Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

ASEAN Butuh 100 Miliar Dollar AS untuk Transmisi Energi Terbarukan

Kompas.com - 08/06/2025, 13:11 WIB
Monika Novena,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

KOMPAS.com   - Asian Development Bank (ADB) mengungkapkan, perlu dana minimal 100 miliar dollar AS untuk membangun jalur transmisi listrik yang akan menghubungkan dan menyatukan sistem kelistrikan negara-negara Asia Tenggara pada 2045.

Keiju Mitsuhashi, direktur energi ADB menjelaskan perkiraan biaya minimal 100 miliar dollar AS untuk integrasi jaringan listrik ASEAN adalah karena kebutuhan untuk memperkuat dan membangun interkonektor di dalam jaringan listrik masing-masing dari 10 negara anggota ASEAN.

Interkonektor merujuk pada sambungan atau infrastruktur yang memungkinkan jaringan listrik di dalam satu negara untuk terhubung dan berfungsi secara efisien, serta pada akhirnya juga akan terhubung dengan jaringan negara tetangga.

Namun sebelum bisa terhubung secara regional, setiap negara perlu memiliki jaringan domestik yang kuat dan terhubung dengan baik.

Baca juga: Pemerintah Bangun Transmisi 47 Ribu Kms untuk Alirkan Listrik dari Pembangkit EBT

"Kami memiliki 10 negara di ASEAN dan setiap negara membutuhkan sejumlah besar investasi dalam sistem jaringan transmisi mereka sendiri," paparnya, dikutip dari Eco Business, Sabtu (7/6/2025).

Filipina sendiri diprediksi membutuhkan minimal 10 miliar dollar AS untuk jalur transmisinya.

Sementara itu, negara-negara yang lebih besar seperti Indonesia, Vietnam, dan Malaysia diperkirakan akan membutuhkan pendanaan yang jauh lebih besar lagi untuk proyek yang sama.

Investasi besar pada jalur transmisi listrik sangat krusial karena sebagian besar pembangkit energi terbarukan berlokasi di daerah yang jauh dari tempat konsumsi listrik.

Jalur transmisi ini nantinya berfungsi sebagai "jembatan" untuk mengalirkan listrik bersih dari sumber terpencil ke konsumen, dan tanpa investasi ini, potensi energi terbarukan tidak dapat dimanfaatkan secara optimal.

Baca juga: Duit China Dorong Transisi Energi ASEAN, tapi Politik Global Menahan

Dan untuk mengintegrasikan sumber energi terbarukan yang tidak stabil seperti tenaga surya dan angin ke dalam jaringan listrik, sangat penting untuk memiliki pembangkit listrik domestik yang kuat dan mampu menyediakan pasokan dasar yang stabil.

Hal ini diperlukan karena listrik harus selalu stabil dan sesuai dengan permintaan. Oleh karena itu, perbaikan dan peningkatan infrastruktur jaringan listrik menjadi krusial untuk memastikan keseimbangan antara pasokan energi bersih yang intermiten dan kebutuhan energi yang stabil.

Lebih lanjut, berhubung sebagian besar infrastruktur jalur transmisi listrik di Asia Tenggara dimiliki oleh perusahaan milik negara, maka sebagian besar dana investasi yang sangat besar untuk membangun dan meningkatkan jalur transmisi tersebut harus disalurkan dan dikelola melalui perusahaan-perusahaan milik negara di masing-masing negara anggota ASEAN.

Brunei, Kamboja, Republik Demokratik Rakyat Laos, dan Myanmar sebagian besar bergantung pada utilitas yang dikendalikan pemerintah.

Sedangkan Indonesia, Malaysia, Thailand, dan Vietnam telah memperkenalkan beberapa tingkat persaingan melalui produsen listrik swasta independen, namun transmisi dan distribusi tetap berada di bawah kendali negara.

Sementara Filipina dan Singapura merupakan pengecualian di kawasan tersebut, di mana pasar listrik berkembang pesat dalam persaingan grosir.

Baca juga: Perubahan Iklim Ancam Energi Angin, Potensinya Bisa Berkurang

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Menteri LH Desak Pembenahan Lingkungan di Kawasan Industri Pulogadung
Menteri LH Desak Pembenahan Lingkungan di Kawasan Industri Pulogadung
Pemerintah
Cabai Palurah dari IPB, Solusi Pedas Berkelanjutan untuk Dapur dan Industri
Cabai Palurah dari IPB, Solusi Pedas Berkelanjutan untuk Dapur dan Industri
LSM/Figur
Produksi Hidrogen Lepas Pantai Tingkatkan Suhu Lokal, Perlu Mitigasi
Produksi Hidrogen Lepas Pantai Tingkatkan Suhu Lokal, Perlu Mitigasi
Pemerintah
Tanam 1.035 Pohon, Kemenhut Kompensasi Jejak Karbon Institusi
Tanam 1.035 Pohon, Kemenhut Kompensasi Jejak Karbon Institusi
Pemerintah
Valuasi Ekonomi Tunjukkan Raja Ampat Lebih Kaya dari Hasil Tambangnya
Valuasi Ekonomi Tunjukkan Raja Ampat Lebih Kaya dari Hasil Tambangnya
LSM/Figur
Murah tapi Mematikan: Pembakaran Plastik Tanpa Kontrol Hasilkan Dioksin dan Furan
Murah tapi Mematikan: Pembakaran Plastik Tanpa Kontrol Hasilkan Dioksin dan Furan
Pemerintah
Driver Ojol Mitra UMKM Grab Akan Dapat Insentif BBM dan KUR
Driver Ojol Mitra UMKM Grab Akan Dapat Insentif BBM dan KUR
Pemerintah
Menhut: Target NDC Perlu Realistis, Ambisius tetapi Tak Tercapai Malah Rugikan Indonesia
Menhut: Target NDC Perlu Realistis, Ambisius tetapi Tak Tercapai Malah Rugikan Indonesia
Pemerintah
Populasi Penguin Kaisar Turun 22 Persen dalam 15 Tahun, Lebih Buruk dari Prediksi
Populasi Penguin Kaisar Turun 22 Persen dalam 15 Tahun, Lebih Buruk dari Prediksi
LSM/Figur
Pembukaan Lahan dan Pembangunan Sebabkan Buaya Muncul ke Permukiman
Pembukaan Lahan dan Pembangunan Sebabkan Buaya Muncul ke Permukiman
Pemerintah
Grab Rekrut Ribuan Driver Ojol untuk Sekaligus Jadi Mitra UMKM
Grab Rekrut Ribuan Driver Ojol untuk Sekaligus Jadi Mitra UMKM
Swasta
Potensi Rumput Laut Besar, tetapi Baru 11 Persen Lahan Budidaya yang Dimanfaatkan
Potensi Rumput Laut Besar, tetapi Baru 11 Persen Lahan Budidaya yang Dimanfaatkan
Pemerintah
Veronica Tan Ingin Jakarta Ramah Perempuan dan Anak
Veronica Tan Ingin Jakarta Ramah Perempuan dan Anak
Pemerintah
BRI Fellowship Journalism 2025 Kukuhkan 45 Jurnalis Penerima Beasiswa S2
BRI Fellowship Journalism 2025 Kukuhkan 45 Jurnalis Penerima Beasiswa S2
BUMN
Sistem Tanam Padi Rendah Karbon, Apakah Memungkinkan?
Sistem Tanam Padi Rendah Karbon, Apakah Memungkinkan?
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau