Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pantai Bisa Jadi Kelas Alam, Tempat Belajar Keragaman Burung Laut

Kompas.com, 22 Juni 2025, 20:02 WIB
Yunanto Wiji Utomo

Editor

KOMPAS.com - Wisata pantai bukan cuma matahari terbenam dan beach club, melainkan juga tempat baik untuk bird watching, wisata  sekaligus belajar keanekaragaman hayati burung.

Organisasi pegiat konservasi Paruh Bengkok Indonesia mengeksplorasi potensi pantai sebagai wisata edukasi burung dengan melakukan pengamatan bersama di Pantai Ampenan, Mataram, Nusa Tenggara Barat.

"Kami melakukan pendekatan dengan menikmati burung langsung di alam. Burung punya peran ekologi yang penting sebagai indikator lingkungan," kata Penasihat Ilmiah Paruh Bengkok Indonesia, Saleh Amin saat ditemui di Mataram, Minggu (22/6/2025).

Paruh Bengkok Indonesia menyiapkan teropong untuk masyarakat yang ingin melihat lebih dekat burung-burung yang terbang bebas mencari pakan di sekitaran Pantai Ampenan.

Belasan orang yang mengikuti kegiatan itu berkumpul di mini amphitheater Pantai Ampenan sekitar pukul 08.00 WITA. Kemudian, mereka diajak menyusuri pantai hingga ke kawasan muara sungai untuk mengamati burung.

Baca juga: Dalam 5 Tahun, Indonesia Punya Tambahan 30 Spesies Baru Burung

Saleh menuturkan semakin banyak jenis burung di suatu tempat, maka lingkungan di tempat itu bisa dikatakan bagus karena terdapat pakan yang melimpah.

Secara umum, indikator lingkungan suatu tempat dinyatakan bagus terdapat sekitar 15-20 ekor burung yang hidup bebas di alam.

"Meski demikian secara empirik belum ada yang mengatakan berapa jenis di satu tempat, karena itu tergantung dari keberadaan kondisi habitat berupa pakan yang berkaitan dengan daya dukung lingkungan," ucapnya seperti dikutip Antara.

Lebih lanjut Saleh menyampaikan bahwa pihaknya sedang mengumpulkan data berbagai jenis burung di seluruh Pulau Lombok. Kegiatan bertajuk Lombok Bird Walk itu dijadwalkan digelar setiap bulan dengan lokasi yang berbeda-beda.

Di Pantai Ampenan, beberapa jenis burung laut terlihat di antaranya petrel badan cokelat yang bermigrasi dari pantai-pantai di Australia, dan burung dara laut jambul.

Salah seorang warga yang mengikuti wisata edukatif pengamatan burung Lombok Bird Walk, Ishmah Humaidatul Aminah, mengapresiasi kegiatan yang baru pertama kali digelar di Pulau Lombok tersebut.

"Saya tertarik mengikuti program ini karena dulu saat kuliah ikut birds club. Di sana kami mengamati burung-burung migrasi, serta burung yang ada di pesisir dan hutan," ujarnya.

Ishmah sempat melihat burung dara laut jambul yang sedang mencari pakan berupa ikan-ikan kecil di tengah laut Ampenan. Jika melihat dari kejauhan tanpa teropong, burung dara laut jambul tampak seperti titik putih yang melayang di atas laut berwarna biru.

Baca juga: Burung Kesulitan Beradaptasi dengan Iklim yang Memanas

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Riset CELIOS: Lapangan Kerja dari Program MBG Terbatas dan Tak Merata
Riset CELIOS: Lapangan Kerja dari Program MBG Terbatas dan Tak Merata
LSM/Figur
Presiden Prabowo Beri 20.000 Hektar Lahan di Aceh untuk Gajah
Presiden Prabowo Beri 20.000 Hektar Lahan di Aceh untuk Gajah
Pemerintah
IWGFF: Bank Tak Ikut Tren Investasi Hijau, Risiko Reputasi akan Tinggi
IWGFF: Bank Tak Ikut Tren Investasi Hijau, Risiko Reputasi akan Tinggi
LSM/Figur
MBG Bikin Anak Lebih Aktif, Fokus, dan Rajin Belajar di Sekolah?, Riset Ini Ungkap Persepsi Orang Tua
MBG Bikin Anak Lebih Aktif, Fokus, dan Rajin Belajar di Sekolah?, Riset Ini Ungkap Persepsi Orang Tua
LSM/Figur
Mikroplastik Bisa Sebarkan Patogen Berbahaya, Ini Dampaknya untuk Kesehatan
Mikroplastik Bisa Sebarkan Patogen Berbahaya, Ini Dampaknya untuk Kesehatan
LSM/Figur
Greenpeace Soroti Krisis Iklim di Tengah Minimnya Ruang Aman Warga Jakarta
Greenpeace Soroti Krisis Iklim di Tengah Minimnya Ruang Aman Warga Jakarta
LSM/Figur
Interpol Sita 30.000 Satwa dan Tanaman Ilegal di 134 Negara, Perdagangan Daging Meningkat
Interpol Sita 30.000 Satwa dan Tanaman Ilegal di 134 Negara, Perdagangan Daging Meningkat
Pemerintah
PHE Konsisten Lestarikan Elang Jawa di Kamojang Jawa Barat
PHE Konsisten Lestarikan Elang Jawa di Kamojang Jawa Barat
Pemerintah
Indeks Investasi Hijau Ungkap Bank Nasional di Posisi Teratas Jalankan ESG
Indeks Investasi Hijau Ungkap Bank Nasional di Posisi Teratas Jalankan ESG
LSM/Figur
Korea Selatan Larang Label Plastik di Botol Air Minum per Januari 2026
Korea Selatan Larang Label Plastik di Botol Air Minum per Januari 2026
Pemerintah
Aturan Baru Uni Eropa, Wajibkan 25 Persen Plastik Daur Ulang di Mobil Baru
Aturan Baru Uni Eropa, Wajibkan 25 Persen Plastik Daur Ulang di Mobil Baru
Pemerintah
BRIN Soroti Banjir Sumatera, Indonesia Dinilai Tak Belajar dari Sejarah
BRIN Soroti Banjir Sumatera, Indonesia Dinilai Tak Belajar dari Sejarah
Pemerintah
KLH Periksa 8 Perusahaan Diduga Picu Banjir di Sumatera Utara
KLH Periksa 8 Perusahaan Diduga Picu Banjir di Sumatera Utara
Pemerintah
Banjir Sumatera, BMKG Dinilai Belum Serius Beri Peringatan Dini dan Dampaknya
Banjir Sumatera, BMKG Dinilai Belum Serius Beri Peringatan Dini dan Dampaknya
LSM/Figur
Mengenal Kemitraan Satu Atap Anak Usaha TAPG di Kalimantan Tengah, Apa Itu?
Mengenal Kemitraan Satu Atap Anak Usaha TAPG di Kalimantan Tengah, Apa Itu?
Swasta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau