Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berawal dari Musibah, Kisah Nurdini Prihastiti Beri Berkah lewat Fashion Inklusif

Kompas.com - 03/06/2025, 16:05 WIB
Eriana Widya Astuti,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Musibah menjadi titik balik Nurdini Prihastiti (35). Semula bernisnis dalam bidang konveksi seragam sekolah, kini dia berhasil lewat Dama Kara, brand fashion yang bukan sekadar sukses secara bisnis, tetapi juga inklusif dan berdampak sosial. 

Nurdini membagikan kisah inspiratifnya saat menerima Kompas.com dalam acara Diplomat Success Challenge (DSC) Season 16 bertajuk “Eksplorasi Langsung Wirausaha Lokal Inspiratif di Bandung”, Senin (2/6/2025).

Titik balik Dini terjadi pada 2019. Saat itu, ia mendapatkan pesanan besar untuk dikirim ke Kalimantan. Namun, pengangkutan barang tersebut mengalami kecelakaan—kapalnya terbakar di Laut Masalembu. Kerugian besar itu menjadi pukulan telak bagi bisnisnya.

Bagi Dini, musibah itu bukan sekadar kegagalan teknis. Ia memaknainya sebagai teguran, bahwa selama ini ia belum memberi manfaat yang cukup bagi orang lain, meskipun bisnisnya sudah memberikan banyak untuk dirinya sendiri.

Dari keinginan menebar manfaat itulah Dama Kara lahir. Berbasis di Bandung, brand ini memproduksi batik cap dan membuka ruang belajar bagi anak-anak berkebutuhan khusus.

“Dama itu artinya kebajikan. Sedangkan Kara diambil dari kelapa, yang seluruh bagiannya bisa bermanfaat. Dari mulai buahnya, airnya, tempurungnya, bahkan hingga serabutnya. Saya ingin Dama Kara juga begitu,” tuturnya.

Memberi Ruang bagi yang Berkebutuhan Khusus

Salah satu fokus utama Dama Kara adalah menyediakan ruang menggambar bagi anak-anak berkebutuhan khusus. Bagi Dini, aktivitas menggambar bukan hanya bentuk ekspresi, tetapi juga terapi yang membantu anak-anak dengan kebutuhan khusus. 

Ia terinspirasi dari Iris Grace, seorang anak dengan autisme asal Inggris, yang karya seninya dikenal luas dan menjadi fondasi terbentuknya bisnis seni yang mendukung ekspresi anak-anak berkebutuhan khusus.

“Setelah mencari tahu, ternyata di Indonesia belum banyak tempat seperti itu,” ucapnya.

Tahun yang sama, Dini bersama suaminya mulai bekerja sama dengan yayasan yang menaungi anak-anak berkebutuhan khusus. Mereka menyediakan ruang terapi menggambar secara gratis, lengkap dengan pendampingan guru khusus.

Baca juga: Kurangi Sampah “Fast Fashion” lewat Gerakan Barter Pakaian

“Setelah berhasil bekerja sama dengan satu yayasan, kami mengalokasikan sebagian pendapatan kami untuk mendukung kegiatan ini,” jelas Dini.

Inilah awal mula jembatan antara bisnis dan kebermanfaatan terbentuk.

“Mereka memiliki istimewaan dan pintar dengan caranya sendiri. Karena itu, kami juga memperkenalkan karya mereka sebagai bagian dari koleksi Dama Kara,” ujar Dini.

Anak-anak berkebutuhan khusus ini pun mendapat royalti dari karya yang digunakan dalam desain produk Dama Kara—mulai dari baju, pin, gantungan kunci, sapu tangan, hingga amplop.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau