Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terurai dalam Sejam, Inovasi Plastik dari Jepang Bawa Harapan di Tengah Kebuntuan

Kompas.com, 8 Juni 2025, 11:04 WIB
Monika Novena,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Para ilmuwan di Jepang telah berhasil menciptakan jenis plastik baru yang memiliki kemampuan untuk larut dengan cepat di dalam air laut.

Penemuan ini dianggap sebagai potensi terobosan penting dalam upaya global untuk mengatasi masalah polusi plastik di laut.

Melansir Independent, Rabu (4/6/2025) polusi plastik kini diakui sebagai ancaman kesehatan yang besar.

Mikroplastik, yaitu partikel plastik yang sangat kecil telah ditemukan di berbagai bagian tubuh manusia.

Penemuan di organ-organ manusia, bahkan di otak dan aliran darah, menunjukkan bahwa mikroplastik dapat menembus sistem biologis kita dan berpotensi menyebabkan masalah kesehatan yang belum sepenuhnya dipahami, tetapi sangat mengkhawatirkan.

Baca juga: Bank Sampah di Banjarnegara Sulap Plastik Kresek Jadi BBM

PBB telah memperingatkan bahwa sampah plastik yang masuk ke lautan dapat meningkat tiga kali lipat pada tahun 2040 dan hingga 37 ton sampah memasuki ekosistem laut setiap tahun kecuali tindakan segera diambil.

Untuk mengatasi masalah itu, para ilmuwan dan inovator untuk mengembangkan material alternatif yang lebih mudah terurai atau mengatasi masalah tersebut sama sekali.

Material yang diciptakan oleh peneliti di Universitas Tokyo ini, contohnya, digambarkan sebagai plastik yang paling cepat terurai dari jenisnya.

Para peneliti mengatakan, plastik ini dapat hilang dalam hitungan jam di air asin atau tanah tanpa meninggalkan mikroplastik yang berbahaya.

Para ilmuwan melakukan percobaan di laboratorium yang menunjukkan bahwa potongan kecil dari plastik baru ini dapat sepenuhnya terurai dalam air laut hanya dalam waktu satu jam jika diaduk.

Plastik inovatif ini diklaim oleh para ilmuwan memiliki kekuatan yang sama dengan plastik tradisional yang terbuat dari minyak bumi selama penggunaannya.

Baca juga: BRIN: Angka Cetane Bahan Bakar dari Limbah Plastik Lebih Tinggi dari Pertamina Dex

Namun, setelah terpapar air garam seperti di laut, plastik baru ini akan terurai sepenuhnya kembali ke bahan-bahan penyusunnya, yang kemudian akan dicerna dan dihilangkan oleh bakteri alami, sehingga tidak menyebabkan polusi atau penumpukan mikroplastik.

Tak hanya di air saja, plastik baru ini juga dapat terurai di tanah yang mengandung garam.

Menurut peneliti, sepotong plastik berukuran 5 cm dapat terurai sepenuhnya setelah sekitar 200 jam di tanah yang lembap.

Plastik inovatif ini juga tidak beracun dan tidak mudah terbakar serta tidak mengeluarkan karbon dioksida saat terurai.

Kendati demikian, para ahli mengingatkan bahwa ada hambatan besar yang harus diatasi agar alternatif plastik ini bisa benar-benar menggantikan plastik konvensional. Dua hambatan utama adalah bagaimana membuat biaya produksinya kompetitif dengan plastik murah yang sudah ada, dan bagaimana membangun infrastruktur produksi berskala besar yang saat ini belum tersedia.

Ini menjelaskan mengapa banyak terobosan teknologi di bidang plastik alternatif dalam beberapa tahun terakhir belum berhasil diimplementasikan secara komersial dalam skala luas.

"Anak-anak tidak dapat memilih planet tempat mereka akan tinggal. Tugas kami sebagai ilmuwan adalah memastikan memberikan lingkungan terbaik bagi mereka," kata Takuzo Aida, pimpinan proyek ini.

Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Science.

Baca juga: Bank Sampah di Banjarnegara Sulap Plastik Kresek Jadi BBM

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
IESR: Revisi Perpres 112 Tahun 2022 Ancam Target Transisi Energi
IESR: Revisi Perpres 112 Tahun 2022 Ancam Target Transisi Energi
LSM/Figur
8 Juta Anak Indonesia Memiliki Darah Mengandung Timbal Melebihi Batas WHO
8 Juta Anak Indonesia Memiliki Darah Mengandung Timbal Melebihi Batas WHO
Pemerintah
Bobibos Diklaim Lebih Ramah Lingkungan, Ini Penjelasan BRIN
Bobibos Diklaim Lebih Ramah Lingkungan, Ini Penjelasan BRIN
LSM/Figur
IWIP Libatkan UMKM dalam Rantai Pasok Industri, Nilai Kerja Sama Tembus Rp 4,4 Triliun
IWIP Libatkan UMKM dalam Rantai Pasok Industri, Nilai Kerja Sama Tembus Rp 4,4 Triliun
Swasta
Celios: Pembatasan Izin Smelter Harus Disertai Regulasi dan Peta Dekarbonisasi
Celios: Pembatasan Izin Smelter Harus Disertai Regulasi dan Peta Dekarbonisasi
Pemerintah
COP30 Buka Peluang RI Dapatkan Dana Proyek PLTS 100 GW
COP30 Buka Peluang RI Dapatkan Dana Proyek PLTS 100 GW
Pemerintah
Kemenhut: 6.000 ha TN Kerinci Seblat Dirambah, Satu Orang Jadi Tersangka
Kemenhut: 6.000 ha TN Kerinci Seblat Dirambah, Satu Orang Jadi Tersangka
Pemerintah
Masa Depan Keberlanjutan Sawit RI di Tengah Regulasi Anti Deforestasi UE dan Tekanan dari AS
Masa Depan Keberlanjutan Sawit RI di Tengah Regulasi Anti Deforestasi UE dan Tekanan dari AS
Swasta
Negara di COP30 Sepakati Deklarasi Memerangi Disinformasi
Negara di COP30 Sepakati Deklarasi Memerangi Disinformasi
Pemerintah
3.099 Kasus Iklim Diajukan Secara Global hingga Pertengahan 2025
3.099 Kasus Iklim Diajukan Secara Global hingga Pertengahan 2025
Pemerintah
Seruan UMKM di COP30: Desak agar Tak Diabaikan dalam Transisi Energi
Seruan UMKM di COP30: Desak agar Tak Diabaikan dalam Transisi Energi
Pemerintah
Mendobrak Stigma, Menafsir Ulang Calon Arang lewat Suara Perempuan dari Panggung Palegongan Satua Calonarang
Mendobrak Stigma, Menafsir Ulang Calon Arang lewat Suara Perempuan dari Panggung Palegongan Satua Calonarang
LSM/Figur
Fragmentasi Regulasi Hambat Keberlanjutan Industri Sawit RI
Fragmentasi Regulasi Hambat Keberlanjutan Industri Sawit RI
Swasta
Terkendala Harga, ESDM Pilih Solar dengan Kandungan Sulfur Tinggi untuk Campuran B50
Terkendala Harga, ESDM Pilih Solar dengan Kandungan Sulfur Tinggi untuk Campuran B50
Pemerintah
Inovasi Keimigrasian di KEK Gresik, Langkah Strategis Perkuat Ekonomi Hijau dan Iklim Investasi Indonesia
Inovasi Keimigrasian di KEK Gresik, Langkah Strategis Perkuat Ekonomi Hijau dan Iklim Investasi Indonesia
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau