Sebagai contoh, CSP bekerja sama dengan PLN untuk menyediakan opsi energi bersih yang dapat digunakan perusahaan dalam proses produksinya. Dengan begitu, pelaku industri tetap dapat beralih ke energi yang lebih rendah karbon tanpa harus membangun infrastruktur sendiri.
Dalam hal pendanaan, Arif menyebut CSP berupaya menggandeng berbagai pemangku kepentingan agar mendukung pendanaan transisi energi.
“WWF dan WRI akan mencoba mengkaji serta merumuskan pilihan climate financing yang bisa menarik minat perusahaan pendanaan,” ujarnya.
Di sisi lain, Advisor Sustainable Finance dari WWF, Rizkia Sari Yudawinata mengakui bahwa tantangan besar masih ada dalam hal pembiayaan. Menurutnya, minimnya jaminan keuntungan membuat sektor keuangan ragu untuk mendanai proyek-proyek transisi energi.
Meski begitu, Arif menegaskan bahwa kerja sama lintas sektor tetap bisa mendorong tercapainya dekarbonisasi industri. Ia juga menekankan pentingnya membangun komunikasi positif agar publik dan pelaku usaha melihat proses ini sebagai peluang, bukan beban.
“Karena selain mengurangi emisi, ini juga ternyata berkaitan dengan positioning dari Indonesia. Meningkatkan global competitiveness kita di pasar global sangat relevan dengan target presiden saat ini, yaitu mencapai pertumbuhan ekonomi di angka 8 persen,” pungkasnya.
Baca juga: AS Bakal Hapus Batas Emisi Pembangkit, Klaim Dampaknya Tak Signifikan
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya