JAKARTA, KOMPAS.com — Angka kematian perempuan akibat kanker serviks dan payudara di Indonesia masih tinggi.
Berdasarkan data World Health Organization (WHO) tahun 2020, di Indonesia kanker payudara menjadi penyebab kematian tertinggi pada perempuan sebesar 30,8 persen, disusul kanker serviks sebesar 17,2 persen.
Jumlah kasus baru pun terus bertambah, dengan 22.430 kasus kanker payudara dan 21.003 kasus kanker serviks dalam setahun.
Sebagai upaya menanggulangi kondisi tersebut, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menggelar pemeriksaan gratis deteksi dini kanker serviks dan payudara melalui metode Pap Smear dan Sadanis (pemeriksaan payudara klinis).
Upaya ini juga merupakan langkah ITS dalam mendukung tercapainya Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs), khususnya poin ke-3 tentang kehidupan sehat dan sejahtera.
Ketua pelaksana kegiatan, Umda Maulida, mengatakan bahwa pemeriksaan ini bertujuan menekan angka kematian akibat kanker pada perempuan dengan mendorong deteksi dini.
Baca juga: Kemenkes: 53 Juta Siswa SD-SMA Akan Dapat Skrining Kesehatan Gratis
“Pap smear adalah pemeriksaan untuk deteksi dini kanker serviks, sedangkan sadanis bertujuan mendeteksi kelainan atau kanker payudara,” ujar Umda sebagaimana dikutip dari keterangan tertulisnya di laman ITS, Senin (14/7/2025).
Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa langkah ini juga menjadi pendekatan preventif agar perempuan lebih waspada terhadap risiko kanker.
Umda menekankan pentingnya melakukan pap smear bagi perempuan yang sudah menikah dan aktif secara seksual, karena kelompok ini lebih rentan terpapar Human Papillomavirus (HPV) sebagai penyebab utama kanker serviks.
Selain pemeriksaan langsung, kegiatan ini juga dibarengi dengan edukasi pentingnya vaksinasi HPV dan kesadaran terhadap kesehatan area kewanitaan.
Umda menyebut, edukasi menjadi langkah awal untuk membangun kepedulian perempuan sejak dini, termasuk yang belum menikah.
Baca juga: Perubahan Iklim Tingkatkan Risiko Kanker Payudara, Ovarium, Rahim, dan Serviks
“Tingginya angka kematian sering kali disebabkan oleh kurangnya edukasi tentang kesehatan seksual dan penyakitnya,” jelasnya.
Sama pentingnya dengan pap smear, sadanis juga memiliki peran dalam mendeteksi perubahan pada payudara.
Umda menjelaskan bahwa pemeriksaan dilakukan secara visual dan perabaan untuk menemukan tanda-tanda kelainan. Jika ditemukan indikasi mencurigakan, peserta akan dirujuk untuk pemeriksaan lanjutan.
Menurut Umda, kegiatan ini juga menyentuh aspek SDGs poin ke-5 tentang kesetaraan gender.
Dengan membuka akses layanan kesehatan dan informasi yang ramah perempuan, ITS berharap perempuan menjadi lebih berani, tahu kapan harus melakukan vaksinasi, dan lebih peduli terhadap kesehatan reproduksi mereka.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya