KOMPAS.com - Danone telah berhasil mengurangi emisi metana dari pasokan susu segarnya lebih dari seperempat sejak tahun 2020, seiring dengan upayanya untuk mencapai target pengurangan 30 persen yang ditetapkan untuk tahun 2030.
Susu diketahui menyumbang lebih dari separuh (51 persen) jejak karbon pertanian Danone dan lebih dari 70 persen dari emisi metananya.
Danone sendiri sedang menerapkan berbagai strategi di tingkat peternakan untuk mengurangi emisi, termasuk optimasi pengelolaan ternak, pakan, dan kotoran, serta meningkatkan sistem data.
Danone juga bekerja sama dengan para peternaknya untuk memastikan proyek-proyek tersebut memberikan dampak positif bagi planet ini dan juga mata pencarian mereka.
Danone juga telah terlibat dengan Dairy Methane Action Alliance (DMAA) dan Global Methane Hub untuk mencari dan mengembangkan solusi-solusi baru yang inovatif dalam upaya pengurangan emisi metana.
Baca juga: Perusahaan Susu dan Kopi Lambat Atasi Emisi Metana
Melansir Edie, Senin (2/6/2025) salah satu solusi inovatif yang sedang diusahakan Danone untuk mengurangi emisi metana adalah penggunaan biodigester.
Untuk mewujudkan ini, Danone baru-baru ini telah bekerja sama dengan Sistema.bio melalui penandatanganan MoU.
Tujuan dari kerja sama ini adalah untuk mengolah limbah dari peternakan sapi menjadi dua produk bermanfaat yakni biogas yang bisa diperbarui sebagai sumber energi, dan pupuk organik yang ramah lingkungan.
MoU tersebut akan menargetkan pemasangan 6.500 biodigester hingga tahun 2030 untuk peternak sapi perah skala kecil di berbagai wilayah geografis, dimulai dari Meksiko, Maroko, dan India.
Baca juga: Sektor Energi Lepaskan 120 Juta Ton Emisi Metana pada 2024
Danone saat ini bekerja sama secara langsung dengan lebih dari 60.000 peternak sapi perah di seluruh dunia, yang sebagian besar adalah peternak skala kecil yang mengelola kurang dari 20 ekor sapi.
Penilaian Metana Global oleh Program Lingkungan PBB menyatakan bahwa emisi metana harus turun sebesar 40 – 45 persen pada tahun 2030, berdasarkan tingkat tahun 2020, untuk memberikan dunia kesempatan terbaik dalam membatasi pemanasan global hingga 1,5 derajat C.
Alasannya adalah, meskipun metana memiliki efek pemanasan yang sangat kuat, metana tidak bertahan lama di atmosfer dibandingkan CO2.
Oleh karena itu, pengurangan metana secara cepat dapat memberikan dampak positif yang lebih cepat dalam upaya memerangi pemanasan global.
Sebelumnya, Changing Markets Foundation menerbitkan penelitian yang menemukan bahwa hanya dua dari produsen susu dan jaringan kopi terbesar di dunia yaitu Danone dan General Mills yang telah membuat kemajuan yang dapat diverifikasi dalam mengurangi emisi metana.
Namun, meskipun perusahaan-perusahaan seperti Danone dan General Mills mungkin menunjukkan kemajuan, dari 20 raksasa ritel bahan makanan di Amerika Utara dan Eropa, belum ada yang secara eksplisit berkomitmen untuk mengurangi emisi metana.
Changing Markets pun mendesak perusahaan susu untuk mengurangi metana setidaknya 30 persen pada tahun 2030, sejalan dengan Ikrar Metana Global yang diluncurkan pada COP26.
Baca juga: IEA: Emisi Metana Tambang Batu Bara Indonesia Terbesar Ketiga Dunia
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya