Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Banjir Masih Akan Hantui Indonesia, Lemahnya Monsun Australia Faktor Cuacanya

Kompas.com - 08/07/2025, 11:03 WIB
Zintan Prihatini,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan bahwa wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi (Jabodetabek) serta wilayah lainnya masih dihantui banjir. Menurut Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, hal itu dikarenakan hujan yang akan terus terjadi di musim kemarau.

“Pada 5 Juli 2025, hujan intensitas lebih dari 100 mm per hari (lebat hingga sangat lebat) di wilayah Bogor, Mataram, dan sejumlah kabupaten di Sulawesi Selatan," ungkap Dwikorita dalam keterangannya, Senin (7/7/2025).

Hujan ekstrem menyebabkan banjir, banjir bandang, tanah longsor, serta pohon tumbang. Dwikorita menyebut, hujan lebat juga terjadi di Tangerang dan Jakarta Timur yang mengakibatkan banjir, rusaknya infrastruktur, dan mengganggu aktivitas warga.

Baca juga: Banjir Rob Ancam Kawasan Pesisir, Pakar IPB Beberkan Mitigasinya

"Begitu pula pada 6 Juli 2025, hujan kembali terjadi secara luas di wilayah Jakarta dan sekitarnya, terutama Tengerang yang menyebabkan genangan air, antrean lalu lintas, serta peningkatan potensi bencana hidrometeorologi," ucap dia.

Intensitas hujan lebat tercatat lebih dari 100 mm per hari, bahkan mencapai 150 mm per hari di kawasan puncak Bogor, Jawa Barat. Dia menjelaskan, kondisi tersebut dipicu anomali curah hujan sejak Mei 2025 dan diprediksi berlanjut sampai Oktober mendatang.

“Melemahnya monsun Australia yang berasosiasi dengan musim kemarau turut menyebabkan suhu muka laut di selatan Indonesia tetap hangat dan hal ini berkontribusi terhadap terjadinya anomali curah hujan tersebut,” sebut Dwikorita.

Kemudian, gelombang Kelvin aktif terpantau melintas di pesisir utara Jawa disertai pelambatan dan belokan angin di Jawa bagian barat dan selatan menyebabkan penumpukan massa udara.

Konvergensi angin dan labilitas atmosfer lokal juga tepantau kuat sehingga mempercepat pertumbuhan awan hujan.

BMKG dan beberapa pusat iklim dunia memprediksi suhu muka air laut di Samudra Pasifik dan suhu muka air laut di Samudra Hindia akan tetap berada di fase netral pada semester kedua 2025. Artinya, sebagian wilayah Indonesia akan mengalami curah hujan di atas normal atau disebut juga sebagai kemarau basah.

Baca juga: Jakarta Banjir, BPBD Ungkap Alasan Hujan Masih Memgguyur di Musim Kemarau

Di sisi lain, BMKG memprakirakan cuaca ekstrem masih berpotensi terjadi di Jawa bagian barat dan tengah termasuk Jabodetabek, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, NTB termasuk Mataram, Maluku bagian tengah, serta Papua bagian tengah dan utara.

“Periode 10-12 Juli 2025, potensi hujan signifikan diperkirakan akan bergeser ke wilayah Indonesia bagian tengah dan timur seiring dengan pergeseran gangguan atmosfer dan distribusi kelembapan tropis,” jelas Dwikorita.

Sementara itu, Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG, Tri Handoko Seto, menyatakan pihaknya berkoordinasi dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), BPBD, operator transportasi terkait kondisi tersebut.

Baca juga: Picu Banjir dan Longsor, 12 Perusahaan di Bogor Dipaksa Bongkar Properti

BMKG juga akan menggelar operasi modifikasi cuaca (OMC) bersama pemerintah daerah.

“Operasi Modifikasi Cuaca di DKI Jakarta dan Jawa Barat dilaksanakan mulai hari ini dan direncanakan sampai tanggal 11. Tentu nanti kami akan lihat perkembangan cuacanya. Kami terus berkoordinasi dengan Pemda dan BNPB sebagai pihak yang menyediakan anggaran,” ungkap Tri.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau