroti bahwa strategi industri terus mengutamakan perbaikan teknis, seperti aditif pakan dan biogas, daripada perubahan atau regulasi sistemik.
Baca juga: IEA: Emisi Metana Tambang Batu Bara Indonesia Terbesar Ketiga Dunia
Laporan tersebut mengkritik perusahaan karena menghabiskan lebih banyak biaya untuk PR daripada solusi iklim yang nyata, yang memungkinkan apa yang disebutnya sebagai "keistimewaan pertanian," di mana sektor tersebut menghindari aturan iklim yang diterapkan pada energi dan transportasi.
"Audit kami menunjukkan bahwa kata-kata manis dari bisnis dan beberapa tindakan sukarela hanyalah omong kosong belaka. Pemerintah akhirnya harus mengambil tindakan tegas dan menetapkan pemotongan metana berbasis sains untuk sektor pertanian," ungkap Kepala eksekutif Changing Markets, Nusa Urbancic.
Lebih lanjut, sebanyak 150 pemerintah yang telah menandatangani Global Methane Pledge untuk memangkas emisi pada tahun 2030.
Akan tetapi laporan tersebut memperingatkan bahwa target tersebut mungkin tidak tercapai jika industri susu tidak segera mengambil tindakan.
Untuk itu lembaga nirlaba tersebut mendesak perusahaan susu untuk mengurangi metana setidaknya 30 persen pada tahun 2030, sejalan dengan perjanjian.
Lembaga juga merekomendasikan agar kedai kopi menjual susu alternatif dengan harga yang sama dengan susu untuk mendorong perubahan perilaku konsumen.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya