Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kelola Kotoran Ternak Jadi Biogas Bisa Kurangi Emisi hingga 80 Persen

Kompas.com - 22/06/2025, 14:05 WIB
Monika Novena,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Peternakan sapi perah menghasilkan sejumlah besar gas rumah kaca yang sangat kuat.

Salah satu gas utama yang berkontribusi terhadap perubahan iklim ini adalah metana.

Namun, ada kabar baik. Ilmuwan mengatakan peternakan ini dapat mengurangi secara drastis emisi metana mereka dengan cara menutupi kolam kotoran sapi dengan terpal raksasa.

Terpal ini akan memerangkap metana yang dihasilkan dari penguraian kotoran, mencegahnya lepas ke atmosfer. Metana yang terperangkap ini kemudian bisa dikumpulkan dan digunakan, misalnya sebagai sumber energi.

Para ilmuwan mencatat adanya pengurangan emisi metana sebesar 80 persen di sebuah peternakan sapi perah di California.

Pengurangan drastis ini terjadi setelah pemilik peternakan tersebut memasang "digester", sebuah sistem yang menjebak gas-gas di atas kolam kotoran sapi dan mengubahnya menjadi bahan bakar. Sistem ini mirip biogas di Indonesia.

Pilih idol K-Pop/aktor K-Drama favoritmu & dapatkan Samsung Galaxy Fit3!
Kompas.id
Pilih idol K-Pop/aktor K-Drama favoritmu & dapatkan Samsung Galaxy Fit3!

Baca juga: Sektor Energi Lepaskan 120 Juta Ton Emisi Metana pada 2024

"Jika sistem dibangun dengan baik dan dikelola dengan hati-hati, emisi dapat benar-benar turun. Itulah yang kami lihat di sini," kata salah satu penulis studi Francesca Hopkins, asisten profesor perubahan iklim dan keberlanjutan di University of California, Riverside, dalam sebuah pernyataan, dikutip dari Live Science, Sabtu (21/6/2025).

Metana adalah gas rumah kaca dengan potensi pemanasan 80 kali lipat dari karbon dioksida selama 20 tahun. Kotoran sapi menghasilkan metana selama dekomposisi, saat bakteri memecah bahan organik.

Tetapi dengan meningkatkan penggunaan digester dan menutup kebocoran yang mungkin muncul di dalamnya, para peneliti berpikir bahwa petani dapat mengurangi emisi metana ini secara signifikan.

Digester adalah segel yang mencegah metana keluar dari kolam kotoran ternak. Metana disedot keluar dari sistem dan dibakar untuk menghasilkan listrik atau dimurnikan untuk menghasilkan gas alam terbarukan.

Gas ini dapat disuntikkan ke dalam sistem distribusi gas alam, dikompresi untuk menghasilkan bahan bakar kendaraan, atau diproses untuk menghasilkan produk lain, menurut Badan Perlindungan Lingkungan AS.

Dalam studi ini, Hopkins dan rekan-rekannya mengukur dampak digester pada peternakan sapi perah di Tulare County, wilayah yang menghasilkan susu terbanyak di AS.

Mereka memasang stasiun pengukuran bergerak yang dilengkapi dengan sensor gas. Stasiun ini digunakan untuk merekam kadar metana di sekitar peternakan selama satu tahun sebelum digester dipasang, dan satu tahun setelah digester dipasang pada tahun 2021.

Sebelum digester dipasang, kadar metana di dekat kolam kotoran sapi rata-rata mencapai 28,6 bagian per juta (ppm).

Setelah digester dipasang dan berfungsi, kadar metana turun drastis hingga 3,7 ppm. Perbandingan antara 28,6 ppm dan 3,7 ppm ini secara jelas menunjukkan pengurangan emisi metana yang sangat signifikan.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Hijaukan Pesisir, KAI Logistik Tanam 2.000 Mangrove di Probolinggo
Hijaukan Pesisir, KAI Logistik Tanam 2.000 Mangrove di Probolinggo
BUMN
Kematian Lansia akibat Gelombang Panas Melonjak 85 Persen Sejak 1990-an
Kematian Lansia akibat Gelombang Panas Melonjak 85 Persen Sejak 1990-an
Pemerintah
Larangan Plastik Segera dan Serentak Hemat Uang 8 Triliun Dolar AS
Larangan Plastik Segera dan Serentak Hemat Uang 8 Triliun Dolar AS
Pemerintah
Digitalisasi Bisa Dorong Sistem Pangan Berkelanjutan
Digitalisasi Bisa Dorong Sistem Pangan Berkelanjutan
LSM/Figur
Lama Dilindungi Mitos, Bajing Albino Sangihe Kini Butuh Proteksi Tambahan
Lama Dilindungi Mitos, Bajing Albino Sangihe Kini Butuh Proteksi Tambahan
LSM/Figur
Melonjaknya Harga Minyak Bisa Percepat Transisi Energi Hijau Global
Melonjaknya Harga Minyak Bisa Percepat Transisi Energi Hijau Global
Pemerintah
5 Warga Yogyakarta Meninggal akibat Leptospirosis, Dinkes Perkuat Deteksi dan Survei Lingkungan
5 Warga Yogyakarta Meninggal akibat Leptospirosis, Dinkes Perkuat Deteksi dan Survei Lingkungan
Pemerintah
Ekowisata Lumba-lumba Bisa Untungkan Warga, tapi Perlu Rambu-rambu
Ekowisata Lumba-lumba Bisa Untungkan Warga, tapi Perlu Rambu-rambu
LSM/Figur
Gula dan Minyak Goreng Juga Sumber Emisi, Industri Perlu Hitung Dampaknya
Gula dan Minyak Goreng Juga Sumber Emisi, Industri Perlu Hitung Dampaknya
Swasta
Cegah Banjir, Pemprov DKI Siagakan Pasukan Oranye untuk Angkut Sampah Sungai
Cegah Banjir, Pemprov DKI Siagakan Pasukan Oranye untuk Angkut Sampah Sungai
Pemerintah
Greenpeace: Hujan Juli Bukan Anomali, Tanda Krisis Iklim karena Energi Fosil
Greenpeace: Hujan Juli Bukan Anomali, Tanda Krisis Iklim karena Energi Fosil
Pemerintah
Anoa dan Babirusa Buktikan, Pulau Kecil Kunci Jaga Keanekaragaman
Anoa dan Babirusa Buktikan, Pulau Kecil Kunci Jaga Keanekaragaman
LSM/Figur
Triwulan I 2025, BRI Catat Pembiayaan Hijau Capai Rp 89,9 Triliun
Triwulan I 2025, BRI Catat Pembiayaan Hijau Capai Rp 89,9 Triliun
BUMN
Kelinci Terlangka di Dunia Terekam Kamera Jebak di Hutan Sumatera
Kelinci Terlangka di Dunia Terekam Kamera Jebak di Hutan Sumatera
LSM/Figur
Menteri LH Minta Perusahaan Bantu Kelola Sampah Warga Pakai Dana CSR
Menteri LH Minta Perusahaan Bantu Kelola Sampah Warga Pakai Dana CSR
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau