Banyak yang masih kesulitan membangun bisnis untuk proyek efisiensi energi karena proyeksi ROI yang tidak jelas atau biaya modal yang tinggi.
Baca juga: Mengoptimalkan Panas Bumi untuk Akselerasi Energi Terbarukan
Empat hambatan utama lainnya diidentifikasi, yaitu kurangnya infrastruktur, kurangnya basis pekerja terampil, data energi berkualitas buruk, dan kesenjangan dalam strategi organisasi.
Mengenai tantangan dengan strategi organisasi, sepertiga responden mengatakan mereka kesulitan memprioritaskan efisiensi energi karena kurangnya dukungan atau arahan dari pimpinan.
EEM merekomendasikan agar bisnis mengintegrasikan efisiensi energi ke dalam strategi inti mereka, menetapkan target yang jelas, tata kelola, dan tanggung jawab kepemimpinan. Dari sana, proses bisnis inti dapat disesuaikan.
Pada COP28 tahun 2023, hampir 200 negara berjanji untuk menggandakan tingkat peningkatan efisiensi energi sebelum tahun 2030, dari 2 persen pada tahun 2022 menjadi 4 persen pada tahun 2030.
Setahun kemudian, IEA menyatakan dalam laporannya bahwa negara-negara belum memenuhi target tersebut dan masih banyak yang harus dilakukan untuk memastikan peningkatan efisiensi.
Dalam laporannya, IEA menemukan bahwa intensitas energi primer global yang merupakan cara mengukur efisiensi energi akan meningkat sekitar 1 persen pada 2024.
Sedangkan investasi dalam teknologi hemat energi tumbuh sebesar 4 persen pada 2024 dan akan mencapai 660 miliar dollar AS.
Namun meskipun investasi sudah besar dan terus bertumbuh masih ada kesenjangan untuk mencapai target efisiensi energi yang ambisius.
Tanggung jawab utama untuk mengisi kesenjangan ini terletak pada pemerintah, yang harus berinovasi dengan skema pembiayaan campuran dan menciptakan lingkungan yang menarik bagi investasi swasta untuk mempercepat kemajuan dalam efisiensi energi.
Baca juga: Investasi Energi Bersih ASEAN, Jepang dan Korsel Goyang Dominasi China
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya