KOMPAS.com - Menetapkan kawasan sebagai ruang lindung bagi satwa liar merupakan strategi umum untuk melestarikan keanekaragaman hayati, tetapi pembangunan manusia yang padat di sekitar area tersebut bisa sangat mengurangi manfaat dari perlindungan itu.
Fenomena tersebut dijelaskan dalam sebuah studi baru yang dipublikasikan di jurnal Current Biology.
Dalam studi tersebut, peneliti menggunakan data kamera jebak untuk mengevaluasi efektivitas ratusan kawasan lindung di seluruh China.
Data jebakan kamera ini sangat berguna karena bisa merekam keberadaan dan perilaku satwa liar tanpa mengganggu mereka.
Mengutip Phys, Sabtu (21/6/2025), Roland Kays, salah satu penulis studi menyatakan bahwa para peneliti menemukan kehilangan besar dalam keanekaragaman hayati di area lindung yang terkepung oleh aktivitas dan pembangunan manusia.
Hal ini menyebabkan upaya perlindungan keanekaragaman hayati di dalamnya menjadi kurang efektif dan bahkan menyebabkan banyak spesies hilang.
Baca juga: Penelitian: Semua Kehilangan Keanekaragaman Hayati Disebabkan Manusia
Penurunan keanekaragaman hayati sering kali dimulai dengan predator besar seperti harimau.
Populasi mereka berkurang drastis karena pergerakan mereka dibatasi oleh keberadaan manusia.
Predator besar membutuhkan wilayah jelajah yang luas untuk mencari makan dan berkembang biak. Jika wilayah jelajah mereka terpotong-potong atau sulit dilalui karena aktivitas manusia, mereka akan kesulitan bertahan hidup.
Ada konsep yang disebut "matriks" oleh para ilmuwan. Ini adalah area di antara dua area lindung.
Matriks ini sangat penting karena memungkinkan spesies besar, seperti harimau, untuk bergerak bebas dari satu area lindung ke area lindung lainnya. Ini penting untuk menjaga keragaman genetik dan populasi yang sehat.
Ketika matriks ini menjadi sulit dilewati karena pembangunan manusia, deforestasi, maka predator puncak seperti harimau, sering kali menjadi spesies pertama yang menderita kerugian.
"Spesies yang lebih besar akan membutuhkan lebih banyak ruang, dan salah satu cara untuk mendapatkannya adalah dengan berpindah dari satu kawasan lindung ke kawasan lindung lainnya. Cara lainnya adalah dengan menggunakan area di luar kawasan lindung," kata Kays.
Baca juga: Sebagian Besar Keanekaragaman Hayati Hutan Hujan Terancam
"Seiring dengan semakin berkembangnya area di luar kawasan lindung, spesies yang lebih besar ini tidak akan dapat bergerak sebagaimana mestinya, dan Anda akan mulai kehilangan mereka," paparnya lagi.
Para peneliti menemukan bahwa predator puncak telah punah sepenuhnya di sekitar 84 persen dari area-area lindung yang diteliti.
Kepunahan ini berkorelasi erat dengan seberapa luas atau intensif pembangunan manusia di dekat area lindung tersebut.
Dalam beberapa kasus, para peneliti bahkan menemukan bahwa area-area lindung itu mungkin ditetapkan sangat terlambat.
Artinya, spesies predator besar sudah terlanjur punah sebelum area tersebut ditetapkan sebagai kawasan lindung.
Dampak dari hilangnya predator puncak ini sangat jelas. Area yang tidak memiliki spesies predator besar ini menjadi jauh kurang beragam keanekaragaman hayatinya.
Area tersebut juga didominasi oleh peningkatan predator berukuran sedang lainnya yang akan mengganggu keseimbangan ekosistem dan spesies lain.
"Tingkat kepunahan yang diamati dalam studi ini jauh lebih cepat yang menunjukkan adanya tekanan besar dari aktivitas yang tidak alami yaitu pembangunan manusia," ungkap Junjie Liu, penulis utama studi dari Universitas Guangxi.
"Hipotesis awal saya adalah area lindung akan menjaga ekosistem tetap kompleks dan sehat. Namun, data menunjukkan bahwa ekosistem di area lindung yang ada justru kurang kompleks, bahkan lebih buruk dari skenario kepunahan acak," tambahnya.
Baca juga: Harapan Orangutan di Tengah Ancaman Kepunahan: Sains, Politik, Publik
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya