Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Petani Muda Kian Tergerus, FAO Dorong Lewat Program Petani Keren

Kompas.com - 13/06/2025, 10:55 WIB
Zintan Prihatini,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, serta Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO) mendorong minat petani usia muda lewat program Petani Keren yang diluncurkan pada 2024 lalu.

Hal ini dilakukan lantaran berdasarkan data Badan Pusat Statistik tahun 2023 hampir 80 persen petani Indonesia berusia di atas 40 tahun.

Perwakilan FAO di Indonesia dan Timor Leste, Rajendra Aryal, mengakui profesi di sektor agripangan selama ini dianggap sebagai pekerjaan kasar yang ketinggalan zaman dan tidak menguntungkan. Namun, ia meyakini generasi muda memiliki kreativitas yang potensial dalam sektor pangan. 

“Kolaborasi ini bertujuan untuk membina bukan hanya lebih banyak petani tetapi lebih banyak petani keren. Mereka yang masih muda, berjiwa wirausaha, dan mengikuti perkembangan teknologi terkini," ungkap Rajendra dalam keterangannya, Kamis (12/6/2025).

Baca juga: WRI Gandeng Petani Gayo Produksi Kopi Berkelanjutan di Tengah Krisis Iklim

Program Petani Keren memperkenalkan smart farming yang memadukan teknologi digital, adaptif, serta pertanian permakultur dan semi intensif kepada anak muda.

Pendekatan ini membantu mereka menghasilkan hasil panen lebih tinggi dengan sumber daya dan dampak lingkungan yang minim sehingga menghasilkan banyak keuntungan. FAO menyebut, model pendekatan tersebut telah dikembangkan di pusat pelatihan Petani Keren di Jakarta.

Untuk memperluas dampaknya, program ini akan melibatkan lebih banyak pemuda Indonesia dengan memperluas pusat pelatihannya ke Lampung di pulau Sumatera. Kawasan tersebut merupakan salah satu pusat produksi kelapa, pisang, beras, dan kopi.

"Lulusan program ini juga akan tergabung dalam WFF cabang Indonesia, sebuah jaringan pemuda nasional independen yang berafiliasi dengan cabang di 20 negara lain di seluruh dunia dan difasilitasi oleh FAO," tutur Rajendra.

Baca juga: Startup Filipina Ajak Petani Pakai AI, Bukan Intuisi, agar Tak Rugi

Dengan melanjutkan pertukaran ide, pengetahuan, dan jaringan, para agripreneur keren Indonesia dapat terus memupuk inovasi maupun kerja sama lintas negara.

Sementara itu, Ketua Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian Kementerian Pertanian, Idha Widi Arsanti, mengatakan peningkatan populasi usia pekerja di Indonesia menjadi kekuatan dalam memajukan sektor agripangan.

"Sektor ini masih menjadi penyedia lapangan kerja terbesar di Indonesia, dengan jumlah pekerja mencapai 45 juta orang atau hampir seperempat dari angkatan kerja. Namun, tantangannya adalah membuat sektor ini lebih produktif dan menarik, terutama bagi mereka yang berusia 18-40 tahun,” papar Idha.

Menurut dia, diperlukan perubahan cara pandang terkait pertanian dari yang sebelumnya hanya dianggap sebagai karier cadangan menjadi ladang bisnis yang dinamis dan inovatif.

“Melalui inisiatif seperti program Petani Keren, kami ingin memberdayakan kaum muda dengan keterampilan, pola pikir, dan sarana yang mereka butuhkan untuk berkembang sebagai agen perubahan di komunitas mereka dan sistem agripangan yang lebih luas,” sebut dia.

Baca juga: Di Kalsel, Ahli IPB Kenalkan Pertanian Hemat Lahan Garden Tower

Inisiatif itu pertama kali digagas oleh delegasi Indonesia yang dipimpin oleh Kepala Staf Kepresidenan saat itu, Moeldoko, pada Forum Pangan Dunia di kantor pusat FAO di Roma, Italia pada 2023.

Dalam waktu kurang dari setahun, terwujud program pengembangan kapasitas yang menargetkan banyak anak muda dari seluruh Indonesia selama beberapa tahun mendatang.

Program menawarkan pendidikan intensif dan kerja lapangan seputar sistem pertanian inovatif dimulai dengan memetakan permintaan pasar lokal, mengadopsi pertanian yang efisien dan adaptif, hingga mengolah tanaman lokal menjadi produk bernilai tambah.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
IPB Ajak Guru di Kediri Rancang Pembelajaran Gizi Seimbang Berbasis EcoFun
IPB Ajak Guru di Kediri Rancang Pembelajaran Gizi Seimbang Berbasis EcoFun
LSM/Figur
Debu Setara 300 Piramida Giza Melayang per Tahun, Ancam 330 Juta Jiwa
Debu Setara 300 Piramida Giza Melayang per Tahun, Ancam 330 Juta Jiwa
Pemerintah
Asia Dominasi Produksi Listrik Bersih, tetapi Masih Terpusat di China
Asia Dominasi Produksi Listrik Bersih, tetapi Masih Terpusat di China
Pemerintah
Pertamina Lestarikan Hutan di Besakih Bali dengan Tanaman Energi
Pertamina Lestarikan Hutan di Besakih Bali dengan Tanaman Energi
BUMN
Transisi Energi Eropa: Surya Meraja, Tendang Batu Bara ke Titik Terendahnya
Transisi Energi Eropa: Surya Meraja, Tendang Batu Bara ke Titik Terendahnya
Pemerintah
Sederet Tantangan Dekarbonisasi Transportasi, dari Bahan Bakar sampai Insentif EV
Sederet Tantangan Dekarbonisasi Transportasi, dari Bahan Bakar sampai Insentif EV
LSM/Figur
Di Mana Keadilan Iklim? Yang Kaya Boros Energi, Yang Miskin Tanggung Dampaknya
Di Mana Keadilan Iklim? Yang Kaya Boros Energi, Yang Miskin Tanggung Dampaknya
LSM/Figur
Kisah Relawan RS Kapal Nusa Waluya II - PIS, dari Operasi di Tengah Ombak hingga Mendapat Buah-buahan
Kisah Relawan RS Kapal Nusa Waluya II - PIS, dari Operasi di Tengah Ombak hingga Mendapat Buah-buahan
BUMN
China Terapkan Standar Energi Terbarukan Pertama untuk Sektor Baja dan Semen
China Terapkan Standar Energi Terbarukan Pertama untuk Sektor Baja dan Semen
Pemerintah
Satgas PKH Kuasai 2 Juta Hektar Lahan Sawit, Selanjutnya Apa?
Satgas PKH Kuasai 2 Juta Hektar Lahan Sawit, Selanjutnya Apa?
Pemerintah
Dorong Capaian SDGs, ITS Gelar Pemeriksaan Gratis Deteksi Kanker untuk Perempuan
Dorong Capaian SDGs, ITS Gelar Pemeriksaan Gratis Deteksi Kanker untuk Perempuan
Swasta
Susul Bank AS, HSBC Keluar dari Aliansi Iklim Perbankan Dunia
Susul Bank AS, HSBC Keluar dari Aliansi Iklim Perbankan Dunia
Swasta
Teknologi China Tembak CO2 dan Metana, Pangkas Dua Emisi Sekaligus
Teknologi China Tembak CO2 dan Metana, Pangkas Dua Emisi Sekaligus
Pemerintah
Inovasi Perekat Rendah Emisi, Lebih Aman untuk Rumah dan Lingkungan
Inovasi Perekat Rendah Emisi, Lebih Aman untuk Rumah dan Lingkungan
Pemerintah
Ahli Ungkap 3 Strategi Pengembangan Ternak Pedaging Berkelanjutan
Ahli Ungkap 3 Strategi Pengembangan Ternak Pedaging Berkelanjutan
LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau