Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perempuan Mampu Pimpin Aksi Iklim, Mereka Jangan Dipinggirkan

Kompas.com - 09/06/2025, 14:57 WIB
Zintan Prihatini,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Pusat Riset Kependudukan (PRK) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Nawawi, mengatakan bahwa perempuan terbukti menjadi agen perubahan dalam mitigasi dan adaptasi perubahan iklim.

Menurut dia, isu perempuan, adaptasi, dan resiliensi terhadap perubahan iklim tak sekadar mengenai strategi bertahan hidup. Hal ini juga untuk memahami dinamika transformasi sosial di tengah krisis iklim yang makin nyata.

“Dalam satu kasus, mereka (perempuan) mampu melakukan negosiasi sosial dan ekonomi dalam situasi yang menekan. Beberapa perempuan bahkan muncul sebagai role model di komunitasnya,” ujar Nawawi dalam keterangannya, Senin (9/6/2025).

Nawawi menyebut, perempuan harus dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan di tingkat lokal maupun nasional. Ini termasuk memastikan suara mereka hadir dalam forum seperti musyawarah perencanaan pembangunan (Musrenbang) ataupun program pembangunan lainnya.

Baca juga: Perubahan Iklim, Perempuan Terpaksa Jadi Tulang Punggung Tanpa Jaminan Sosial

Namun, ketiadaan akses setara terhadap sumber daya, informasi, dan ruang partisipasi, akan menyebabkan perempuan tetap berada dalam posisi rentan. 

"Perempuan bukan sekadar korban perubahan iklim, tetapi juga aktor kunci dalam membangun resiliensi komunitas. Mereka menghadapi risiko lebih besar akibat ketimpangan struktural, namun juga menunjukkan kapasitas luar biasa untuk beradaptasi dan memimpin perubahan," jelas dia.

Nawawi mencatat kaum perempuan kerap kali berada pada lapisan kerentanan ganda, kemiskinan, ketimpangan gender, hingga beban domestik yang tidak diakui secara formal. Di Demak dan Pekalongan, misalnya, di mana perempuan bekerja lebih keras untuk memenuhi kebutuhan keluarga akibat banjir rob yang disebabkan perubahan iklim.

"Ketimpangan struktural terlihat ketika perempuan diposisikan sebagai aktor sekunder, bahkan tersier, dalam masyarakat. Dalam banyak kasus, peran perempuan tidak diakui secara formal dalam skema bantuan atau program pemerintah," ucap Nawawi.

Misalnya, perempuan yang suaminya sering melaut berbulan-bulan kerap tidak diakui sebagai kepala keluarga. Sehingga mereka tidak mendapatkan program bantuan dari pemerintah. Padahal, dalam kenyataan sehari-hari, perempuan inilah yang mengambil alih peran pengelolaan rumah tangga, keuangan, dan bahkan peran komunitas.

Baca juga: Para Perempuan Baja dari Pelosok Sumba yang Lahir Berkat PLTS

Riset menunjukkan, perempuan mulai memegang kendali dalam aktivitas ekonomi dan sosial yang sebelumnya didominasi laki-laki di Sumba.

“Tanpa pelatihan, akses informasi, atau perlindungan sosial yang memadai, perempuan mudah terjerembab dalam pekerjaan informal dan berisiko tinggi,” ungkap Nawawi.

Seperti halnya beberapa sektor industri garmen dan batik yang masih belum menyediakan perlindungan kesehatan dan keselamatan kerja. Selain itu, banyak perempuan bekerja tanpa kontrak resmi dan tanpa jaminan sosial, menandakan lemahnya perlindungan hukum yang diperparah pembiaran serta pembenaran atas keterpaksaan ekonomi.

Karenanya, dia menekankan perlunya pendekatan interseksional penting dalam membaca kerentanan perempuan. Perempuan kepala keluarga, orangtua tunggal, lansia, hingga penyintas bencana atau migran iklim memiliki tantangan yang berbeda.

Baca juga: IPB Soroti Bias Gender di Sektor Pertanian: Perempuan Tani Masih Terpinggirkan

Lokasi geografis juga memengaruhi perempuan pesisir menghadapi kondisi yang berbeda dari yang tinggal di pegunungan atau perkotaan.

Untuk itu, analisis yang lebih dalam terhadap peran mereka akan memperkaya strategi adaptasi iklim dan memastikan kebijakan yang lebih inklusif.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Menteri LH Desak Pembenahan Lingkungan di Kawasan Industri Pulogadung
Menteri LH Desak Pembenahan Lingkungan di Kawasan Industri Pulogadung
Pemerintah
Cabai Palurah dari IPB, Solusi Pedas Berkelanjutan untuk Dapur dan Industri
Cabai Palurah dari IPB, Solusi Pedas Berkelanjutan untuk Dapur dan Industri
LSM/Figur
Produksi Hidrogen Lepas Pantai Tingkatkan Suhu Lokal, Perlu Mitigasi
Produksi Hidrogen Lepas Pantai Tingkatkan Suhu Lokal, Perlu Mitigasi
Pemerintah
Tanam 1.035 Pohon, Kemenhut Kompensasi Jejak Karbon Institusi
Tanam 1.035 Pohon, Kemenhut Kompensasi Jejak Karbon Institusi
Pemerintah
Valuasi Ekonomi Tunjukkan Raja Ampat Lebih Kaya dari Hasil Tambangnya
Valuasi Ekonomi Tunjukkan Raja Ampat Lebih Kaya dari Hasil Tambangnya
LSM/Figur
Murah tapi Mematikan: Pembakaran Plastik Tanpa Kontrol Hasilkan Dioksin dan Furan
Murah tapi Mematikan: Pembakaran Plastik Tanpa Kontrol Hasilkan Dioksin dan Furan
Pemerintah
Driver Ojol Mitra UMKM Grab Akan Dapat Insentif BBM dan KUR
Driver Ojol Mitra UMKM Grab Akan Dapat Insentif BBM dan KUR
Pemerintah
Menhut: Target NDC Perlu Realistis, Ambisius tetapi Tak Tercapai Malah Rugikan Indonesia
Menhut: Target NDC Perlu Realistis, Ambisius tetapi Tak Tercapai Malah Rugikan Indonesia
Pemerintah
Populasi Penguin Kaisar Turun 22 Persen dalam 15 Tahun, Lebih Buruk dari Prediksi
Populasi Penguin Kaisar Turun 22 Persen dalam 15 Tahun, Lebih Buruk dari Prediksi
LSM/Figur
Pembukaan Lahan dan Pembangunan Sebabkan Buaya Muncul ke Permukiman
Pembukaan Lahan dan Pembangunan Sebabkan Buaya Muncul ke Permukiman
Pemerintah
Grab Rekrut Ribuan Driver Ojol untuk Sekaligus Jadi Mitra UMKM
Grab Rekrut Ribuan Driver Ojol untuk Sekaligus Jadi Mitra UMKM
Swasta
Potensi Rumput Laut Besar, tetapi Baru 11 Persen Lahan Budidaya yang Dimanfaatkan
Potensi Rumput Laut Besar, tetapi Baru 11 Persen Lahan Budidaya yang Dimanfaatkan
Pemerintah
Veronica Tan Ingin Jakarta Ramah Perempuan dan Anak
Veronica Tan Ingin Jakarta Ramah Perempuan dan Anak
Pemerintah
BRI Fellowship Journalism 2025 Kukuhkan 45 Jurnalis Penerima Beasiswa S2
BRI Fellowship Journalism 2025 Kukuhkan 45 Jurnalis Penerima Beasiswa S2
BUMN
Sistem Tanam Padi Rendah Karbon, Apakah Memungkinkan?
Sistem Tanam Padi Rendah Karbon, Apakah Memungkinkan?
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau