Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perubahan Iklim Tingkatkan Risiko Kanker Payudara, Ovarium, Rahim, dan Serviks

Kompas.com - 29/05/2025, 20:00 WIB
Monika Novena,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Peningkatan suhu dapat meningkatkan risiko kanker fatal di kalangan perempuan di beberapa wilayah terpanas di dunia, menurut sebuah studi baru.

Kesimpulan diambil setelah peneliti menganalisis tren kanker di 17 negara Timur Tengah dan Afrika Utara.

Peneliti menemukan bahwa seiring meningkatnya suhu yang didorong oleh krisis iklim juga meningkatkan pula risiko keparahan empat kanker utama pada perempuan: payudara, ovarium, rahim, dan serviks.

Menurut rekan penulis studi, Dr Sungsoo Chun, kenaikan suhu meningkatkan paparan terhadap karsinogen, mengganggu pemberian layanan kesehatan, dan bahkan dapat memengaruhi proses biologis di tingkat seluler.

Bersama-sama mekanisme itu dapat meningkatkan risiko kanker dari waktu ke waktu.

Baca juga : Dana Kemanusiaan Dipotong, Perempuan di Zona Konflik Kehilangan Penolong Terakhirnya

Namun peneliti memperingatkan bahwa faktor-faktor lokal lainnya, seperti tingkat polusi, paparan gelombang panas, atau perubahan dalam sistem perawatan kesehatan, juga dapat berkontribusi dalam peningkatan risiko kanker.

Dalam studinya, peneliti mencatat setiap kenaikan suhu satu derajat Celsius antara tahun 1998 hingga 2019 dikaitkan dengan peningkatan signifikan secara statistik dalam prevalensi dan mortalitas kanker.

“Seiring meningkatnya suhu, mortalitas kanker di kalangan perempuan juga meningkat, terutama untuk kanker ovarium dan payudara,” kata penulis utama studi, Dr. Wafa Abuelkheir Mataria, dari Universitas Amerika di Kairo.

“Meskipun peningkatan per derajat kenaikan suhu tidak terlalu besar, dampak kesehatan masyarakat kumulatifnya cukup besar,” katanya lagi seperti dikutip dari Independent, Kamis (29/5/2025).

Temuan ini muncul saat Timur Tengah dan Afrika Utara menghadapi proyeksi kenaikan suhu hingga 4 derajat Celsius pada tahun 2050, yang membuat lebih banyak orang terpapar ancaman kesehatan terkait iklim, khususnya perempuan yang sudah rentan karena ketidaksetaraan struktural dan keterbatasan akses layanan kesehatan.

Perempuan secara fisiologis lebih rentan terhadap risiko kesehatan terkait iklim, khususnya selama kehamilan,” kata Dr Chun.

“Hal ini diperparah oleh ketidaksetaraan yang membatasi akses ke layanan kesehatan. Perempuan yang terpinggirkan menghadapi risiko yang berlipat ganda karena mereka lebih terpapar pada bahaya lingkungan dan kurang mampu mengakses layanan skrining dan perawatan dini,” terang Chun.

Baca juga: Para Perempuan Baja dari Pelosok Sumba yang Lahir Berkat PLTS

Di seluruh wilayah, data menunjukkan kasus kanker ovarium meningkat paling tajam per derajat pemanasan sementara kanker serviks mengalami peningkatan terkecil.

Kanker payudara tetap menjadi yang paling umum, tetapi keempat penyakit tersebut menunjukkan prevalensi dan mortalitas yang lebih tinggi.

Qatar, Bahrain, Yordania, Arab Saudi, Suriah, dan UEA menunjukkan peningkatan terkait suhu yang paling kuat. Di Qatar, misalnya, prevalensi kanker payudara meningkat sebanyak 560 kasus per 100.000 wanita untuk setiap derajat pemanasan, dibandingkan dengan 330 di Bahrain.

Studi ini pun menambah bukti bahwa krisis iklim mengintensifkan beban penyakit global, khususnya di wilayah yang sudah menghadapi ketidakadilan kesehatan.

Peneliti pun mengungkapkan pengawasan dan intervensi yang lebih terarah diperlukan untuk mengatasi risiko yang muncul. Misalnya dengan memperkuat program skrining kanker, membangun sistem kesehatan yang tahan terhadap iklim, dan mengurangi paparan karsinogen lingkungan.

"Tanpa mengatasi kerentanan mendasar ini, beban kanker yang terkait dengan perubahan iklim akan terus bertambah,” tambah Dr. Chun.

Baca juga: AS Tarik Diri, China Maju Bangun Proyek dan Salurkan Dana Iklim ke Pasifik

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Menteri LH Desak Pembenahan Lingkungan di Kawasan Industri Pulogadung
Menteri LH Desak Pembenahan Lingkungan di Kawasan Industri Pulogadung
Pemerintah
Cabai Palurah dari IPB, Solusi Pedas Berkelanjutan untuk Dapur dan Industri
Cabai Palurah dari IPB, Solusi Pedas Berkelanjutan untuk Dapur dan Industri
LSM/Figur
Produksi Hidrogen Lepas Pantai Tingkatkan Suhu Lokal, Perlu Mitigasi
Produksi Hidrogen Lepas Pantai Tingkatkan Suhu Lokal, Perlu Mitigasi
Pemerintah
Tanam 1.035 Pohon, Kemenhut Kompensasi Jejak Karbon Institusi
Tanam 1.035 Pohon, Kemenhut Kompensasi Jejak Karbon Institusi
Pemerintah
Valuasi Ekonomi Tunjukkan Raja Ampat Lebih Kaya dari Hasil Tambangnya
Valuasi Ekonomi Tunjukkan Raja Ampat Lebih Kaya dari Hasil Tambangnya
LSM/Figur
Murah tapi Mematikan: Pembakaran Plastik Tanpa Kontrol Hasilkan Dioksin dan Furan
Murah tapi Mematikan: Pembakaran Plastik Tanpa Kontrol Hasilkan Dioksin dan Furan
Pemerintah
Driver Ojol Mitra UMKM Grab Akan Dapat Insentif BBM dan KUR
Driver Ojol Mitra UMKM Grab Akan Dapat Insentif BBM dan KUR
Pemerintah
Menhut: Target NDC Perlu Realistis, Ambisius tetapi Tak Tercapai Malah Rugikan Indonesia
Menhut: Target NDC Perlu Realistis, Ambisius tetapi Tak Tercapai Malah Rugikan Indonesia
Pemerintah
Populasi Penguin Kaisar Turun 22 Persen dalam 15 Tahun, Lebih Buruk dari Prediksi
Populasi Penguin Kaisar Turun 22 Persen dalam 15 Tahun, Lebih Buruk dari Prediksi
LSM/Figur
Pembukaan Lahan dan Pembangunan Sebabkan Buaya Muncul ke Permukiman
Pembukaan Lahan dan Pembangunan Sebabkan Buaya Muncul ke Permukiman
Pemerintah
Grab Rekrut Ribuan Driver Ojol untuk Sekaligus Jadi Mitra UMKM
Grab Rekrut Ribuan Driver Ojol untuk Sekaligus Jadi Mitra UMKM
Swasta
Potensi Rumput Laut Besar, tetapi Baru 11 Persen Lahan Budidaya yang Dimanfaatkan
Potensi Rumput Laut Besar, tetapi Baru 11 Persen Lahan Budidaya yang Dimanfaatkan
Pemerintah
Veronica Tan Ingin Jakarta Ramah Perempuan dan Anak
Veronica Tan Ingin Jakarta Ramah Perempuan dan Anak
Pemerintah
BRI Fellowship Journalism 2025 Kukuhkan 45 Jurnalis Penerima Beasiswa S2
BRI Fellowship Journalism 2025 Kukuhkan 45 Jurnalis Penerima Beasiswa S2
BUMN
Sistem Tanam Padi Rendah Karbon, Apakah Memungkinkan?
Sistem Tanam Padi Rendah Karbon, Apakah Memungkinkan?
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau