KOMPAS.com – PT Kawasan Industri Jababeka Tbk berhasil meraih penghargaan Proper Hijau secara berturut-turut dari Kementerian Lingkungan Hidup / Badan Pengendalian Lingkungan Hidup (Kementerian LH/BPLH).
Capaian tersebut menjadikan Jababeka sebagai satu-satunya kawasan industri di Tanah Air yang berhasil memperoleh predikat tertinggi dalam pengelolaan lingkungan versi (Kementerian LH/BPLH).
Prestasi tersebut menegaskan posisi Jababeka sebagai pionir dalam transformasi kawasan industri berkelanjutan.
Direktur Utama PT Jababeka Infrastruktur Didik Purbadi mengatakan, pihaknya berkomitmen mempertahankan dan meningkatkan standar tersebut.
Baca juga: Kawasan Industri Jababeka Mulai Gunakan PLTS
“Pada 2025, kami berusaha memperoleh Proper Hijau kembali tiga kali berturut-turut. Kami berharap bisa mendapat proper emas dan dengan inovasi-inovasi yang sudah kami lakukan. Jababeka siap menjadi role model nasional kawasan industri yang berkelanjutan,” ujar Didik dalam keterangan resmi yang diterima Kompas.com, Senin (30/6/2025).
Untuk diketahui, Predikat Proper Hijau diberikan kepada perusahaan atau kawasan yang dinilai berhasil melakukan pengelolaan lingkungan lebih dari yang dipersyaratkan dan menunjukkan berbagai inovasi lingkungan.
Bagi kawasan industri, pencapaian tersebut tidaklah mudah karena harus menunjukkan integrasi antara kepatuhan lingkungan dengan inovasi berkelanjutan yang menyentuh berbagai aspek.
Menteri Lingkungan Hidup/Kepala Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Hanif Faisol Nurofiq mengapresiasi capaian tersebut dalam kunjungan kerja ke kawasan Jababeka.
Baca juga: Laba Bersih Jababeka Melesat 232 Persen
Kunjungan tersebut merupakan bagian dari rangkaian verifikasi lapangan dan pembinaan lingkungan hidup bagi tenant kawasan.
“Saya sangat mengapresiasi Jababeka meraih Proper Hijau secara berturut. Terlebih, Jababeka merupakan satu-satunya kawasan industri yang dapat meraih Proper Hijau, mengingat untuk kawasan industri sendiri cukup sulit dapat meraih Proper Hijau,” kata Hanif.
Pada kesempatan tersebut, manajemen Jababeka menjelaskan berbagai inovasi dan program unggulan pengelolaan lingkungan.
Salah satu teknologi andalan yang menjadi sorotan adalah Integrated Fixed-film Activated Sludge (IFAS) yang digunakan di instalasi pengolahan air limbah (waste water treatment plant/WWTP) tahap 2.
Baca juga: Gaet Pengembang Disneyland Jepang, Jababeka Rilis Ibuki
Teknologi IFAS ini mampu mengolah limbah cair kawasan dengan kapasitas 14.850 meter kubik per hari dan memiliki keunggulan dari sisi efisiensi energi serta efektivitas dalam menguraikan bahan organik secara biologis.
IFAS menjadi bukti transformasi Jababeka dalam pengelolaan limbah cair industri yang ramah lingkungan.
Selain itu, Jababeka juga mengembangkan sistem digital enviro monitoring, pemasangan air quality monitoring system (AQMS), dan pemanfaatan energi surya untuk water treatment plant (WTP) sebagai bagian dari strategi dekarbonisasi dan efisiensi energi.
Dari sisi pelestarian keanekaragaman hayati, Jababeka juga aktif dalam sejumlah program, seperti Mangrove Planting Jababeka Ecoweek, Preservasi Tanaman Langka, Konservasi Rusa di Ranca Upas, pengembangan Urban Farming, hingga pendirian Botanical Garden.
Baca juga: Lampaui Target, Marketing Sales Jababeka Capai Rp 3,19 triliun
Ke depan, Jababeka juga tengah menyiapkan recycle air waste dan drainase. Tujuannya, untuk memperkuat ketahanan air serta pengelolaan sampah mandiri di kawasan.
Upaya tersebut juga menjadi bagian dari visi besar Jababeka untuk memperluas net zero industrial cluster community (NZICC).
Pada kesempatan sama, Hanif turut meninjau instalasi IFAS terbaru dan menanam pohon buah kepel atau burahol (Stelechocarpus burahol), tanaman langka khas Indonesia, sebagai simbol komitmen pelestarian lingkungan.
Ia menyebut bahwa inisiatif Jababeka dapat menjadi rujukan nasional dalam pengembangan kawasan industri yang tidak hanya berorientasi ekonomi, tetapi juga lingkungan.
Baca juga: Pemindahan Ibu Kota Tak Pengaruhi Kawasan Industri Jababeka
Sebagai wujud kolaborasi ke depan, disepakati secara prinsip pembentukan desk bersama antara (Kementerian LH/BPLH), dinas lingkungan hidup, dan pengelola kawasan untuk mempercepat pelayanan serta pembinaan.
Jababeka berharap, Kementerian LH/BPLH dapat memfasilitasi pembentukan pusat riset lingkungan hidup di President University yang memiliki Fakultas Teknik Lingkungan dan selama ini telah bekerja sama dengan industri di dalam dan luar kawasan.
Dengan capaian dan inovasi yang terus berkembang, Jababeka menunjukkan bahwa kawasan industri tidak hanya bisa tumbuh secara ekonomi, tetapi juga menjadi pelopor dalam pengelolaan lingkungan berkelanjutan.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya