Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dampak Jangka Panjang Kebakaran Hutan: Cemari Perairan Hingga 10 Tahun

Kompas.com, 30 Juni 2025, 15:31 WIB
Monika Novena,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sebuah studi baru menemukan dampak jangka panjang kebakaran hutan yang tidak kita perkiraan sebelumnya.

Studi tersebut mengungkap, kebakaran hutan ternyata dapat mencemari sungai dan aliran air selama hampir satu dekade setelah terjadi peristiwa kebakaran itu.

Hal ini pun menimbulkan kekhawatiran baru tentang dampak jangka panjang pada air minum dan kesehatan ekosistem.

Temuan didapat setelah para peneliti menganalisis lebih dari 100.000 sampel air dari cekungan sungai yang terbakar dan tidak terbakar di AS.

Temuan yang dirinci dalam jurnal Nature Communications Earth & Environment ini juga merupakan analisis skala besar pertama mengenai kualitas air pasca kebakaran hutan di AS bagian barat, wilayah yang semakin rentan terhadap kebakaran hutan yang intens dan sering terjadi akibat perubahan iklim.

Baca juga: Trenggiling Sembuhkan Lingkungan yang Sakit akibat Kebakaran Hutan

Hasil analisis kemudian mengungkap bahwa kontaminan seperti nitrogen, fosfor, sedimen, dan karbon organik tetap tinggi selama bertahun-tahun setelah kebakaran, jauh lebih lama dari yang diperkirakan sebelumnya.

“Butuh waktu dua tahun, hingga delapan tahun, agar efeknya benar-benar terasa,” kata Ben Livneh, profesor madya di University of Colorado Boulder dan salah satu penulis studi tersebut, dikutip dari Independent, Senin (30/6/2025).

Tim menemukan bahwa sementara beberapa polutan mencapai puncaknya dalam satu hingga lima tahun pertama, yang lain bertahan lebih lama.

Nitrogen dan sedimen tetap meningkat secara signifikan hingga delapan tahun setelah kebakaran, terutama di wilayah hutan.

Peneliti juga menemukan bagaimana daerah aliran sungai merespons kebakaran hutan.

Beberapa daerah aliran sungai hanya mengalami perubahan yang sangat kecil atau hampir tidak ada. Sementara yang lainnya mengalami peningkatan sedimen hingga 2000 kali lipat dari jumlah normal.

“Beberapa aliran sungai benar-benar bersih dari sedimen setelah kebakaran hutan, dan beberapa aliran sungai memiliki sedimen 2000 kali lebih banyak,” papar penulis utama studi Carli Brucker.

Terdapat banyak sekali variabilitas dalam laju sedimentasi. Variasi ini terkait dengan lokasi kebakaran, jenis tanah, vegetasi, dan pola curah hujan.

Kebakaran yang lebih dekat dengan sungai misalnya, memiliki dampak yang lebih dramatis.

Baca juga: 1 Miliar Orang Terpapar Asap Kebakaran Hutan Tiap Tahun

Para peneliti pun berharap temuan mereka dapat membantu pengelola air merencanakan musim kebakaran di masa mendatang dengan lebih baik.

Aktivitas kebakaran hutan global telah meningkat dalam beberapa tahun terakhir, didorong oleh kekeringan yang berkepanjangan dan menyusutnya lapisan salju yang disebabkan oleh krisis iklim.

Di AS sendiri, hampir 65.000 kebakaran hutan membakar 8,9 juta hektar pada tahun 2024 saja sementara Inggris telah mengalami lonjakan kebakaran hutan hampir 717 persen tahun ini dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2024.

Data satelit menunjukkan kebakaran ekstrem telah meningkat lebih dari dua kali lipat di seluruh dunia selama dua dekade terakhir, dengan musim kebakaran yang lebih panjang dan gelombang panas yang lebih sering mendorong kondisi kebakaran melampaui norma historis.

Para ilmuwan memperingatkan bahwa tanpa pengurangan emisi yang mendesak dan perencanaan ketahanan, skala dan intensitas kebakaran hanya akan memburuk.

Baca juga: Riset Ungkap Dugong Berperan Jaga Keseimbangan Iklim

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Pulihkan Ekosistem, WBN Reklamasi 84,86 Hektare Lahan Bekas Tambang di Weda
Pulihkan Ekosistem, WBN Reklamasi 84,86 Hektare Lahan Bekas Tambang di Weda
Swasta
IWIP Percepat Transisi Energi Lewat Proyek PLTS dan PLTB di Weda Bay
IWIP Percepat Transisi Energi Lewat Proyek PLTS dan PLTB di Weda Bay
Swasta
Bapeten Musnahkan 5,7 Ton Udang Ekspor yang Terkontaminasi Cesium-137
Bapeten Musnahkan 5,7 Ton Udang Ekspor yang Terkontaminasi Cesium-137
Pemerintah
IESR: Revisi Perpres 112 Tahun 2022 Ancam Target Transisi Energi
IESR: Revisi Perpres 112 Tahun 2022 Ancam Target Transisi Energi
LSM/Figur
8 Juta Anak Indonesia Memiliki Darah Mengandung Timbal Melebihi Batas WHO
8 Juta Anak Indonesia Memiliki Darah Mengandung Timbal Melebihi Batas WHO
Pemerintah
Bobibos Diklaim Lebih Ramah Lingkungan, Ini Penjelasan BRIN
Bobibos Diklaim Lebih Ramah Lingkungan, Ini Penjelasan BRIN
LSM/Figur
IWIP Libatkan UMKM dalam Rantai Pasok Industri, Nilai Kerja Sama Tembus Rp 4,4 Triliun
IWIP Libatkan UMKM dalam Rantai Pasok Industri, Nilai Kerja Sama Tembus Rp 4,4 Triliun
Swasta
Celios: Pembatasan Izin Smelter Harus Disertai Regulasi dan Peta Dekarbonisasi
Celios: Pembatasan Izin Smelter Harus Disertai Regulasi dan Peta Dekarbonisasi
Pemerintah
COP30 Buka Peluang RI Dapatkan Dana Proyek PLTS 100 GW
COP30 Buka Peluang RI Dapatkan Dana Proyek PLTS 100 GW
Pemerintah
Kemenhut: 6.000 ha TN Kerinci Seblat Dirambah, Satu Orang Jadi Tersangka
Kemenhut: 6.000 ha TN Kerinci Seblat Dirambah, Satu Orang Jadi Tersangka
Pemerintah
Masa Depan Keberlanjutan Sawit RI di Tengah Regulasi Anti Deforestasi UE dan Tekanan dari AS
Masa Depan Keberlanjutan Sawit RI di Tengah Regulasi Anti Deforestasi UE dan Tekanan dari AS
Swasta
Negara di COP30 Sepakati Deklarasi Memerangi Disinformasi
Negara di COP30 Sepakati Deklarasi Memerangi Disinformasi
Pemerintah
3.099 Kasus Iklim Diajukan Secara Global hingga Pertengahan 2025
3.099 Kasus Iklim Diajukan Secara Global hingga Pertengahan 2025
Pemerintah
Seruan UMKM di COP30: Desak agar Tak Diabaikan dalam Transisi Energi
Seruan UMKM di COP30: Desak agar Tak Diabaikan dalam Transisi Energi
Pemerintah
Mendobrak Stigma, Menafsir Ulang Calon Arang lewat Suara Perempuan dari Panggung Palegongan Satua Calonarang
Mendobrak Stigma, Menafsir Ulang Calon Arang lewat Suara Perempuan dari Panggung Palegongan Satua Calonarang
LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau